Halaman

Rabu, 14 Mei 2014

Cerita kami

Ini kami, keluarga kecil biasa-biasa saja. punya mobil kecil, Punya apartemen yang juga kecil, cuma untuk sekarang masih menumpang dulu di rumah orang tua :D

Hari ini kami bertiga, itu ada saya, istri saya yang cantik, serta anak kami yang sekaligus juga kawan baik saya itu pergi ke pinggiran kota. Niatnya membeli barang untuk diniagakan. Ini ide saya untuk berdagang, dan saya senang ketika istri saya mau, sama senangnya dengan melibatkan bayi 10 bulan itu dalam semua proses ini.

Istri saya menyetir, memilih barang, dan berhitung-hitung, saya senang sekali melihat dia seperti itu. Dan saya memang sengaja tidak ingin banyak mendominasi proses ini seperti yang biasa saya lakukan pada banyak hal lain. Rasanya kembali melihat mahasiswi tingkat akhir yang otaknya dipenuhi beragam ide cemerlang yang bahkan melampaui energi yang dimilikinya. Saya jatuh cinta pertama kali pada saat dia seperti itu dulu, dan tentu kemudian saya berkali-kali jatuh cinta lagi pada dirinya di banyak kesempatan selanjutnya :D

Sementara saya lebih banyak bersama Bumi kecil kami. Menemaninya menarik-narik barang dagangan atau sekedar celingak-celinguk bingung seperti bertanya kenapa dia dibawa ke tempat seperti ini.

Asal kalian tahu, saya bukanlah dari keluarga saudagar, meski darah bisnis papa mengalir di nadi saya sejatinya dia adalah seorang pegawai negri biasa. Istri saya juga begitu. Dan Bumi, tentu bebas memilih kelak dia akan menjadi apa, tapi melibatkan mereka berdua dalam hal ini adalah bagian penting bagi saya dan sebagai kepala keluarga saya kira juga merupakan hal penting bagi keluarga saya yang terdiri dari mereka berdua :D

Berniaga sejatinya adalah pelajaran untuk mengambil risiko. Pelajaran untuk berhitung dengan cermat dan bergerak dengan cepat. Pelajaran untuk mengelola apa yang kau punya dan apa yang ingin kau dapatkan. Bukankah itu bagian penting yang harus dikuasai manusia bersisi-sisian dengan moralitas, sosial, dan hidup spiritualnya?

Saya merasa lewat berniaga pelajaran-pelajaran tadi lebih mudah untuk dicerna. Lebih konkret mengejawantah. Saya berniat mempelajari hal-hal tersebut lewat perniagaan. Dan jika itu bersama dengan orang-orang yang saya cintai kiranya akan menjadi jauh lebih menyenangkan.

Nah, istri-ku sayang... Kau tidak perlu takut gagal atau merugi, apapun hasilnya saya yakin kita akan belajar banyak dari sini. Untuk kamu Bumi kecil kami, ini bagian dari penggalan cerita yang kelak akan kami sampaikan saat kau mulai mampu mengerti dan memahami.

Dan untuk saya, bersyukurlah! Kau punya istri dan anak yang hebat :D

Itu saja, mungkin tidak penting buat kalian, tapi biarkanlah :)