Halaman

Sabtu, 21 Desember 2013

30

I am 30 years old :)

Rasanya ada banyak yang berkurang, dan banyak pula yang bertambah. Dua tahun berkeluarga, dikarunia seorang bocah dari surga.

Menua mungkin iya, matang dan dewasa rasanya masih jauh apalagi menuju bijaksana.

Di malam yang ini aku merasa semakin rapuh, di bawah hujan yang ini, aku mengingat rezim-rezim berkuasa dan jatuh, bocah-bocah dilahirkan dan para bijak dimatikan.

Di tahun yang ini, aku sudah melepas hampir segala ideologi, aku mengikatkan diri hanya pada keilmuan dan anak-istriku saja, oportunis? Ah, aku sudah tidak begitu peduli itu.

Apa hampa di rongga dadaku sudah hilang? Tidak sepenuh nya, tapi aku telah memilih untuk tidak terlalu ambil pusing, biarlah para pujangga dan penyair-penyair cengeng yang mengurusi hal itu.

Dan tentangku, adalah tentang menikmati hari yang ini! Tentang hujan yang sederhana, tentang apa saja, tentang bersukacita dan berbuat sejauh kaki kuat melangkah. Retorika akan kuserahkan pada mereka yang suka, panggung-panggung pertemuan wacana tidak menyenangkan lagi. Aku berhenti belajar dari mereka-mereka yang tua dan bangga akan masa lalu nya. Aku akan melangkah dengan jalanku sendiri tidak peduli jatuh atau berjaya kami bersenang-senang menikmatinya.

Apakah benar kau berbahagia dalam realita? Ah, bukankah realitapun sesungguhnya hanya bayangan saja, jika kau selami, dia menjadi sumur tanpa dasar, dan kau pasti tersesat di sana.

Ada banyak hal di depan sana, meski aku tidak tau di perhentian mana maut menjemput, tapi jika dia datang... Sekarang aku tahu bagaimana harus menyambut dan memeluknya :)
-------------

I took a long time to think yesterday, I'm growing old yes, My youth is starting to fade. Fire still burns and nothing left inside my chest but emptyness, god may let me here to fool me, to show how less I thank for the blessed beautyfull journeys. I'm here, with my sleeping bride and a heaven boy, both of them calm the strom inside my eyes, bring a little crack of light. Suddenly I wanna fly to the gate of heaven, lay down into the mercy, cry out loud into the cloud. Damn you stupidity! Still you do not allow me to be free.


Senin, 16 Desember 2013

Think Big Act Small by Jason Jennings


Akhirnya saya menandaskan halaman-halaman pembuka dengan nomor-nomor kecil romawi hingga halaman 364 versi terhemahan ke dalam bahasa indonesia revisi ke-dua karya jennings ini.

Sederhana nya buku ini dibangun dengan hipotesis bahwa perusahaan dengan peningkatan keuntungan mencapai 10% atau lebih secara konsisten dalam 10 tahun pasti menyimpan kiat sukses yang layak digali.

Namun yang hebat, buku ini menyajikan rentetan fakta kuantitatif dan kualitatif yang tidak membosankan, karena setiap objek menjadi bernyawa dengan meng-ekspos personal dari pemimpin yang kemudian disandarkan berurut-urutan dengan fakta atau angka dari perusahaan yang dibahas.

Jenning menyajikan lagi apa yang ditulisnya 5 tahun ke belakang, dan menyajikan fakta yang mengagumkan tentang pertumbuhan yang terus konsisten 
Dalam rentang tersebut sama konsistennya dengan 10 tahun saat dia menulis edisi pertama. Seolah-olah sebagai ke-absahan dari hipotesisnya tentang berpikir besar dan bertindak kecil.

Jika kau mencari trik peluang bisnis atau ingin kisah-kisah heroik seperti keluarnya jobs dari apple atau betapa revolusionernya gates, hingga keberuntungan mark zuckerberg, mungkin ini bukan buku yg tepat. Buku ini lebih kepada kegigihan dan kemampuan untuk beradaptasi dalam pasar.

Sayangnya, hampir sampai di akhir, Jennings menurut saya Merusak keindahan format bagian sebelumnya yang "mengungkapkan" berubah menjadi seolah "menggurui". Mungkin dia lupa sedang menjadi penulis bukan Motivator di depan kelasnya :)

Riset yang panjang, fakta yang berjibun, tim yang kuat (lebih dari 100 orang katanya), ribuan transkrip wawancara, jelas sudah ini bukan karya main-main. Untuk kategori manajemen, saya ragu dalam waktu dekat akan ada penulis dengan stamina (dan sumber daya) sekuat Jennings, kecuali Mrs. Bauer juga akan menulis tentang bisnis? Ehehehe

Kamis, 12 Desember 2013

Cerita dari kampus UPI

Jadilah siang itu saya menepi di kampus itu, universitas pendidikan indonesia. Kampus yang punya banyak cerita di sisi saya, hampir sama saja banyak nya dengan yang ada di jalan ganesa.

Saya ke sini menemui seorang kawan. Kawan dari kawan saya, yah begitulah jejaring pertemanan dibangun bukan? Dari kawan seorang kawan menjadi kawan mu, lalu kau mengenal lagi kawan-kawan nya dan begitu seterusnya, jika kau menikmati hidup kau akan paham maksud ku :D

Aku ke sana untuk mengantarkan sebuah buku sejarah terkait pekerjaan yang sedang kami lakukan. Dari kawan baik ku yang mengenalnya lebih dulu, aku tahu kawan yang ini cukup eksentrik tapi secara langsung, ini pertama kali aku menyaksikannya.

Kami bertemu, basa-basi seperti biasa, mencari tempat sekedar untuk minum kopi dan menyesap tembakau. Lalu aku serahkan kitab yang kubawa kepadanya. Ditaruh nya begitu saja seolah tidak peduli, kami melanjutkan obrolan yang lain.

Sampai kemudian datang lagi seorang kawan nya. Orang yang baru juga kudengar dari kawan baik ku yang itu, seorang pedagang asongan, yang konon tidak kalah tidak kalah nyentrik nya.

Kedua orang "aneh" ini mulai bercakap-cakap dan aku tentu saja menjadi seperti makhluk asing di antara mereka berdua :D

Teman yang baru datang sangat tertarik dengan buku yang saya bawa, berkali-kali dia ingin membacanya. Tapi si kawan yang saya pinjami tidak memberikannya, tangannya kotor habis bergelut dengan debu dan matahari itu alasannya. Si kawan pedagang asongan yang konon pandai bebahasa jepang ini, dengan muka sedikit kesal lalu pergi. Saya bingung, kenapa dia pergi meninggalkan dagangan nya tergeletak begitu saja. Tapi kebingungan saya tidak lama, sebelum saya sempat bertanya kepada kawan yang satu lagi, dia sudah kembali, sambil mengelap tangannya yang basah. Habis dicuci! Hanya demi agar dipinjami buku itu sodara-sodara! Bayangkan! Bisa kah kau bayangkan??? Saya tak habis-habisnya menahan tawa setiap mengingat nya :D

Melihat itu, kawan yang saya pinjami pun dengan wajah datar akhirnya mengikhlaskan buku pinjaman dari saya tersebut ke tangan si kawan yang baru cuci tangan tersebut. Sambil menjelaskan agar kiranya bisa pelan-pelan membalik halaman demi halaman, takut lemnya lepas katanya hahahaha. Si kawan dengan tangan yang wangi habis dicuci itu pun menanggapinya dengan serius, dia membuka lembar demi lembar dengan khidmat, seperti itu adalah lempeng wahyu yang diturunkan pada Musa :D

Akhirnya saya menarik kesimpulan, mereka berdua sama-sama gila :D sama-sama tidak berada di tanah yang saya pijak ahahahahaa :D

Dalam hati saya mengagumi betapa mereka menghargai sebuah buku yang kadang saya coret, saya lipat, ataubsaya lemparkan begitu saja.

Beberapa minggu kemudian saya ceritakan kisah ini kepada kawan baik saya yang sudah lebih lama bergaul dengan mereka berdua, dan dia biasa saja, ah, itu kejadian standar kalau kau kenal mereka katanya. Saya tersenyum, betapa hidup selalu menyenangkan untuk dilalui, jika kau hidup di dalamnya dengan sepenuh hati.

Terimakasih tuhan, membiarkan saya menikmati kejadian yang ini :D

Selasa, 19 November 2013

Padang Bulan - cinta di dalam gelas by andrea hirata

Dua cerita ini di muat bersisi-sisian. Ditulis saling berkebalikan dalam satu buku. Pengemasan yang unik, saya suka.

Kau tidak harus membaca quartet andrea hirata yang legendaris itu untuk menikmati buku ini. 

Mengambil setting kampung halaman nya secara penuh mengingatkan kita pada laskar pelangi.

Meskipun tokoh utama telah dewasa di sini, kecerian anak-anak seperti yang kau jumpai di laskar pelangi tetap kental dengan romansa yang hanya sedikit bertambah.

Dalam kisah yang ini bercerita tentang hal-hal yang saya sukai. Kopi, catur, detektif, cemburu ya hal-hal manis sedemikian yg disusun dengan penyampaian khas melayu andrea. Sederhana, menggelitik.

Selain tekad enong, tidak banyak bumbu pembakar semangat di sini. Pesan-pesan tersembunyi rapi dalam kisah yang mengalir halus. Nyaris tidak terdeteksi, sarkas yang sangat cantik menurut saya.

Kalau saya boleh menilai, dua kisah ini lebih baik dari edensor, namun belum memasuki level laskar pelangi, dan tidak seserius sang pemimpi.

Karakter dibangun dengan sangat kuat. Bahkan tokoh paling sedikit muncul seperti mapanga pun terasa memiliki karakter yang kuat, ini jelas kelebihan andrea sehingga kita boleh mengabaikan gaya bahasa nya yang sebenarnya begitu-begitu saja.

Sebagai penikmat, saya justru sangat ingin tahu apakah kelak andrea bisa hidup tanpa cerita dari belitong ini? Mungkin dia akan tertatih seperti Rowling saat mengakhiri harry potter dan menulis romansa?? Atau seperti ketika pidi berkolaborasi dengan happy salma menghasilkan karya yg buruk? (menurut saya setidaknya) Entahlah! Mari kita tunggu  :)

Tentang buku ini?? Indah, itu saja :D


Senin, 18 November 2013

Jalan baru

Itu nama jalan di kota kecil kami. Tempat dulu saya menghabiskan banyak waktu di sana.

Ada gang sempit di sebelah klinik advent, seberang reruntuhan bioskop yang tinggal puing dan wc umum tempat esek-esek itu. Sebuah rumah bedeng 2 pintu, diisi oleh keluarga yang baik. Saya sering menginap di sana. Menghabiskan masa remaja yang singkat.

Di sana ada ayah, ibu, dian, reko, nenek, adek2 reko yang banyak yang bahkan sekarang saya sudah tidak ingat siapa-siapa lagi namanya.

Di depan gang tersebut, di sisi jalan, di bangku beton, di atas got adalah tempat favorit kami membunuh waktu. Biasanya sambil bernyanyi. Bayu dan reko akan bergantian memetik gitar, sesekali saya, sesekali bang Iwan yang bosan menjaga warung nya, kalau bang iwan sangat jago main gitarnya. Dia khatam rolling stone sampai santana. Yang lain akan bernyanyi, tidak merdu, tak apa, kami semua bahagia.

Sesekali akan ada cecep, dia preman katanya, ikut bernyanyi bersama kami. Sesekali ada saudara-saudara Bayu, sesekali ada putra yang punya angkot jurusan lebong.

Di sini area kami, kami tidak takut apa-apa di sini. Semua orang kami kenal. Jadi tak apa bernyanyi kuat-kuat, sekencang napas kami bisa ditarik. Tidak pernah ada yang marah.

Penampilan tidak pernah jadi masalah. Selama kau pakai baju dan celana cukuplah, pak rt tak akan rewel, pak rw akan tenang-tenang saja. Robek atau kotor sedikit masih tak apa.

Kalau bosan, kami akan berjalan kaki menuju simpang lebong, itu adalah pangkal dari jalan baru. Sekedar berjalan menyapa orang-orang di jalan, kadang kenal, sering juga tidak kenal, tak apa... Mereka tidak pernah marah. Lalu kami kembali lagi, duduk di mulut gang kami yang sempit itu.

Kalau ayah sedang tidak sibuk, kami ikut menginap di kebun kopi ayah. Siangnya bermain-main, malam nya berlatih silat. Kemudian jika ayah dapat pekerjaan kami kembali lagi menghabiskan waktu di sisi jalan itu, di depan gang kami yang sempit.

Ah sekarang itu disebut masa remaja oleh saya. Di bawa kembali ke permukaan ingatan karena chatting Reko barusan tadi. Tidak tahu kenapa, ingin saja saya tulis. Sebelum tidur memimpikan Bumi dan Miu nya di situ.

Rabu, 13 November 2013

Hujan dan syukur

Di dalam lagu si tardjo, hujan disebutnya anugerah. Iya, mengesampingkan banjir atau badai juga saya setuju sekali :D

Dalam perjalanan menuju ganesa dan dalam hujan yang ini saya panjatkan syukur yang dalam.

Syukur atas adanya ibu penjual lotek yang saya beli, syukur atas segelas kopi, syukur atas istri cantik di rumah, syukur atas anak yang tampan. Syukur atas segala yang diberi hingga detik ini.

Hidup tidak pernah membosankan, persimpangannya selalu mengejutkan.

Dalam hujan yang ini saya masih menghisap dalam tembakau rasa mentol, pikiran saya diliputi bahagia.

Saya bersyukur pada tuhan yang memberi ini semua. 

Semoga perang segera usai, luka-luka dihapuskan, dan teriakan revolusi yang dipekik kan tinta darah tidak perlu lagi ada.

Angin bertiup pelan, saya tahu harapan saya mulai melewati batas. Orang yg tidak berbuat apa-apa macam saya mungkin lebih baik diam saja.

Aduh hampura gusti, ini manusia meuni bersyukur sambil meminta lagi dan lagi dan lagi dan lagi.

Hujan adalah aa...aaaanugerah.

Rabu, 06 November 2013

Kenalilah orang-orang di sekitar mu

Hai Bumi, saat ini kau baru pergi sama Miu, ke dokter untuk divaksin. Kau kami vaksin segala rupa agar kuat, persiapan untuk segala perjalanan mu kelak :D

Obrolan piu dengan beberapa kawan tentang pandangan hidup akhir-akhir ini jadi cukup menarik, karena nya piu tuliskan di sini, agar kelak ingat supaya bisa piu sampaikan lagi kepadamu.

Adalah baik, sangat baik malah mengetahui pandangan hidup dan mengenali kisah-kisah orang besar di sekitar mu ataupun pada masa lalu. Tapi tentu tidak kalah penting untuk melakukan pengamatanmu sendiri dan hidup sesuai jalan yang kau pilih.

Musashi sang pendekar pedang pernah menulis sekali bahwa kau tidak akan mengenali dirimu sebelum kau mengenali musuh-musuh mu. Kalau piu sih sangat sepakat dengan ini. Terlalu sombong bila kita merasa cukup dengan kebesaran pemikiran kita sendiri, kelak tak ubah kita menjadi katak dalam tempurung, merasa pusat alam semesta satu-satunya berada dalam diri kita, lalu egosentris akan merajarela. 

Piu cuma mau berpesan, kelak saat kau besar bacalah marx, kenalilah buddha, bacalah weda dan al-quran, tertawalah bersama pagi dan senja di berbagai belahan dunia, lalu berkenalanlah dengan hatta, soekarno, JFK, stalin, ernesto guevara, castro, pelajarilah hidup kanjeng nabi yang mulia. Kunjungilah pantai, laut, gunung, padang pasir ataupun savanah. Singkatnya bukalah cakrawalamu, lalu kau berjalan dan melangkahlah sesuai keyakinan yang kau tumbuhkan sendiri dalam dadamu. 

Ah seperti lagu itu, piu terus berdoa agar kamu berguna bagi sesama, menjadi muara sukacita, makhluk yang menebarkan cinta dalam setiap langkah.

Ketika malam menurunkan jubah nya di hari-hari mu kelak, piu berharap kau menyempatkan waktu sejenak larut dalam perenunganmu sendiri, tapi ketika fajar menyingsing piu berdoa kau bangun lagi dan berbaur dengan masyarakatmu, masyarakat kita. Tidak peduli besar atau kecil, piu selalu dan akan Selalu berharap baktimu bagi masyarakatmu. Bakti pada society yang tidak dibatasi ras, agama, atau batas-batas absurd lain seperti negara.

Nah sekarang kau tumbuhlah dulu dengan gagah, minum yang banyak, piu masih akan terus mendongengkanmu kisah-kisah dari berbagai belahan dunia dan menyenandungkan utara senja dan bumi kelana atau dylan atau joan baez atau MLTR untuk menghantar tidurmu, lain waktu kita akan bersenandung lagu the panas dalam buatan pidi baiq atau naik-naik ke puncak gunung.

Kami mencantumkan kata kelana bukan tanpa sebab di ujung nama-mu. Itu sebentuk harapan, doa yang akan kau bawa selalu diperjalananmu, agar raga dan jiwamu terus bergerak, menyesap pengetahuan dan kebijaksanaan dalam setiap gerak itu, tak perlu tujuan pasti, karena yang pasti harus dituju cuma mati. 

Namun tentu kami hanya mampu menempatkan begitu rupa banyak harapan padamu, tapi hidup itu sepenuhnya milikmu. Percayalah, piu mencoba menerima hal itu sepenuhnya, dari sekarang, bahkan dari sebelum kau hadir di sini bersama kami :D

Duh gusti, jaga selalu ini buah hati kami, Amiin... Amiin... Amiin.

Kamis, 24 Oktober 2013

Tidak apa, ayo bangun lagi :)

Melihat gambar kandang yang kami bangun, sahabat ini menghubungi saya. Dia kawan lama, dari bangku smp saya kenal dia. Kami kenal cukup dekat, saya tahu lika-liku hidupnya, sampai lulus sma paling tidak, setelah itu kami berpisah, sekali waktu dia mengunjungi saya di kota kembang, di waktu yg lain dia saya temui di kamar hotelnya di Jakarta. Tidak akan ada banyak cerita dari pertemuan singkat-singkat begitu. Tapi dia kawan saya, dalam tiap pertemuan kami berbagi  doa.

"Bagaimana bisnisnya?" 

Begitu percakapan kami dibuka, lalu cerita mengalir seperti sungai.

Pada satu belokan, cerita itu tiba pada bisnis nya yang rusak. Dia kehilangan ratusan juta, ditipu orang jakarta katanya.

Sekarang dia akan menjual rumahnya, perlu amunisi, begitu katanya.

Ah, kawan yang baik, begitulah permainan di belantara ini. Tidak apa, toh segalanya cuma titipan, ayo bangun dan kita bersenang-senang lagi.

Terimakasih sudah berbagi cerita, dan maaf cuma sebaris doa yang bisa saya berikan sekarang.

Tidak apa, ayo bangkit lagi seperti biasa mari kita nyanyikan lagu lama kita ;

Nothing to loose, your love to win

Semoga MLTR masih dpt melipur lara yang ini :D

Senin, 21 Oktober 2013

Anakmu bukanlah milikmu

Come mothers and fathers 
Throughout the land 
And don't criticize 
What you can't understand 
Your sons and your daughters 
Are beyond your command 
Your old road is 
Rapidly agin' 
Please get out of the new one 
If you can't lend your hand 
For the times they are a-changin'. 
---------------------------------------------

Tentu kau paham itu lirik bob dylan yang legendaris. Judul post ini seperti apa yang dikatakan Gibran. Berdua, mereka menyampaikannya dengan berbeda pada masa yang terentang pula, tapi hakiki nya sama pada makna.

Akan ada masa di mana kita yang menua harus membiarkan mereka buah hati kita memilih sendiri jalannya dan berjuang sendiri dengan tekad nya. Aku tentu belum sampai pada fase itu, Bumi Biru kecil masih bergantung banyak pada kami. Tapi kelak, bila panjang umur kami, mau tidak mau fase itu harus dihadapi. Entah bagaimana rasanya. Di sini, di gelap nyawang yang seperti biasa, aku mencoba membayangkannya, tidak berhasil, rasanya susah... Bisakah nanti kami membiarkan dia melangkah sendiri, tidak-kah kami akan menjadi seperti kebanyakan orang tua yang merasa paling tahu apa yang terbaik bagi buah hatinya? Mau kah kami membiarkan dia terjatuh untuk bangkit menjadi lebih kuat? Akankah kami rela membiarkannya memasuki sarang macan? Bagaimana kalau dia tidak bangkit? Bagaimana kalau dia menyesali pilihannya?

Ah... Sudahlah... Bagaimanapun aku bersepakat dengan gibran dan dylan, bahwa sesungguhnya dia bukan milik kami. Kami hanya dititipkan sementara, sebagai pelindung hingga dia mampu atau mau menapaki sendiri dunia-nya.

Jumat, 18 Oktober 2013

Berbagi Senang

Bandung cerah pagi ini, disambutnya kami dengan senyum hangat dan riuh nya terminal Leuwi panjang. Sambil menunggu seorang kawan yang baik dari luar kota, saya ditemani tembakau dan segelas kopi, kombinasi yang tidak sehat tentu hehehe.

Iseng saya mulai merenung sembari kate terus teriak-teriak menyanyi di telinga. Kali ini renungan saya tentang berbagi bahagia. Seorang kawan pernah menyebut bahwa bahagia itu menular, dan kita yang bahagia wajib memang menularkannya agar berkurang sedikit beban dunia :D

Ahahaha saya tidak mau seserius ini sebenarnya, tapi pada titik perenungan kali ini, saat kondisi sampai pada alpha, saat deru mesin dan suara katr beserta bandnya kalah oleh ketenangan yang membaluri tubuh saya akhir nya bersepakat dengan kawan yang itu.

Iya, semestinya kita ini menjadi agen-agen penyebar kebahagian, agar dia tidak hanya jadi milik kita, tapi menulari banyak orang dan begitulah sebaik-baik nya manusia bukan? :D

Tidak perlu sampai berbagi uang bila kau belum mampu, berbagi senyum dulu saja sudah cukup pula. Bukan sekedar berbagi hadiah saja, berbagi semangat juga cukup pula bila belum mampu kita. Pada intinya, bagikan bahagiamu dan niscaya dia akan bertambah, berkali-kali malah, iya berkali-kali :D

Jumat, 11 Oktober 2013

Optimis

Iya, kali ini tentang sifat yang ini. "Optimis", mudah dikatakan sulit dilakukan, seperti umumnya sifat-sifat baik lainnya :D

Kata ini mengaduk lagi kenangan, duhhh... Ya begitu itu, manusia itu memoris tulis seorang kawan, dia yang mengingat, memang begitu mungkin sehingga begini kenangan kembali lewat beragam cara :)

Ceriteranya tentang seorang bocah kelas lima SD yang mau ikut lomba menulis ka ga nga, itu tulisan kuno daerah bengkulu sana. Sial, dia tidak terpilih mewakili sekolahnya, memang tidak cukup bagus tulisannya :p dia pulang dengan muram, bertemu ayahnya di muka pintu rumah mereka. Sang ayah yang baik menangkap durja di mata buah hatinya yang itu. Dia tahu, pasti sang anak tidak terpilih dalam seleksi, ditariknya bocah yang sedih itu, didekapnya erat.

Esok kedua ayah-anak itu pergi ke sbuah gedung, tempat pendaftaran lomba menulis yang ingin diikuti si bocah. Sang ayah mendaftarkan anaknya, tidak mewakili sekolah, bayar sendiri sebagai peserta umum saja katanya. Anak tadi kaget, bukankah ditingkat sekolah saja saya kalah, begitu bisiknya lesu pada sang ayah dalam perjalan pulang mereka. Ayahnya diam tak langsung menjawab ketika itu.

Sesampai di rumah mereka, sang ayah membuat dua gelas teh manis hangat. Satu untuk dirinya sendiri, segelas buat buah hatinya yang ini. Mereka duduk diteras rumah mereka yang kecil, rumah bedeng tiga pintu, dua pintu lagi milik tetangga, cuma satu milik mereka. Berdua mereka menikmati senja dan teh manis hangat.

Sang ayah memandang lurus ke atas, ke semburat jingga di langit sana pelan berbisik seperti pada dirinya sendiri. "Optimis" katanya. Anak kecil di sebelahnya membalas dengan tatapan bingung. Sang ayah mengalihkan tatap nya ke wajah putra nya, lalu berkata. Kata itu singkat tapi sulit dilakukan, optimis artinya kau selalu merasa yakin bahwa kau bisa, tidak peduli sesulit apapun itu. Dengan optimis maka kau bisa melangkah, masalah gagal dan kalah itu tak mengapa, setelah maju dan mencoba baru kau boleh berserah, kemudian hadirkan syukur bila kau berhasil dan jangan letih untuk terus bangkit bila kau jauh.

Ceramah sang ayah berhenti di situ, ia masuk ke dalam meninggalkan sang anak dalam bingung yang diam.

Esok nya sang anak ikut berlomba dengan semangat, lalu kalah dan pulang juga dengan semangat yang sama karena menggenggam hadiah dari sang ayah untuk telah optimis mencoba.

Hari ini anak yang sama ingin berterimakasih untuk pelajaran yang itu, meski dengan cara yang paling sederhana, sekedar mengingatnya lagi saja, terimakasih :)


Sabtu, 05 Oktober 2013

Tentang orang-orang yang resah

Matahari sudah turun sedari tadi, kami terlambat beranjak dari saung mungil beratap hitam di atas bukit itu. Di atas motor obrolan bisa jadi bermacam-macam, sambil menyalip kiri-kanan menembus jalanan Bandung yang sudah tidak senyaman dulu. Pada satu titik obrolan sampai tentang seorang lelaki resah, kawan baik sahabat saya yang baru saya jumpai tadi ketika menjemput kawan yang ini di rumahnya.

Sahabat saya bercerita sedikit banyak tentang kawannya yang ini. Lelaki yang resah, yang di kepalanya penuh beragam pertanyaan. Mulai dari di mana tuhan berada hingga asal-muasal kata 'abra kadabra'. Lelaki yang di mata saya terlihat luar biasa meski lewat pertemuan yang singkat-singkat saja.

Lalu saya ingat seorang makhluk lain, manusia eksentrik yang mirip, kami menyebut mereka sebagai bagian dari kaum ekstrimis yang sekarang sedang ada di ujung sibolga sana. Manusia baik hati yang juga saya pandang istimewa lewat perjumpaan-perjumpaan singkat kami di pasar ciroyom atau di sela-sela kuliah saya di kampus ganesa.

Bagi saya, mereka memang luar biasa. Di tengah dunia hedonis-kapitalis yang ini mereka hidup dengan sedikit berbeda, mereka bukan orang-orang arus utama seperti kami. Di kepala mereka, pertanyaan seolah tidak pernah berhenti, dari bibir mereka, mantra-mantra ajaib yang kerap membuat terkesima keluar mengalir seperti hujan.

Yang satu sempat mencari tuhan-nya di puncak-puncak gunung tertinggi, yang satu tenggelam dalam paham-nya yang sosialis atau anarkis saya juga kurang begitu mengerti. Tapi seperti itulah, memandang dari sisi saya yang hanya manusia median, mereka adalah jelmaan dari representasi di luar standar deviasi, data ekstrim seperti yang saya sebut tadi lebih tepat mungkin. Seolah mereka menjejak kaki di tanah yang berbeda dengan saya jejaki saat ini.

Kadang saya bertanya dalam hati, tidakkah mereka lelah terus mencoba menjawab pertanyaan yang hadir di ruang-ruang perenungannya? Tidakkah sekali waktu mereka punya ingin untuk  menghanyutkan raga-nya dalam arus utama yang lebih deras? Atau sederhananya kadang saya bertanya apakah sepi tidak merasuki sudut-sudut hati mereka?

Pengalaman mereka sangat menghibur untuk didengarkan. Dari mereka saya selalu merasa banyak belajar. Dan orang-orang resah ini umum-nya adalah manusia-manusia yang teramat baik kepada sesama.

Lagi-lagi saya tidak tahu apa motivasi saya menulis ini. Saya hanya merasa harus menuliskannya saja, seperti biasa.

Rabu, 25 September 2013

Utara Senja & Bumi Kelana


jika sudah begini, saya sering merasa kecil. Keluarga yang baik, istri yang tersenyum dan dikelilingi kawan-kawan yang baik seperti mereka. Setelah tulisan yang sangat indah dari seorang sahabat baik, kali ini bumi biru dan dedek Utara Senja dapat bingkisan cantik, Om tardjo menuliskan sebuah lagu yang cantik dari ujung Sibolga sana untuk mereka. biarlah saya kekal kan di sini untuk mengingat kan saya selalu akan hadiah manis ini.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Halo Bapak-Bapak/Ibu-Ibu. Kebiasaan itu susah hilang, oleh karenanya si saya tidak pernah sadar dengan kualitas suara.  Awalnya sih berniat jadi orang pertama menggombal jagoan kalian, tapi lama kelamaan anggap saja sebagai bingkisan dari ujung Sibolga. Mungkin sebagai perayaan mungkin juga sebagai rasa syukur. Sepertinya bentangan harapan sudah ada dari setiap orang, saya hanya menambahkan satu bentuk lain saja. Silahkan di coba, nanti kalau sudah besar keduanya, sampaikan salam saya ya hehehe  Selamat ya bradersss!
________________________

Pak tua terlambat tiba
Membawa lentera ajaibnya
Terselip kabar gembira
Dari semburat cahaya 
Ia kabarkan padaku
Dunia kedatangan tamu
"Utara Senja—Bumi Biru"
Anggota semesta yang baru

Kota 'Santara' beredar legenda 
Sepasang kurcaci nan gagah
Bukan kurawa bukan pandawa
Bukan dari padang kuruksetra

Tangisannya beruntai puisi
Gelak tawanya prosa suci
Nanar tatapnya citra ilahi
Gemuruh dadanya seperti api

Langit tetap tuli kenapa menanti
Menjulurlah ke tanah di ranah segala angkara
Bagaimana terbang tanpa suwiwi

Ugahari! 
Karena tak ada 
Nisan di angkasa 
Saat kau mati

Utara Senja engkau pasti merdeka
Bumi Biru Kelana berguna bagi sesama
Utara senja anak yang bijaksana 
Bumi Biru Kelana muara sukacita

Utara Senja manusiakanlah manusia
Bumi Biru Kelana Mahaguru alamraya 
Utara Senja hiduplah sepenuhnya
Bumi Biru Kelana tebarkanlah cinta

Karena telah kami titipkan tuhan di senyum kalian...

-----
semoga demikian benar adanya om :)

silahkan didengar langsung dari sitenya si om :)
Utara Senja & Bumi Kelana

Terimakasih banyak dek Hifsan a.k.a Tardjo yang baik hati, terimakasih kk Hengki a.k.a Rumah Kaca yang sudah mengenalkan saya dengan makhluk entah yang istimewa ini :D

Sabtu, 14 September 2013

Farewell ma, semoga pulang dengan apa yang kau cari

Dalam sempitnya waktu yang harus dibagi antara perusahaan baru, kandang baru, buah hati yang sedang lucu-lucunya telpon ku berdering, mama meminta kami pulang, ia mau berkumpul bersama anak-cucunya sesaat sebelum berangkat menggenapi rukun ke-islamannya. Tentu dengan segera kami mengiyakannya, meski dengan terpaksa aku tidak membawa cucu laki-lakinya yang masih dua bulan.

bercengkrama semalaman, mengobati kangen nya pada cucu lelaki pertamanya, memeluk anaknya satu persatu, aku hubungkan facetime agar bisa dilihatnya wajah menantu wanitanya dan didengarnya tangis cucu lelaki keduanya yang tidak bisa hadir saat ini, raut wajah itu bahagia, senyumnya sumringah, ada sedikit air mata menggenang di sudut matanya, ah.. itu tentu karena dia teringat lelaki-nya yang tidak sempat ikut menemaninya di moment yang sangat mereka nantikan ini, buru-buru disekanya, dia pasti tidak mau merusak moment kebahagian para handai-taulan yang ada di sekitarnya saat ini, berkumpul di rumah kecil kami yang sederhana ini. Dilingkupi hangat yang membaluri kulit kami.

Akhirnya waktu berangkat tiba. Dia pergi diiringi azan di pintu rumah. Hingga lebih dari sebulan ke depan kami akan berpisah sedikit lebih jauh, melintasi samudera. Aku peluk perempuan itu, mencium kedua pipi nya, bahagia merasuki hati kami, seperti air mengisi celah-celah sempit pada tanah kering yang retak.

Farewell ma, cepatlah kembali, semoga pulang dengan apapun yang kau cari di sana. Kami menyayangimu, kau tentu tahu itu :')

Rabu, 11 September 2013

Pemodelan Tsunami

Sebenarnya ini bukan pertama kali saya bersentuhan dengan pemodelan tsunami, tapi sekali waktu lebih banyak digunakan sebagai sarana untuk pacaran hahahaha.

Kali ini ada kesempatan 5 hari, saya belajar lagi pemodelan tsunami. Walau pada saat pelatihan lebih banyak digunakan untuk mempelajari software nya, namun belakangan, mau tidak mau saya bersentuhan dengan shallow water equation yang menjadi dasar dari cara kerja si perangkat lunak tadi. Walaupun bisa saja sekedar saya tuliskan dalam presentasi laporan, tapi secara moral, saya tidak bisa melakukan itu :)

Saya tidak akan berbicara tentang persamaan kali ini, saya hanya ingin menuliskan agar saya ingat, bahwa bagaimanapun hebat nya sebuah persamaan yang disusun secara matematis untuk menggambarkan sifat fisik dari suatu fenomena alam, tetaplah akan ada asumsi yang digunakan, asumsi yang siapapun tahu, tidak begitu sebenarnya. Tapi demi sebuah penyederhanaan, agar dapat kita manusia yang hina ini sedikit lebih memahami bagaimana alam bekerja, asumsi adalah sebuah keharusan, tidak terkecuali dalam SWE ini.

Asumsi sesungguhnya adalah sebuah konsep penyerahan diri pada keterbatasan. Begitulah, pemahaman saya hingga saat ini, yang ditempa pengalaman mempelajari gempa, dan kali ini di perkuat dengan mencoba memahami tsunami.

Dalam hati saya tersenyum dan berpikir; ah, seperti inilah tujuan belajar, apapun itu yang kita pelajari :)

Terminal

Matahari cengkareng seperti biasa, panas membakar kulit yang sudah hitam di tempa matahari bandung, yang sebenarnya matahari yang sama juga, bintang yang menghidupi bumi. Di bandara ini, saya datang terlalu cepat untuk mengejar penerbangan 12.50. Jadilah saya terduduk di restoran ini, menyesap rokok, merenungkan hidup yang entah mau ke mana, persimpangannya selalu mengejutkan.

Terminal seperti ini adalah gambaran hidup, orang-orang datang silih berganti mengisi hari, datang dan pergi, saya selalu berpikir seperti itulah seharusnya hidup, mereka tidak perlu pamit untuk masuk ke hati yang sempit ini, begitu juga untuk sekedar keluar berjalan menuju pergi.

Kadang tempat parkir yang lebih dinamis menjadi perumpamaan yang lebih baik dan lebih saya suka untuk menggambarkan hati saya dan hubungan saya dengan semua orang-orang yang saya kenal, semacam perisai dari sedih, agar tidak perlu saya tangisi mereka-mereka yang pergi.

29 tahun usia, rasanya saya sudah kehilangan banyak kawan, dan begitu juga saya telah menambah terlalu banyak orang di keseharian hidup yang singkat ini.

Tidak banyak yang ingin saya lakukan dalam hidup, saya hanya ingin menjadi orang baik. Maka mulailah saya menghadiri undangan dari kawan-kawan baik dan saudara, selalu bersedia seandainya saya punya waktu untuk menemani mereka yang mampir ke kota kembang, tempat saya menjalankan hidup sampai waktu yang entah sekarang.

Tapi tetap saja kita, khususnya saya tidak bisa menahan siapapun untuk berlama-lama diam di hati. Setiap individu boleh datang dan pergi sesukanya.

Hanya ada satu hal yang mungkin bisa saya lakukan, membuka gerbang itu lebih lebar, setidaknya saya tidak ingin anak saya belajar dari seorang ayah yang sombong dan enggan membuka hatinya, meski hati itu sempit dan sudah nyaris penuh dengan kebahagiannya sendiri :)

Rabu, 28 Agustus 2013

Puisi orang kecil

Angin bertiup pelan-pelan, membisiki dedaunan kisa perjalanan nya. Mungkin di sana ada cerita tentang revolusi yang belum selesai atau reformasi birokrasi korupsi yang enggan usai. Mungkin di sana ada cerita-cerita yang lebih sederhana, tentang membangun kandang untuk beternak atau mulai memasuki dunia bisnis yang kabarnya tak berperi.

Cerita tentang hatta, sang cedikia yang sederhana atau militan nya Tan Malaka sekarang hanya dongeng penghantar tidur anak-anak kita.

Hari ini masih terjadi perang di suriah, mesir juga masih membara, dan kami hanya duduk diam di sini saja, berdoa diberi damai oleh Tuhan yang kuasa.

Egois sekali memang, tapi inilah ironi lazimnya kami.

Puisi untuk puisi

Meskipun tak sering
Kadang kutulis juga rangkaian kata
Curahan-curahan isi hati untuk dunia
Agar terpelihara kami punya rasa

Meskipun tak indah layaknya goresan para pujangga
Terkadang masih juga ku tuliskan kata-kata
Sekedar puisi untuk puisi

Rabu, 21 Agustus 2013

Sastra Bumi

Sudah lama tidak mendengar kata itu :)

Sambil menikmati semangkok sop kambing diikuti sebatang kretek, saya tersenyum membaca mention teman-teman seangkatan di geofisika reservoar UI, intinya mengucapkan selamat pada seorang kawan yang berulang tahun. Kemudian sang ultah-boy (man?? :p ) membalas, 'terimakasih banyak teman-teman satra bumi'. Begitulah angkatan kami menyebut program studi kami kala itu. 

Iya, bagi saya pribadi begitulah ungkapan yang paling tepat :)

Memahami bumi, belajar ilmu kebumian tidak ubah seperti menikmati sastra. Interpretasi gelombang suara yang direkam di permukaan adalah puisi ibu bumi yang kami nikmati, lalu kami coba mengerti semampu kami melalui hukum-hukum fisika yang diterjemahlan dengan bahasa matematika. Bagaimana lempeng bergerak karena arus konveksi dan pertemuan diantara nya melahirkan akumulasi energi yang terlepas sebagai gempa adalah roman yang kadang berakhir tragedi saat manusia tidak bersiap atas segalanya. Inversi sumber gempa dari pengamatan geodetik rasanya tidak ubah seperti membaca prosa rumi atau syair gibran yang jauh lebih dalam dari pada yang terlihat semestinya. Gores, patahan dan lipatan serta kandungan mineral batuan bercerita tentang perjalanan nya serupa kerutan pada wajah yang di tempa usia.

Ah, begitulah... Aku sendiri rasanya tidak layak menyandang sebutan scientist, tapi setidaknya kami sangat menikmati apa yang kami coba mengerti dan bagaimana cara kami mencoba memahami bumi. 

Sastra bumi, iya, di sanalah saya berdiri dengan penuh kecintaan, jika kau tidak percaya, lihat anak ku, aku namakan dia "Bumi" kan? Hehehehe

Selasa, 13 Agustus 2013

Mahasiswa-mahasiswi

Mahasiswa tua, gondrong, belum lulus-lulus. 
Duduk merokok di pojok kampus, tempat mewah yang tidak bisa di mana saja ada.

Mahasiswi muda, baju hitam, rambut panjang di kibas-kibas.
Menuju mobil mewah hadiah orang tua karena bisa masuk kampus yang keluarkan koruptor-koruptor ternama.

Ah ganesa 20, ada beragam-ragam cerita di dalam mu. Sebagian tentang kami sebagian entah tentang apa :D

Jumat, 09 Agustus 2013

When baby do not want to sleep

Hey buddy, it is not easy to understand what do you want. We definitely have different language, I'm sorry I can not always interpret your wish perfectly, but it is the art of new father and his son bonding for sure :)

I don't mind your thunder cry, it is music in my ear, but if you don't mind, please give my beloved wife- your mom a little break in between, we have to make her happy always, so she can produce right milk composition in the right amount of it for you :)

You know buddy, you really are miracle. The way you cry, din't let us sleep too well, and play fun with our feeling, ah you are the astonishing creature and we think that we are blessed with a thousand gift from the man above.

Buddy, when I look into your bottomless eyes, I only can say that; Thank you for come :)

Kamis, 01 Agustus 2013

Malala

Saat ini saya dan keluarga saya hidup di tempat yang tentu saja jauh lebih baik di banding tempat gadis yang namanya ingin saya abadikan sedikit lebih lama dengan menuliskan kembali tulisan tentang dia. agar saya ingat, bahwa di belahan bumi lain penindasan dan diskriminasi menjadi hal yang lazim, agar mata saya bisa terbuka tetap lebar untuk terus menyadari dan berhenti berpura-pura tidak tahu bahwa di lingkungan yang saya huni, meski dalam skala yang lebih kecil hal sejenis masih terjadi.

Selamat ulang tahun Malala, jangan pernah berhenti dan menyerah.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selamat Ulang Tahun Malala Yousafzai!
Oleh: Lilik Krismantoro | 12 July 2013 | 16:54 WIB

Hari ini ditetapkan oleh PBB sebagai hari Malala, sebuah perayaan khusus bagi seorang gadis yang kini berusia 16 tahun, dan bertahun-tahun dikenal sebagai pejuang hak-hak pendidikan bagi anak-anak perempuan, khususnya di Pakistan, melawan kaum Taliban.

Malala Yousafsai menulis sejak berusia 11 tahun, sebagai penulis anonim di  blog BBC, yang menuturkan pergulatan seorang anak perempuan di tengah deru peperangan dan secara khusus hak-hak anak perempuan untuk mendapat pendidikan di Pakistan.
Gadis ini lahir 12 Juli 1997 dan tumbuh di kota Mingoria, Distrik Swat, Provinsi Pakhtunkwa Pakistan, sebuah daerah yang bergunung-gunung, subur, dan hijau, namun menjelma menjadi kawasan penuh darah sejak dikuasai oleh Taliban.

Malala tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi intelektualitas. Ayahnya, Ziauddin Yousafzai adalah seorang sastrawan, aktivis pendidikan, sekaligus pemilik sekolah tempat Malala belajar ketika ia belum menghadapi ancaman kematian. Ia mengelola jaringan Sekolah Khushal, nama yang diambil dari seorang sastrawan Pashtun, Khushal Khan Khattak. Ayahnyalah yang memperkenalkan Malala pada wawasan hidup yang luas, dan mengajak Malala untuk berani tampil menyuarakan hak-haknya baik melalui tulisan maupun pidato.

Pada tahun 2009 Taliban menguasai lembah Swat tempat Malala tinggal, dan mulailah masa kelam bagi penduduk asli yang telah berabad-abad berdiam di situ. 15 Januari 2009 Taliban melarang anak-anak perempuan bersekolah. Mereka membakar ratusan sekolah dan tak segan-segan membunuh bila diperlukan.

Ketika BBC mencoba mencari suara lain, melalui reporter Abdul Hai Kakkar, sampailah mereka pada Malala dan ayahnya, sebuah suara dari anak perempuan di tengah gemuruh peperangan. Tiga Januari 2009, tulisan Malala pertama kali muncul di Blog BBC Urdu. Tak lama kemudian New York Times membuat film dokumenter tentang Malala. Tulisan-tulisan dan film dokumenter ini mengantar Malala dikenal secara nasional. Identitasnya pun kemudian diketahui, dan Malala sering berbicara di berbagai forum untuk memperjuangkan hak-hak anak perempuan akan pendidikan. Ia ingin menjadi politisi dan aktivis sosial membela mereka yang lemah dan tertindas. Ia aktif terlibat di beragai kampanye dan gerakan yang memperjuangkan anak-anak di Pakistan.

Pada bulan Oktober 2011, Desmond Tutu menominasikan Malala dalam the International Children’s Peace Prize. Ia menjadi pemenang Pakistan’s first National Youth Peace Prize pada Desember 2011. Pada 2 Januari 2012, namanya dipakai sebagai nama sekolah di Pakistan : Malala Yousafzai Government Girls Secondary School.

Keaktifan Malala mulai membuat pihak Taliban gerah. Malala berkali-kali mendapat ancaman dalam berbagai bentuk. Tanggal 9 Oktober 2012, sewaktu Malala dan dua sahabatnya, Kainat Riaz dan Shazia Ramzan, sedang menaiki bus sepulah ujian di lembah Swat, seorang laki-laki bertopeng menaiki bus, dan menembakkan senjatanya.

Malala dan dua rekannya selamat. Ia dirawat di rumah sakit militer di Peshawar untuk mengangkat peluru, dan mengoperasi kepala sebelah kirinya yang terluka. Taliban menyatakan diri bertanggung jawab atas penyerangan ini. Malala dibawa ke Rawalpindi. Seluruh dunia menawarkan diri kesediaan dan bantuan untuk merawat Malala. Malala kemudian dibawah ke Inggris untuk dirawat lebih jauh mengingat peluru menyerempet otak sebelah kirinya. 17 Oktober Malala sadar dari komanya. Malala membutuhkan beberapa bulan untuk pemulihan kondisinya.

Seluruh dunia bergerak karena Malala. Dari Madonna, Angelina Jolie, hingga Obama dan sekjen PBB. Pada 15 Oktober 2012, Gordon Brown, mantan Perdana menteri Inggris, yang saat ini menjabat sebagai Utusan Khusus PBB untuk pendidikan Global meluncurkan petisi dan kampanye untuk mendukung apa yang diperjuangkan Malala dengan slogan “I am Malala”.

Malala tanpa henti terus bergerak, bersama para sahabatnya, selepas dari RS Malala menyerukan Dana Pendidikan Malala untuk pendidikan anak perempuan di Swat. Ia mendapat sederet panjang penghargaan bagi perjuangan tanpanya. Malala bahkan menjadi kandidat Nobel perdamaian termuda di dunia.

Hari ini 12 Juli 2013, di hari ulang tahunnya ke-16, Malala Yousefzai berpidato di hadapan 500 anak muda di PBB. Malala berkata : “Mari mengangkat buku dan pena kita. Mereka adalah senjata yang paling hebat. Satu anak, satu guru, satu pena, satu buku dapaty mengubah dunia. Pendidikan adalah satu satunya. Pendidikan yang utama.”

Sekjen PBB Ban Ki Moon menyerukan 12 Juli sebagai Hari Malala.

Selasa, 30 Juli 2013

Bumi kecil, menangislah yang keras

Malam ini aku jauh nya beberapa ratus kilometer dari mu. Kabar tangismu sampai, lewat facetime dapat kulihat wajah kecil dan suara tangis itu terdengar di sini, kencang serupa badai :). Ah... Rasanya mau segera ke sana, menimangmu hingga lelap di dekapanku.

Menangislah yang keras Bumi ku, bersama itu teguhkan hatimu. Kelak acungkan tinjumu lurus menuju matahari dan genggam jalan langit dengan tekadmu.

Cium sayang Piu untuk Bumi Biru :)

Miu yang sabar ya, terimakasih untuk tidur yang terpotong dan mimpi yang mungkin akan jarang datang satu-dua tahun ini. Peluk
 >--(•__•)--<

Selasa, 23 Juli 2013

Eric chant dan korek api ajaib by: Diana Wynne Jones

Buku ini menyajikan kisah tentang Cat, gwendolen dan janet dalam dunia sihir. Sepertinya ditujukan untuk remaja, bahasanya terkesan datar dan mudah dicerna. Tidak ada permainan alur atau sudut pandang yang luar biasa seperti umumnya dijumpai oleh para penikmat fiksi sihir dalam karya jonathan Stroud.

Yang cukup menghibur adalah ide tentang korek api, meski terlihat seperti penyederhanaan hocrux dalam harry potter karya rowling bagi saya ide ini manis dan merepresentasikan ketentanan nyawa penyihir yang sangat hebat sekalipun :)


Nothing special but sure fun :)


Sabtu, 20 Juli 2013

Menunggu #2

Kemudian saat itu tiba. Jerit kesakitan berulang kali keluar dari bibir kekasihku, peluhnya membasahi seluruh tubuh seperti nil membanjiri dataran mesir. Pada tubir maut dengan sakit yang tak mampu kubayangkan, digenggamnya tanganku, dibisikannya namaku, jika tak diberi kuasa melewati ini supaya kujaga apa yang ditinggalkannya dengan pertaruhan hidup ini. Aku tersenyum, menghentikannya bicara, meyakinkan dia dan diriku sendiri agar kuat melewati jembatan ini, bahagia itu di sana sudah sedemikian dekat luar biasa dengan kami.

Akhirnya tangis sang bayi menggema, seketika kaki yang telah berkelana ke pelosok-pelosok negeri ini kehilangan tenaga. Aku terduduk mengucap syukur, menyeka bahagia yang tumpah di sudut mata, kulihat kekasihku terbaring di sana, senyumnya lemah namun wajahnya lega, kulihat anak kami di sana, tangisnya hebat menyambut atmosfer di luar tubuh ibunya, kulitnya merah, tangannya menggapai-gapai udara, aku berdoa agar kelak tangan itu bisa menyentuh langit biru di atas sana.

Bahagiaku?? Jangan kau tanya lagi, aku belum pernah selega dan sebahagia ini. Selamat datang Bumi Biru Kelana, tumbuhlah bersama kami, kelak berjalanlah ke segala penjuru, jatuh cintalah, belajarlah dari kesalahanmu, gali kebijaksanaanmu hingga sedalam samudera dan beranganlah setinggi langit yang biru, jangan lupa untuk memastikan agar hatimu selalu mengakar di bumi.

Rabu, 10 Juli 2013

Menunggu #1

Gedung ini bersinar kuning di pedar lampu-lampu nya. Kami terkungkung menunggu sedari tadi. Harap dan cemas silih berganti. Ah, mungkin begini yang dirasa orang tua kami hampir 30 tahun yang lalu.

Aku keluar sejenak, menyesap tembakau menenang kan diri. Teringat parkir ITB di tahun terakhir kuliah sarjana kami. Teringat pangandaran dan karang-karang tajam batu hiu, lalu teringat istana kana gedung tempat saya berucap sumpah, tidak lupa gili trawangan dan hotel sederhana itu. Semuanya melintas, saya tersenyum mengingatnya. Entah apa yang ada di pikiran kekasih saya saat ini, tentu dia lebih gelisah dibandingkan saya. Tenanglah sayang, tersenyumlah... Dia yang kita tunggu akan segera tiba :)

Rabu, 03 Juli 2013

Pohon-pohon harapan

Ditemani alunan musik sunda yang sesekali di selingi mozart atau beethoven, di sinilah saya, di sebuah kebun sengon milik seorang sahabat.

Dia dan beberapa pekerjanya sibuk memotong dahan pohon-pohon muda 6 bulan yang sudah mulai tumbuh semoga menjulang. Saya duduk berteduh menghindari matahari kampung pelukis yang terik membakar ubun-ubun, mentafakuri kicau burung, embikan kambing, desau angin bertemu dedaunan, dan alunan musik tadi tentu saja.

Garis langit menghantarkan saya ke sini, dan saya percaya selalu ada rencana misterius tuhan di balik setiap peristiwa.

Dengan hati dikuat-kuatkan saya melangkah ke sini, berharap sedikit rezeki tambahan untuk belahan hati yang sebentar lagi lahir.

Ada cita-cita besar agar saya dapat menemani dia tumbuh, menceriterakan kuda troya atau kejayaan roma, mengajari dia menapaki jejak bijak buddha dan tentu saja kanjeng nabi yang mulia. Mengajarkan dia berbuat baik, gigih, dan bekerja keras dengan contoh yang bisa dia saksikan. Menemani dia mendaki gunung pertama kali atau mengisahkan perjalanan metamorf hingga sampai ke permukaan di singkapan-singkapan.

Semua itu tentu sulit dalam belenggu 8-17 yang saya jalani sekarang. Saya takut akan kehilangan semua kenikmatan itu, saya takut menjadi bingung antara pulang dan pergi.

Di sinilah saya sekarang, mempercayai bahwa mimpi harus diperjuangkan, waktu harus dibeli, dan rintangan harus ditaklukan.

Di sinilah saya sekarang, mempercayai bahwa hari ini yang harus di nikmati. Masa depan hanya mimpi tanpa mulai dijalani, dan pasif menunggu adalah bukan untuk kami.

Apakah aku menjadi sedemikian pragmatis? Tidak juga, sedikit lebih realistas... Sembari tetap menggenggam mimpi-mimpi lama yang sekarang sepanas bara, menggapai mimpi-mimpi baru yang sekarang masih di angkasa.

Anak muda dengan kacamata hitam dan topi koboi itu berjalan kesana-kemari seperti tidak letih, saya duduk senyam-senyum sendiri memperhatikan pikiran menari... Ah... Mungkin ini mimpi di siang hari, tak apa... Setelah ini saya segera berjalan menghampiri :)

Sabtu, 08 Juni 2013

VIP VVIP

Hari ini saya menghadiri sebuah undangan pernikahan. Saya tidak menyangka pesta ini akan sedemikian mewah. Tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan di sini. Kali ini saya ingin bercerita tentang penghormatan manusia terhadap manusia.

Saya dan istri datang cukup awal, dimana para undangan masih sedikit. Tapi sudah banyak panitia dan protokoler yang hilir mudik. Ah, rupanya yang punya hajat orang penting. Puluhan rangkaian bunga dan nama-nama orang serta perusahaan di atasnya cukup untuk saya menerka sepenting apa tuan rumah acara ini.

Lalu kami punya banyak waktu mengamati bagaimana persiapan panitia. Ada briefing singkat sebelum resepsi di mulai, dan semua arahan diberikan lewat mikrofon sehingga saya bisa mendengar intruksi dari ketua panitia. Mereka berbicara tentang persiapan menyambut tamu VIP dan VVIP yaitu para pejabat; pak menteri, dirjen, para direktur dan lain sebagainya, tamu jenis ini berbeda, mereka tidak boleh mengantri harus di by pass katanya. Saya bukan termasuk golongan istimewa tersebut. Kendati ini bukan pertama kali saya menghadiri acara di mana ada kasta orang penting dan saya berada pada kasta biasa, namun biasanya masih dalam taraf yang bisa saya terima, seperti pada saat wisuda misalnya, para guru besar adalah VIP dalam seremoni itu. Tapi biasanya derajat yang membedakan adalah keluasan pengetahuan, sehingga tidaklah pernah terlintas pada diri saya bahwa saya pantas sejajar dengan mereka di podium kehormatan. Kali ini berbeda, kasta itu digolongkan pada pangkat, kekayaan, kepopuleran, atau singkatnya status sosial yang jauh dari kehormatan akademis yang berada dalam lingkup penerimaan dan pengalaman saya.

Seketika rasa kesal itu datang, pertama tentu dari rasa iri. Benci itu menyeruak menjadi semacam resolusi. Kelak... Saya mau posisi itu, saya akan hadir menjadi VVIP di setiap acara di mana saya diundang. Saya benci berada di kasta bawah... Sangat benci.

Saya sudah hampir kehilangan kesabaran, tapi dengan menguat-nguatkan hati saya tetap di sana menghormati istri saya dan sahabat baiknya yang hari itu menikah. Rasa benci itu berubah menjadi gerutuan, tiba-tiba dunia menjadi suram di mata saya.

Akhirnya saya pulang, setelah menemani sang istri menuju tidurnya, saya punya kesempatan untuk turun, bertafakur sedikit lebih jauh di ujung malam hingga akhirnya saya menuliskan post ini.

Akhirnya saya memahami, yang pantas dibenci bukanlah keberadaan saya yang malam ini tidak di kasta terhormat, penggolongan seperti itu juga sudah merupakan hal yang patut untuk dibenci. Saya menetapkan hati.... Saya bahkan sudah tidak ingin berada di kasta tertinggi dan ditinggi-tinggikan lagi, saya tidak ingin menjadi seperti itu.

Bukankah semua manusia sama derajatnya di mata tuhan? Bukankah seharusnya derajat taqwa yang membedakan tingkatan manusia di depan tuhannya? Lalu kenapa saya tiba-tiba gila penghormatan? Ah ini salah, saya tidak mau menjadi seperti itu.

Bila kelak saya ditinggikan, semoga nurani mengajarkan saya untuk merendah, bila kelak saya direndahkan, semoga hati menjaga jiwa tetap tinggi mengangkasa dengan kaki yang membumi.

Bapak penjual mie instant di belakang gedung mewah tempat resepsi itu mungkin sudah jauh melampaui saya dalam memaknai hal sedemikian. Dia memperlakukan saya yang punya uang ratusan ribu di dompet sama baiknya dengan bocah kumal dengan uang pas-pas-an untuk membeli satu bungkus mie instant sore tadi.

Ingatkanlah... Agar saya berhenti meninggikan segolongan manusia atas manusia lain, terutama hanya berdasarkan status sosialnya.

Lalu saya ingat pernikahan saya, di mana semua tamu sama... Tidak ada yang lebih penting dari yang lainnya... Dan saya bahagia. Lalu saya ingat pernikahan seorang sahabat... Di mana anak-anak lusuh dari jalanan itu yang menjadi tamu paling istimewanya... Saya menjadi lebih bahagia... Lalu saya mengerti mengapa tuhan tidak membiarkan saya lahir dari keluarga yang terhormat. Pasti agar saya tidak sombong... dan mempelajari apa yang saya pelajari hari ini.

Selasa, 04 Juni 2013

imperium by: Robert Harris

Ini sebuah novel, bagaimanapun dia melibatkan banyak peristiwa sejarah penting romawi yang dikenal dunia pada masa hidup cicero sang orator ulung, dari masa dia seorang pelajar hingga meraih ambisinya menjadi seorang konsul (jabatan tertinggi di republik romawi ketika itu) sesaat sebelum masa kekuasaan Caesar yang melegenda.

Yang lebih menarik lagi, Novel ini ditulis dengan sudut pandang Tiro, budak yang mejadi sekretaris Cicero yang menciptakan sistem stenografi untuk menangkap kata-kata majikannya yang keluar secepat deru samudera mengguncang peradilan maupun senat.

Tiro diketahui memang pernah menulis tentang cicero meskipun naskah itu kemudian lenyap, dan sebagian besar kejadian dalam novel ini merupakan kejadian yang sungguh-sungguh tercatat dalam sejarah. Hal-hal ini menambah nilai novel ini disamping cara penyampaian dan pilihan frasa yang cerdas.

Pembaca dibawa mengikuti degup jantung Tiro yang menguping rapat konspirasi kelompok Crassus dan Caesar, seakan kita ikut terjepit dalam pilihan sulit Cicero yang disaksikan oleh Tiro, atau ikut merasa jijik melihat Perzinahan Caesar yang tidak sengaja dipergoki oleh Tiro.

Meski Cicero adalah pusat novel ini, tapi Hortensius, quintus, Tiro sendiri, atau therentia istri Cicero, dimainkan dengan begitu cantik sehingga membuat kita dapat merasakan persaingan antara cicero dengan Hortensius, atau cinta yang tegang antara sang tokoh utama dengan istrinya. Tokoh favorit saya adalah Lucius sang adik, yang mati bunuh diri dalam putus asa.

Setelah menyelesaikan Sejarah Dunia Kuno dari Susan W Baeur, novel ini menjadi penghibur yang baik menemani liburan saya sambil mengingat-ingat apa yang ditulis Mrs. Baeur pada masa-masa hidup cicero yang lebih berfokus pada nama-nama yang lebih besar pada masa itu seperti Pompei agung, Spartacus, dan tentu saja Julius Caesar.

Stenografi Tiro mungkin sudah mati sekarang digantikan recorder, tapi sistem peradilan dengan mengajukan saksi dan berganti giliran antara pengacara dan penuntut ala Cicero saat mendakwa Verres masih hidup hingga sekarang. Dua hal lagi yang menjadikan saya merasa harus merekomendasikan novel ini :)

Rabu, 29 Mei 2013

Sejarah Dunia Kuno oleh: Susan Wise Bauer

Mrs. Bauer telah menuangkan sesuatu yang luar biasa dalam buku ini, dari judulnya kau bisa menebak, beliau adalah orang gila yang menurut saya berhasil merangkum sejarah dunia dari kisah-kisah pertama yang dituturkan hingga hancurnya kekaisaran adidaya romawi yang jumawa. Dari Gilgamesh hingga konstatinus. Kisahnya melewati masa yang panjang dan rentang yang begitu luas, dimulai dari assiria, china, mesopotamia, roma, bahkan sungai gangga.

Tanpa istilah dan terminologi ketat sejarah, buku ini ditulis dengan bahasa selayaknya sebuah roman, tanpa mengesampingkan perbedaan-perbedaan tafsiran sejarah. Aturan penulisan sumber walau tidak kentara namun sangat diperhatikan, bukan hal aneh melihat penulisnya adalah seorang pengajar di college of William & Marry di Virginia.

Ada banyak kisah menarik dalam buku ini, pembahasan kisah banjir sejagad dari berbagai kebudayaan dunia, tentang bagaimana peraturan tidak tertulis menjadi tuhan di Sparta, atau pertempuran Leonidas yang heroik. Silih bergantinya penguasa roma, dari si gila caligula hingga si suci Markus Aerolius. Bagaimana alexander dari macedonia memotong simpul-simpul pada kereta perang yang menggenapi ramalan. Atau mungkin kau lebih tertarik ke wilayah timur? Dalam buku ini akan kau jumpai pula kisah-kisah luar biasa dari cina. Confusiusme yang berawal dari rasa putus asa akan perang yang tiada akhir, ketakutan yang akhirnya menciptakan tembok besar cina, anggapan bahwa pedagang adalah parasit yang mengutip untung dari produk orang lain, hingga para kasim yang dikebiri namun mampu menjadi penguasa sesungguhnya dari sebuah negara.

Jika menurutmu itu belum cukup hebat, teruslah membaca, kau akan menjumpai bab-bab kebangkitan hindu dan kritiani. Kau juga akan disajikan kisah tentang raja partia yang menyatakan bahwa dirinya didukung oleh dewa mazda, lalu saya juga baru tahu zarathusra adalah nama dewa kuno yang dipuja para penguasa dari kerajaan kuno. Lalu kita juga akan bertemu mahawira yang melepaskan hak-hak istimewa kelahirannya untuk mengajarkan lima sila : satya, asetya, brachmacharya, apari graha, dan ahimsa. Kita pun akan bertemu siddartha gautama dan lantas kita akan melihat ajarannya yang suci menjadi alat politik para penguasa seperti hal nya kristiani di Roma.

Secara singkat : buku ini luar biasa!

Bagi yang tidak begitu menyukai sejarah, kau bisa menikmati intrik-intrik di dalamnya seperti hal nya saya :) dua buku selanjutnya... Pasangan dari buku pertama ini... sangat ingin saya baca.

Saya tidak bisa berkata bahwa kau akan benar-benar bisa menikmati buku ini seperti menikmati sebuah novel, tapi buku ini jauh lebih tidak membosankan dibanding buku-buku sejarah yang pernah saya baca.

Bila umumnya buku sejarah membahas bagian per bagian dari sebuah peristiwA, buku ini membahas berbagai peristiwa yang dirunut dalam rentang waktu kejadiannya. Loncatan pembahasan secara geografis kadang menjadi sangat membingungkan. Ketika kau kita harus menghentikan pembahasan tentang roma dan melihat apa yang terjadi di Cina pada masa itu, lalu meloncat kembali ke Mesir bukanlah cara yang baik bagi pembaca dengan ingatan yang tidak begitu baik seperti saya. Seringkali, saya harus membalik lagi halaman-halaman sebelumnya agar tidak tersesat pada bab-bab selanjutnya.

882 halaman dalam versi terjemahan bahasa indonesia ini adalah mozaik-mozaik indah yang sangat layak untuk dinikmati.

Kamis, 02 Mei 2013

Keakuan-ku

Tidak semestinya kita menaikkan suara pada makhluk baik hati yang mengingatkan kita untuk tidur saat kita bahkan lupa harus bernapas. Kepadanya, justru puja-puji harus ditujukan.

Tidak semestinya kita tidak menyentuh makanan yang sudah disiapkan sepenuh hati untuk kita. Butuh lebih dari sekedar ikrar dan mulut manis untuk mewujud-nyatakan syukur.

Aku dan segala ke-akuan ku, salah mungkin akan selalu menjadi pakaian kami, terimakasih untuk hati yang selalu penuh maaf itu... Dan paling-paling cinta yang bisa kutawarkan sebagai ganti. Ah,... Kau tentu tahu aku tidak punya yang lain lagi :)

Rabu, 24 April 2013

Bandung-Jakarta

Ini km 44, sebentar lagi masuk ibu kota,
resah hatimu meninggalkan calon ibu dan jagoan di perutnya.
Hidup harus berjalan, dengan dinding retak atau mulus.
Kau berpikir betapa belum kau bahagiakan ibumu sendiri,
sebentar lagi ada anak yang harus kau besarkan.
Dari apa seorang laki-laki di buat?
ah, kau ingat dia hanya dari tanah tak berharga
Tanpa air, sukar dibentuk, tanpa dibakar tidak akan pernah kuat.
Dengan cinta lelaki dibentuk, tapi dia menjadi kuat dihantam panasnya hidup.

Tuhan dan segala hal tentang dia memang irasional, dan kita mungkin akan selalu gagal mendekatinya dengan rasionalitas.
Cinta pada Kekasih, anak, keluarga juga irasional, dan kitapun pasti akan gagal mendekatinya dengan rasionalitas, dia... menjadikan tuhan semakin terasa ada, meski memang di luar jangkauan rasionalitas yang mendewa menjelma berhala.

ah, bahkan sebelum hadir... dia sudah mengajarimu hal sebegitu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Aku tidak akan berpura-pura kuat, tanpa rasa takut atau sakit lagi....
tapi kepadamu Bumi-ku.. menjadi lebih baik adalah janji


and I know I could be more strong, I could be more clever... -FUN in Out on The Town

Matlab from Terminal on OSX


Sometime you work on your terminal and want to execute matlab directly from your terminal. I found this way to do that.

first add your Matlab full path in your .bash_profile :

export PATH=/Applications/MATLAB_R2011b.app/bin:$PATH

change MATLAB_R2011b.app with watever yours.

save your edited .bash_profile

open new terminal, and now you can execute matlab script from your terminal directly. example :

matlab -nodesktop 

command line above will brings your matlab command window to your terminal.

so, you can start to type your matlab command or run matlab script.

or you can run -r to execute .m matlab script. example :

matlab -nodesktop -r inv_forward2.m

will executes inv_forward2.m file in my current directory.

to stop and get back your terminal simply type "quit"

Jumat, 19 April 2013

Remember You



Matahari turun di belakang siluet bangunan-bangunan tua, cahayanya terbias partikel di lapisan atas atmosfer menjadi dominan pada warna emas dan merah, sementara langit masih biru meneduhkan hati. Dalam kesendirian di lalu-lalang jalan yang ramai, aku menatap kosong pada awan-awan itu, mengenangmu dalam senyapku.

Kesendirian yang sama seperti malam ini, tanpa senja melankolis ke-emasan, hanya sayup-sayup televisi yang tak mendapat perhatian, sekali lagi aku mengenangmu dalam senyapku. Sudah berjam-jam yang lalu aku mencoba memejamkan mata, jalan menuju mimpi tidak juga terbentang, kau bermain-main di pikiranku, menyentil memori-memori sentimentil dan kau tahu persis di mana letaknya.

Sudah 6 tahun kau di sana, meninggalkan perempuanmu dalam tangisnya yang diam dan panjang, meninggalkan aku dengan air mata yang linang, meninggalkan ke-4 anak gadismu dalam isak yang dalam.

Kenapa tidak Dia yang tahtanya melampaui kebesaran akal manusia mengizinkan mu sekedar hadir saat kami wisuda? moment yang paling ingin kau saksikan ketika waktu mu tiba. Mengapa kau tidak tinggal sedikit lebih lama untuk menyaksikan anak-anak mu menikah? Kenapa kau tidak menunggu sedikit lagi hingga cucu laki-laki mu itu lahir? ah... harusnya kau lihat sekarang dia sudah berlari-lari lincah dan menceracau sepanjang waktu, dia baru berulang tahun kemarin, atau tidak kah kau ingin agar sempat untuk berkenalan dengan keluarga baru ku? Mertua laki-laki ku yang tangguh dan suka sekali pekerjaan pertukangan, seorang insinyur sipil yang pasti kau akan sangat suka, kalian banyak sekali kesamaan, kecuali dia lebih jago memancing dan kau lebih jago menendang dinding sampai runtuh. Tidak maukah kau menggendong seorang lagi laki-laki kecil anggota baru keluarga kita yang akan segera hadir? jari-jari kakinya sudah sempurna, kau pasti akan senang dengan nama yang kami siapkan untuk dia.

ah, mataku memanas, bahkan kepergianmu menjadikan kami lebih kuat. Anak-anakmu tidak pernah bertengkar, berbahagialah untuk itu. Tidak seorangpun anakmu berani menyakiti hati kekasihmu, dia kami hormati sepenuh hati, dengan segenap jiwa kami. Maaf kan aku tidak pernah berdoa untuk ketenanganmu di sana, aku bahkan tidak yakin ada yang mau mendengarkan doa dariku, tapi katanya Dia maha pengampun dan penuh kasih.... aku hanya harus berjalan menuju Dia katanya, di sinilah aku mencoba membunuh rasionalitas yang me-maha-dewakan dirinya, agar kau tidak sekedar hilang menuju tiada seperti ditulis demostran putus asa itu.

Pada awan-awan merah ke-emasan saat itu aku melihat wajahmu, seperti sekarang yang kulihat di langit-langit kamar kontrakan yang sempit ini.... bayanganmu semakin kabur... air mataku turun. Kali ini aku ingin minta maaf, entah untuk apa, aku tidak tahu... aku tidak tahu... harusnya, sekarang aku mampu membuatmu bahagia, oh Tuhaaaaan, aku mau melihatmu tersenyum, sekali lagiiiiii saja... sekali lagi saja :'(

"...I wish You could stay
but I'll, I'll wait for the day..." --Remembering You by Steven Curtis Chapman

Rabu, 10 April 2013

Akses data waveform dari IRIS

Dapet email dari IRIS bahwa beberapa layanan dipindahin. Ada informasi menarik bahwa data waveform bisa diakses dari matlab. wew, ini informasi bagus buat orang yang belajar seismologi dan suka matlab macam gw. buat yang belum kenal IRIS (Incorporated Research Institution for Seismology) silahkan maen ke website resmi mereka di sini : http://www.iris.edu/

Kita langsung ke akses data waveform aja ya :) informasi dasar silahkan baca di sini : http://www.iris.edu/manuals/javawslibrary/matlab/

jadi sesuai info di sana gw donlot lah file java nya dari link yang ada di halaman tersebut. plus download juga file classdeff dari halaman yang sama : irisFetch.m

dan gw coba running script contoh berikut :

% make sure the java jar is in the path, this need only be done once per MATLAB session
javaaddpath('IRIS-WS-1.5.2.jar'); % or equivalent

% Fetch data form IRIS
%   args: Net, Sta, Loc, Cha, Starttime, Endtime [,quality][,includePZ][,verbosity]
mytrace=irisFetch.Traces('IU','ANMO','*','?HZ','2010-02-27 06:30:00','2010-02-27 07:30:00','includePZ')

% process the data : for example, plot it
% simple example: plot first trace
trace1 = mytrace(1);
sampletimes=linspace(trace1.startTime,trace1.endTime,trace1.sampleCount);
plot(sampletimes,trace1.data);
datetick;


sukses, hasilnya sama seperti di petunjuknya.



Maen-maen, mari kita coba download waveform dari gempa papua beberapa hari yang lalu.

edit sedikit scriptnya

% make sure the java jar is in the path, this need only be done once per MATLAB session
javaaddpath('IRIS-WS-1.5.2.jar'); % or equivalent

% Fetch data form IRIS
%   args: Net, Sta, Loc, Cha, Starttime, Endtime [,quality][,includePZ][,verbosity]
mytrace=irisFetch.Traces('II','KAPI','*','?HZ','2013-04-06 04:30:00','2013-04-06 05:15:00','includePZ')

% process the data : for example, plot it
% simple example: plot first trace
trace1 = mytrace(1);
sampletimes=linspace(trace1.startTime,trace1.endTime,trace1.sampleCount);
plot(sampletimes,trace1.data);
datetick;

Network II bearti pake GSN (global seismic network) stasiun KAPI ini adalah stasiun terdekat ke fokus gempa yaitu stasiun Kappang di Sulawesi. Check informasi stasiun di sini http://www.iris.edu/gmap/?net=II

?HZ adalah chanel yang mau diambil. ini channel BHZ, informasinya bisa dilihat di informasi stasiun juga.

dan kita dapatkan waveform gempa Papua 6 april yang lalu


mari kita lihat waveform gempa yang sama dari stasiun yang lebih jauh. kali ini stasiun Pallekele di srilanka.

Antara fasa P dan S lebih terpisah dan amplitudo gelombangnya juga 10 kali lebih kecil. Bener bearti, logis :) Berikut contoh ploting 3 channel dari stasiun KAPI Utara-Selatah, Timur-Barat, Up-Down.




Everything looks well, data waveform disimpan dalam bentuk struct di workspace matlab, sehingga mudah untuk di simpan atau dipanggil kembali serta di manipulasi lebih lanjut hehehehe.



Setelah gw pikir-pikir, sebegitu royalnya orang di sono bagi-bagi data biar bisa dipake bersama, diulik bersama, dipahami bersama. Lha... trus data dari stasiun BMKG yang bejibun di Indonesia mana? yaaaa adaaaaaaaa cuma aksesnya yang ga ada, lu kudu bikin surat, tandatangan pihak berwenang, kudu jelas kepentingannya apa, itupunnnn belum tentu dapet. Nah, dari IRIS gak penting kepentingan lu apa, orang datanya open lu bisa download dengan beragam cara yang paling berkenan di hati masing-masing. Duit BMKG ya dari pajak, kok gak open?? jangan tanya gw!! semua data open di 2025 katanya... ah, mari kita makan dulu janji-janji :) kalo lu orang BMKG dan kebetulan baca ini, kasih tahu gw... kali aja aksesnya bukan gak ada, gw nya kali yang gak tahu :p