Halaman

Rabu, 23 April 2014

Tentang

Aku tantang kamu
Merangkak masuk ke dalam jiwamu
Lalu bertarung dengan itu ego-mu
Kemudian hadapi aku
Suara dari gua kekosongan jiwamu

Aku adalah tuhan yang kau sembah
Aku adalah tempat segala keraguan berpasrah
Jika kau mampu menghunus pedang-mu itu tepat dijantungku
Dengan matinya aku maka kau akan didekap penciptamu

Senin, 21 April 2014

Antara bisnis dan tantangannya

Sudah satu semester ini saya mencoba melakukan banyak hal. Menyadari
bahwa angka jaminan hari tua saya tidak akan pernah menjamin kehidupan
saya dan keluarga, menyadari bahwa waktu yang tersita untuk harus
ngantor setiap hari ini terlalu berharga untuk rentang penghasilan
saya yang sekarang, menyadari bahwa pendapatan saya yang sekarang
tidak akan cukup untuk memenuhi ambisi saya untuk kelak menyiapkan
Bumi kecil kami yang tampan, serta menyadari sepenuhnya bahwa bukan
gaya saya untuk bekerja sebagai karyawan swasta dengan segala
keterbatasan kreativitasnya, saya mencoba berbisnis.

Kebanyakan bersama kawan-kawan baik yang sudah saya kenal
bertahun-tahun. Kami mencoba banyak hal, beternak cacing, menjual
kavling tanah, membuka konsultan IT, dan apa saja peluang yang bisa
kami kerjakan. Beberapa prospek terlihat bagus, hingga saat ini belum
ada yang gagal, pun belum ada yang benar-benar menghasilkan hingga
bisa membuat saya cukup yakin mengajukan resign ke company. Tapi
mencoba melakukan semua hal itu membawa dampak yang cukup signifikan
bagi pribadi saya.

Saya mulai belajar, bahwa ranah ide dan pelaksanaan adalah dua hal
yang sangat jauh berbeda. Pada dasarnya saya dididik sebagai seorang
seismologist, bukan seismologist sesungguhnya, tapi kami diberikan ide
untuk menjadi seorang seismologist. Begitulah kemudian saya menyadari
bahwa kami bisa menghasilkan demikian banyak ide dari sekedar
duduk-duduk menyesap kopi dan tembakau bisa lahir beragam ide yang
brilian.

Namun menjadi seorang pengusaha sesungguhnya adalah menerjemahkan ide
ke dalam ranah komersil. Di sini, profit yang berbicara. Ketika
sebagai saintis, teori di atas kertas dengan perumusan matematika yang
baik sudah dapat dianggap karya nyata, di ranah bisnis, profit adalah
karya nyata seorang pengusaha. Omzet ataupun cashflow tidak dapat
dijadikan ukuran.

Untuk mewujudkan profit, maka kami harus mengesampingkan banyak hal.
Ego adalah yang pertama. Bukan tidak dengan malu kami menghadapi
orang-orang untuk melakukan negosiasi bisnis, sebagian berhasil,
sebagian gagal. Kadang saya yang terbiasa meyakinkan dengan segala
teori dan presentasi mantap yang sudah sudah dipersiapkan, sekarang
kerap tergagap saat ditanya konsumen, apalagi ini ladang baru kami, di
mana kami belum sepenuhnya paham apa yang kami kerjakan. Namun saya
juga belajar bahwa saat kamu berharap dapat mengkalkulasi semua hingga
kehilangan momentum untuk melakukannya, maka sesungguhnya kamu kalah.

Menghadapi konsumen adalah ujian terberat sejauh ini. Beragam
pertanyaan, beragam jebakan, tapi kami harus siap, tidak boleh tidak,
dan itu berat. Modal yang terbatas, kemampuan yang terbatas, tapi kami
tahu, kalau kami mempersiapkan dulu segalanya maka sudah jelas kami
kalah.

Mungkin semua pebisnis pemula akan menghadapi kesulitan-kesulitan
seperti ini, tapi mendengar kisah mereka dan mengalami sendiri adalah
dua hal yang berbeda. Saya merasa stamina dan energi saya kadang tidak
akan mampu menghadapi semua, walau saya beruntung partner saya adalah
karib saya yang baik dan tangguh, kadang semangat saya bisa dengan
cepat bangkit hanya dengan berbicara dengannya.

Satu lagi yang saya syukuri adalah istri saya yang sabar. Saya
menyadari bahwa saya dianugerahi berkah yang sangat luar biasa dengan
menikahi dia. Saya banyak mendengar kesulitan mereka-mereka yang
memulai usaha dengan disertai gerutuan panjang istrinya, dan umumnya
mereka gagal.

Bersama usaha-usaha ini juga saya belajar mengenali diri saya lebih
dalam. Saya yang dulunya malas bertemu orang-orang baru, sekarang mau
tidak mau harus melayani beragam konsumen, sebagian menyenangkan,
sebagian tidak. Kadang saya yang malas ini harus berjalan menembus
hujan deras hanya demi bertemu calon pembeli atau mengantarkan bibit
cacing ke kandang. Saya belajar untuk menghargai setiap rupiah yang
biasanya saya dapat dengan mudah dari perusahaan namun disini saya
tahu setiap rupiah itu adalah hasil dari rangkaian usaha dan kucuran
keringat kami.

Bisnis juga mengajari saya banyak tentang berinteraksi. Saya yang dulu
bisa memotong pembicaraan seseorang di meeting dengan sangat cepat
bahkan sebelum selesai, sekarang kamu boleh yakin saya tidak akan
mampu lagi melakukannya. Saya belajar, bahwa mendengarkan itu
sesungguhnya sama pentingnya dengan berbicara. Hal yang saya sudah
tahu dari dulu, tapi menerapkannya tentu juga cerita lain dari sekedar
tahu.

Singkatnya, bagaimanapun akhir fase ini saya lewati, sungguh saya
bersenang-senang. Saya belajar banyak kepada banyak orang. Saya harus
berterimakasih kepada pimpinan-pimpinan saya di company yang sekarang
yang memberikan saya kesempatan untuk belajar manajemen, saya harus
berterimakasih kepada partner-partner saya yang mau berjuang bersama
saya, saya harus berterimakasih kepada keluarga saya yang baik.

Tidak semua orang suka berbisnis, ada yang lebih suka berkarir, ada
yang suka menyepi, tapi untuk saya, saya rasa saya menyukai apa yang
sekarang kami lakukan. Saya seperti jatuh cinta dan bergairah, baik
pada saat berhasil ataupun ketika kami menertawakan kegagalan kami.

Berbisnis juga tidak luput dari godaan integritas. Ada banyak hal yang
saya Lakukan tapi kurang sreg, dan saya berdoa akan mampu meninggalkan
hal-hal yang seperti itu.

Lalu saya kembali ke ajaran lama Muhammad yang dulu disampaikan ayah
saya, iya... Bahwa sesungguhnya kita dalam pembelajaran yang tidak
pernah berakhir.bahwa sekarang tikungan hidup membawa saya untuk jadi
seorang penjual tanah, peternak cacing dan konsultan IT,adalah rahmat
semesta yang akan saya syukuri, bagaimanapun kelak hasilnya :)

---we are in never ending study----

Jumat, 04 April 2014

Pompeii by: robert harris



Harris benar-benar mengagumkan, itulah kesan saya ketika menyelesaikan karyanya yang terbit tahun 2003 ini. 

Sejatinya pompeii berjalan lambat di chapter-chapter awal dan menjadi perlahan menjadi cepat kemudian mendebarkan ketika menginjak saat meletusnya vesuvius. Seperti karya harris yang lain, buku ini syarat dengan hasil riset yang hati-hati. Harris benar-benar menghidupkan kembali pompeii, aqua augusta, berdasarkan hasil riset arkeologi sehingga secara deskriptif novel ini benar-benar berbicara!

Dari kutipan vulkanologi yang ada di setiap pembukaan chapter, secara pribadi saya merasa paham betapa kerasnya usaha harris menyajikan novel ini ke tangan pembaca.

Kararter tentu salah satu kelebihan setiap novel harris. Semangat, kepedihan, dan rindu Attilius dikabarkan kepada pembaca lewat bebagai tikungan pada cerita, di sela-sela deskripsi tempat dan kejadian sejarah. Dahaga sang laksamana Pliny akan pengetahuan dan ketegasan, wibawa, karisma, serta keras kepalanya dikisahkan dengan cara yang cantik, perlahan, seolah kita diajak menyelami samudera pemikiran oleh pliny itu sendiri.

Meskipun sulit membayangkan seorang perawan muda, kaya, yang berjiwa pemberontak dengan tekad seperti corelia pada masa itu, harris memberikan porsi yang tepat bagi corelia dalam kisahnya.

Tokoh favorit saya? Pliny sang laksamana, ilmuwan yang kelak namanya diabadikan sebagai salah satu tipe letusan gunung api yang berkarakter sama dengan letusan vesuvius yang diamatinya. :)

Kamis, 03 April 2014

A dash of magic : by kathryn littlewood


Dalam buku kedua dari trilogi bliss bakery ini, littlewood menyajikan kompetisi antara si ahli sihir dapur cilik rosemary blissdengan bibi tiablo yang licik. Kisahnua disajikan dengan saus uang sederhana. Tidak ada drama pedas dan percikan intrik yang kental.

Buku ini memiliki nuansa yang sangat feminim. Dipenuhi kelakuan dan perasaan konyol ala remaja yang menghibur, serta hubungan harmonis amtar individu keluarga bliss, saya menilai buku ini buku yang baik untuk anak-anak. Bagus? Biasa saja!

Bagi saya selaku penikmat fiksi sihir, yang menarik dalam buku ini adalah tentang bumbu-bumbu ajaib. Sendawa katak, hujan murni, rona merah pipi ratu? Ya, kita butuh banyak imajinasi untuk memikirkan bahan masakan seperti ini :D

Saya kira saya akan menunggu littlewood menuliskan novel yang lebih "serius", dugaan saya akan menarik :D