Halaman

Kamis, 29 Oktober 2009

tentang dia yang pernah kukenal....

Itu malam, seorang sahabat berkunjung...
Dari rokok yang hanya menghisap rokokku, aku tahu, sdang tidak banyak sisa uang di kantongnya, terimakasih masih memaksakan diri berkunjung, sedang aku mungkin tidak sedemikian keras menjaga silaturahmi dengan kalian, kau tau bagaimana aku begitu menghargai hal-hal seperti ini, hal-hal yang aku tidak mampu dan kalian jaga hingga menenangkan hatiku.

kami makan, menelpon pacar masing-masing, hari menjelang tengah malam, aku masih menghadapi buku kuliah dan mencoba meraup semua ilmu yang ada di situ, dia bersiap tidur, membentangkan selimutku, lalu merbaring dengan remote tv di tangannya, percakapan dengan saling memunggungi itu pun terjadi.

... kau ingat dia?
begitu tanyanya setelah menyebut sebuah nama, aku meng-iyakan

lalu ia mulai bercerita dari apa yang diceritakan orang yang tadi namanya disebut,

kami bertemu di sebuah kampus, tempat dulu aku bersekolah, dia sekarang manager sebuah band metal hmm... aku tidak begitu kaget, aku kenal dia... anak seorang guru ku, vokalis band yang dulu kami bentuk di SMA saat aku senang2nya memetik gitar sampai aku cukup tau diri tidak bisa jadi gitaris ^^

Dia hampir menikah
oh, aku sudah dengar kabar itu dulu pernah juga mampir di telingaku

undangan sudah di sebar, tempat dan penganan sudah dipesan, panitia sudah lengkap, dan entah mengapa di saat-saat terakhir calon suami dan keluarganya membatalkan pernikahan

aduh, ada simpati yang aku rasakan

sepertinya dia depresi berat kawan, sekarang setiap hari dihabiskan dengan menghancurkan dirinya sendiri. aku sudah coba bilang agar dia berhenti bergaul dengan para pemabuk dan pemakai, ah, tapi sepertinya tidak banyak yang bisa dia dapatkan dari kata-kataku

ah, aku mulai bisa menebak kemana arah pembicaraan ini.

Dulu, kau sahabat mereka, dan sekarangpun masih, sejauh tidak ada seorangpun dari kalian menyatakan secara jelas kalian bersumpah untuk tidak sling bersahabat lagi. dulu mereka akan mendengarkan kata-katamu, sekarangpun aku pikir masih, walau belum ada di antara kalian yang saling menasehati lagi seperti dulu

kawan, aku bersimpati, tentu saja, dan aku akan berdoa untuk dia yang pernah aku kenal dan bersisian di tepi rel hidup bersama kau dan kawan-kawan kita.

tapi aku bukan lagi yang dulu, orang yang pantas kalian minta sarannya, dan aku tidak merasa mampu atau mau untuk menjelaskan jalan hidup bagi orang lain, dia dengan pilihannya dan akan bangkit dengan kakinya sendiri, tidak aku dan bukan pula karena kamu.

cepatlah bangkit kawan, dengan kakimu bukan dengan bantuan siapapun!

maaf, aku tidak melarang bila kalian ingin membantunya, tapi aku membelenggu tanganku, tetap berpendirian bahwa dia harus bangun dengan caranya sendiri.

sepertinya dia tau aku tidak bisa diganggu lagi, keputusanku tidak akan goyah lagi, dan betapa aku tidak suka ketika dia bertanya

Pacarmu kok jarang online sekarang??

dia pun tidur, dan aku tenggelam di asap rokok ku.

ini kita, dengan dunia kita sendiri, telah kuputuskan apa yang ingin kubagi dengan dunia dan apa yang ingin kubagi dengan sedikit bagian dunia saja, termasuk cara pandangku, tentang seseorang yang harus bangun dari depresinya sendiri atau ranah cinta yang harus diprivatisasi.

Senin, 26 Oktober 2009

mampang

Ini aku, dari bawah jembatan beton mampang, menikmati kembang api yang entah dalam rangka apa, barisan tabligh akbar menghadang jalanku, yah, kami yang durjana harus mengalah pada mereka siapa-siapa yang baik hati dan berupa bak dewa; suka merampas milik hamba dan pemujanya.

Seorang ibu masih berjualan, ada mangga-mangga, aku beli 4 sebelum meneruskan pulang, kembang api masih menyala entah buat apa.

tidur yang belum, tugas yang apa adanya, cinta yang terlalu,

ini aku dengan semua itu, sekarang di atas jalan pemerintah, di mana pembayar pajak harus menyingkir segera bila pelayan mereka mau lewat dengan sirene dan pengawal yang ganas-ganas mereka punya wajah.

bukannya tanggung jawab dan kekuasaan akan indah dengan sikap rendah hati dan kemauan mengabdi, serta cinta di kedua sisi?

Lennon/McCartney :love was such an easy game to play

Selasa, 20 Oktober 2009

Bahagia!

Ini... aku cinta sekali,

kembali dalam dikusi yang hangat
saling berdebat, kemudian mempunyai cinta disetiap jawaban...

Kamis, 15 Oktober 2009

puisi

ada hantu-hantu kepuasan yang mengelilingi kami, musik menghentak, tak mampu mengusir resah yang datang, ini aku, hampir gila... dan aku mencintai setiap baris yang aku tuliskan di jalan ini hingga tak bisa pergi begitu saja.
ada kelabu di dalam biru, dan aku akan selalu biru... untukmu, juga untuk ku!

amin...

Rabu, 14 Oktober 2009

Mengabdi!

begini, bagi saya bekerjaan itu harus penuh pengabdian. pengabdian kepada diri sendiri dengan mengisi pundi-pundi moneter kantong yang mencukupi, pengabdian kepada guru-guru kita dengan memberikan mereka pahala atau setidaknya menepati sumpah yang dulu diucapkan saat diresmikan sebagai seorang terdidik di sebuah gedung di belakang ganesa 10, pengabdian kepada orang tua dengan menenangkan mereka bahwasanya anaknya sudah mampu berdiri sendiri, dan tidaklah perlu lagi kecemasan mereka yang kadang terlalu berlebih dan rasanya hanya pantas untuk anak sekelas zaid bin tsabit, lalu pengabdian kepada kemampuan yang wajib selalu diasah agar tidak berkarat, pengabdian kepada mimpi untuk membaktikan segala yang dimiliki,...

Dunia sains itu diawali dengan sebuah keingintahuan, sebuah ketidak puasan dan sebuah pertanyaan, kritik atas apa yang dipercaya.

filosofi keilmuan dan semangat pengabdian tadi mungkin membuat saya dianggap terlalu rewel, tapi tidak boleh berhenti mengkritik. tidak apa pendapa mu diacuhkan, tidak apa pendapatmu tidak diminta lagi, tidak apa.... ini pengabdian!

Selasa, 13 Oktober 2009

selalu....

melihat dia begitu berbahagia hahahaha.... ya syukurlah, masa nya datang, semoga saya menyusul kalian :)

Selasa, 06 Oktober 2009

kesaktian pancasila....

masih di sini hampir ke sisi kiri sebuah jalan, aku mencintai semua hasil penciptaan, bahkan iblispun mendapat hak nya untuk hidup.

manusia yang ini seorang jendral, entah pancasila itu sesakti apa sampai jendral ini dengan sungguh berani memerintahkan semua itu anteknya yang bersenjata membantai ratusan ribu jiwa, memberantas hingga ke akar-akarnya untuk membalas 9 pahlawan mereka yang mengucurkan darah untuk republik, katanya.

ah, parodi miris ini semoga tidak terjadi lagi.... semoga... semoga... semoga....