Halaman

Senin, 12 Oktober 2015

Animal farm by george orwell

Saya terkagum-kagum membaca karya orwell yang ini. Alegori politik nya luar biasa, tapi tidak menjadikan buku ini megah. Lirik om tardjo adalah perkenalan pertama saya dengan kisah pemberontakan hewan yang dipimpin bangsa babi ini.

Sekali lagi, dengan tidak malu-malu saya memuji keterbukaan orwell dalam buku ini. Kritik-nya tajam, satire nya pedas, tapi tetap tidak menjadikan buku ini kitab yang tebal dan berat secara makna ataupun harfiah.

Alegori politik yang jujur, terbuka, dalam kiasan sederhana. Kesederhanaan adalah kunci yang menarik bagi saya. Saya memuja sang mayor tua, saya memuja Clover sang kuda, saya ikut membenci Napoleon sang babi. Orwell menawarkan duka dalam patriotisme yang sia-sia. Orwell memaparkan paradox dalam janji-janji semu retorika para "babi". Orwell menyajikan sifat dasar binatang dalam diri manusia ketika berhadapan dengan piring-piring kekuasaan. 

Kesederhanaan pemaparan Orwell dalam kisah ini mau tidak mau mengingatkan saya pada "Kappa" karya Akutagawa yang megah dan gemilang dalam kesederhanaannya.

Jika zarathusra-nya Nietzche terlalu berat bagimu, atau republik karya plato membuat kepalamu sakit, maka "animal farm" adalah makanan yang baik untuk mengajari jiwamu betapa "babi-babi" hidup sedemikian dekat dengan kita :D

Membaca karya ini membuat saya bertanya-tanya... Apa saja yang selama ini telah saya baca??

Oke, akan saya tutup dengan karakter favorit saya dalam kisah ini. Si keledai tua benjamin!!