Halaman

Rabu, 25 September 2013

Utara Senja & Bumi Kelana


jika sudah begini, saya sering merasa kecil. Keluarga yang baik, istri yang tersenyum dan dikelilingi kawan-kawan yang baik seperti mereka. Setelah tulisan yang sangat indah dari seorang sahabat baik, kali ini bumi biru dan dedek Utara Senja dapat bingkisan cantik, Om tardjo menuliskan sebuah lagu yang cantik dari ujung Sibolga sana untuk mereka. biarlah saya kekal kan di sini untuk mengingat kan saya selalu akan hadiah manis ini.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Halo Bapak-Bapak/Ibu-Ibu. Kebiasaan itu susah hilang, oleh karenanya si saya tidak pernah sadar dengan kualitas suara.  Awalnya sih berniat jadi orang pertama menggombal jagoan kalian, tapi lama kelamaan anggap saja sebagai bingkisan dari ujung Sibolga. Mungkin sebagai perayaan mungkin juga sebagai rasa syukur. Sepertinya bentangan harapan sudah ada dari setiap orang, saya hanya menambahkan satu bentuk lain saja. Silahkan di coba, nanti kalau sudah besar keduanya, sampaikan salam saya ya hehehe  Selamat ya bradersss!
________________________

Pak tua terlambat tiba
Membawa lentera ajaibnya
Terselip kabar gembira
Dari semburat cahaya 
Ia kabarkan padaku
Dunia kedatangan tamu
"Utara Senja—Bumi Biru"
Anggota semesta yang baru

Kota 'Santara' beredar legenda 
Sepasang kurcaci nan gagah
Bukan kurawa bukan pandawa
Bukan dari padang kuruksetra

Tangisannya beruntai puisi
Gelak tawanya prosa suci
Nanar tatapnya citra ilahi
Gemuruh dadanya seperti api

Langit tetap tuli kenapa menanti
Menjulurlah ke tanah di ranah segala angkara
Bagaimana terbang tanpa suwiwi

Ugahari! 
Karena tak ada 
Nisan di angkasa 
Saat kau mati

Utara Senja engkau pasti merdeka
Bumi Biru Kelana berguna bagi sesama
Utara senja anak yang bijaksana 
Bumi Biru Kelana muara sukacita

Utara Senja manusiakanlah manusia
Bumi Biru Kelana Mahaguru alamraya 
Utara Senja hiduplah sepenuhnya
Bumi Biru Kelana tebarkanlah cinta

Karena telah kami titipkan tuhan di senyum kalian...

-----
semoga demikian benar adanya om :)

silahkan didengar langsung dari sitenya si om :)
Utara Senja & Bumi Kelana

Terimakasih banyak dek Hifsan a.k.a Tardjo yang baik hati, terimakasih kk Hengki a.k.a Rumah Kaca yang sudah mengenalkan saya dengan makhluk entah yang istimewa ini :D

Sabtu, 14 September 2013

Farewell ma, semoga pulang dengan apa yang kau cari

Dalam sempitnya waktu yang harus dibagi antara perusahaan baru, kandang baru, buah hati yang sedang lucu-lucunya telpon ku berdering, mama meminta kami pulang, ia mau berkumpul bersama anak-cucunya sesaat sebelum berangkat menggenapi rukun ke-islamannya. Tentu dengan segera kami mengiyakannya, meski dengan terpaksa aku tidak membawa cucu laki-lakinya yang masih dua bulan.

bercengkrama semalaman, mengobati kangen nya pada cucu lelaki pertamanya, memeluk anaknya satu persatu, aku hubungkan facetime agar bisa dilihatnya wajah menantu wanitanya dan didengarnya tangis cucu lelaki keduanya yang tidak bisa hadir saat ini, raut wajah itu bahagia, senyumnya sumringah, ada sedikit air mata menggenang di sudut matanya, ah.. itu tentu karena dia teringat lelaki-nya yang tidak sempat ikut menemaninya di moment yang sangat mereka nantikan ini, buru-buru disekanya, dia pasti tidak mau merusak moment kebahagian para handai-taulan yang ada di sekitarnya saat ini, berkumpul di rumah kecil kami yang sederhana ini. Dilingkupi hangat yang membaluri kulit kami.

Akhirnya waktu berangkat tiba. Dia pergi diiringi azan di pintu rumah. Hingga lebih dari sebulan ke depan kami akan berpisah sedikit lebih jauh, melintasi samudera. Aku peluk perempuan itu, mencium kedua pipi nya, bahagia merasuki hati kami, seperti air mengisi celah-celah sempit pada tanah kering yang retak.

Farewell ma, cepatlah kembali, semoga pulang dengan apapun yang kau cari di sana. Kami menyayangimu, kau tentu tahu itu :')

Rabu, 11 September 2013

Pemodelan Tsunami

Sebenarnya ini bukan pertama kali saya bersentuhan dengan pemodelan tsunami, tapi sekali waktu lebih banyak digunakan sebagai sarana untuk pacaran hahahaha.

Kali ini ada kesempatan 5 hari, saya belajar lagi pemodelan tsunami. Walau pada saat pelatihan lebih banyak digunakan untuk mempelajari software nya, namun belakangan, mau tidak mau saya bersentuhan dengan shallow water equation yang menjadi dasar dari cara kerja si perangkat lunak tadi. Walaupun bisa saja sekedar saya tuliskan dalam presentasi laporan, tapi secara moral, saya tidak bisa melakukan itu :)

Saya tidak akan berbicara tentang persamaan kali ini, saya hanya ingin menuliskan agar saya ingat, bahwa bagaimanapun hebat nya sebuah persamaan yang disusun secara matematis untuk menggambarkan sifat fisik dari suatu fenomena alam, tetaplah akan ada asumsi yang digunakan, asumsi yang siapapun tahu, tidak begitu sebenarnya. Tapi demi sebuah penyederhanaan, agar dapat kita manusia yang hina ini sedikit lebih memahami bagaimana alam bekerja, asumsi adalah sebuah keharusan, tidak terkecuali dalam SWE ini.

Asumsi sesungguhnya adalah sebuah konsep penyerahan diri pada keterbatasan. Begitulah, pemahaman saya hingga saat ini, yang ditempa pengalaman mempelajari gempa, dan kali ini di perkuat dengan mencoba memahami tsunami.

Dalam hati saya tersenyum dan berpikir; ah, seperti inilah tujuan belajar, apapun itu yang kita pelajari :)

Terminal

Matahari cengkareng seperti biasa, panas membakar kulit yang sudah hitam di tempa matahari bandung, yang sebenarnya matahari yang sama juga, bintang yang menghidupi bumi. Di bandara ini, saya datang terlalu cepat untuk mengejar penerbangan 12.50. Jadilah saya terduduk di restoran ini, menyesap rokok, merenungkan hidup yang entah mau ke mana, persimpangannya selalu mengejutkan.

Terminal seperti ini adalah gambaran hidup, orang-orang datang silih berganti mengisi hari, datang dan pergi, saya selalu berpikir seperti itulah seharusnya hidup, mereka tidak perlu pamit untuk masuk ke hati yang sempit ini, begitu juga untuk sekedar keluar berjalan menuju pergi.

Kadang tempat parkir yang lebih dinamis menjadi perumpamaan yang lebih baik dan lebih saya suka untuk menggambarkan hati saya dan hubungan saya dengan semua orang-orang yang saya kenal, semacam perisai dari sedih, agar tidak perlu saya tangisi mereka-mereka yang pergi.

29 tahun usia, rasanya saya sudah kehilangan banyak kawan, dan begitu juga saya telah menambah terlalu banyak orang di keseharian hidup yang singkat ini.

Tidak banyak yang ingin saya lakukan dalam hidup, saya hanya ingin menjadi orang baik. Maka mulailah saya menghadiri undangan dari kawan-kawan baik dan saudara, selalu bersedia seandainya saya punya waktu untuk menemani mereka yang mampir ke kota kembang, tempat saya menjalankan hidup sampai waktu yang entah sekarang.

Tapi tetap saja kita, khususnya saya tidak bisa menahan siapapun untuk berlama-lama diam di hati. Setiap individu boleh datang dan pergi sesukanya.

Hanya ada satu hal yang mungkin bisa saya lakukan, membuka gerbang itu lebih lebar, setidaknya saya tidak ingin anak saya belajar dari seorang ayah yang sombong dan enggan membuka hatinya, meski hati itu sempit dan sudah nyaris penuh dengan kebahagiannya sendiri :)