Halaman

Minggu, 25 Juli 2010

take your time

ambil lah waktu mu sayang,

aku akan mengerti.....

aku akan mengerti....

aku akan mengerti....

ketiadaan pada ketiadaan, kesendirian pada kesendirian, mungkin aku masih rajawali dan kamu se ekor elang. harus ada yang melepas sayap nya.

Antara tanah lot, uluwatu, dan kuta

Lalu semua terjadi begitu saja
Dari putaran mekanis mesin kamera, dari lanskap yang tertangkap oleh retina
Dari warna langit dengan gradasi nya

Kemudian, pada budaya itu,...
Pada tarian kecak di hadapan matahari senja yang tua.



------------------------------------------------------

Lalu aku menelusuri jejak pemikiran, menelusuri tapak-tapak penolakan. Aku sudah enggan jatuh cinta, terutama pada sesuatu yang telah dicintai oleh banyak orang, namun akhirnya aku takluk... Pulau ini mempesona, dan iya... Aku jatuh cinta.

-------------------------------------------------------

Lalu rindu membuncah, bulan penuh, kuta penuh, menyebrangi laut jawa - laut cina selatan - hingga ke kotamu peluk ku meluruh... Berandai-andai meninggalkan seluruh beban, bergandengan tangan denganmu di debur ombak, dan semua dewa-dewa memandang iri pada cinta yang kita tebarkan di udara pure pemujaan untuk mereka. Ah cinta, selalu bisa mengasingkanmu di tempat paling ramai sekalipun. Aku, tenggelam dengan pulas di lamunanku, mematikan kamera. Menikmati cahaya matahari yang pelan-pelan terbenam di lautan sana......



we are in never ending study
@}}--

Kamis, 15 Juli 2010

Jamur bahagia

Tahukah kamu cerita tentang jamur rahasia? Jamur ajaib yang dengan memakannya maka kamu akan merasa bahagia. Karena efek nya inilah maka dia dinamakan "jamur bahagia".

Kami melewati legenda untuk mencari kawanan jamur bahagia yang hanya tumbuh di puncak-puncak gunung yang sepanjang tahun tertutup salju. Rumpun jamur ajaib akan tumbuh pada purnama pertama setiap tahun kabisat, jika kami terlambat, maka kami tidak akan menjumpai tumbuhan ajaib ini dan harus menunggu 4 tahun lagi untuk kembali mencoba mendapatkannya.

Dari legenda pula kami tahu, bahwa harus sepasang kekasihlah yang pergi memetik jamur ajaib, jika tidak... Begitu dipetik jamur ini akan kehilangan kesaktiannya untuk menciptakan bahagia. Terpujilah tuhan, beruntunglah kami, karena inilah kami, sepasang kekasih.

Singkat cerita, kami pulang dari perjalanan ajaib itu. Menaiki unicorn dan menyimpan jamur bahagia di ransel dan kantong-kantong kami seolah lebih berharga dari nyawa kami sendiri, kami jaga baik-baik agar selamat sepanjang perjalanan udara saat unicorn mengepakkan sayap membelah angkasa.

Sekarang kami tidak lagi sepasang kekasih. Jamur bahagia kami bagi dua. Hidup sendiri-sendiri, saat perih karena rindu yang tidak tertahan kan, kami akan meredakannya dengan memakan jamur bahagia. Derita itu hilang, kami bahagia, kami lupa telah terpisah.

Bagaimana bila nanti jamur bahagia habis? Bukankah kami tidak lagi sepasang kekasih, hingga mustahil mengambil lagi jamur ajaib dari puncak-puncak yang terselimuti salju sepajang tahunnya? Jamur bahagia, jamur ajaib itu, telah membuat kami lupa tentang nanti. Bahagia, selalu lebih dominan untuk dihabiskan pada frekuensi masa sekarang tak ubahnya manusia menguras energi fosil dari perut bumi, hingga untuk menghemat nya saja kerap kami lupa.

Kami masing-masing tahu, kelak kami akan kehabisan jamur ajaib, kelak kami akan kembali merindu, kelak kami akan saling bertemu, dan kembali bersatu, jika saja kami berani menentang dulu derita rindu dan belajar memaknai arti hadirnya seorang kekasih. Tentu kami akan bersatu kembali lebih cepat seandainya kami membuang muka dari jamur bahagia, seandainya kami berani menempuh sakit dan ketidakbahagian, seandainya, seandainya masa itu lebih cepat, dan aku menyadarinya sebelum ajalku sendiri tiba.

-terinspirasi dari sebuah percakapan menuju malam. Percakapan tentang cinta kerinduan, dan menu makan malam :)

we are in never ending study
@}}--

Sabtu, 10 Juli 2010

Refrain

10:35 pm,
setelah lelah mengitari rasuna said yang gemerlap, mata masih belum mau terpejam. Kota yang sibuk ini seperti gelap, mata tetap tidak mau terpejam.

Kau tanya apakah aku merindukanmu, iya, banyak, begitu jawabku entah kau mau percaya atau tidak.

Tadi aku duduk di jembatan penyeberangan itu, menyesap rokok dan kesendirian yang malam ini tiba-tiba begitu menyesakkan. Naluri membatin: "hei kamu, iya kamu yang di sana duduk menyesap tembakau dan kesepian, kamu telah menjadi begitu egois, kamu tenggelam dalam filsafatmu, kamu menyelam dalam lautan gibran, kamu telah larut dalam senyawa copernicus." Dia menyalahkanku atas derita rindu dan sepi yang ikut dirasakannya.

Aku diam, membatin untuk menyangkalpun aku sudah tidak mampu.

Jelas duniaku adalah ketidaknyamanan, aku tidak akan menutupi itu. Tiba-tiba aku merasa tidak pantas telah mengajakmu ke situ, maaf... Tidak aku tidak akan memaksamu lagi untuk tenggelam bersamaku.

Tanya dia! Bujuklah! Batin kembali memerintah, tapi aku malu, sungguh aku malu. Aku telah meminta apa yang dia tidak mampu, aku telah meminta hal-hal ganjil yang tidak seorang waraspun akan menyanggupinya. Aku hanya berucap terimakasih selalu mencoba hingga sampai titik ini... Aku sudah terlampau malu untuk meminta lebih, "tenanglah", aku berbisik mencoba menenangkan rindu yang meronta-ronta.

Tenanglah batinku, tenanglah... Kumohonnnn kali ini tenanglah... Menangis saja dalam diam mu...

10:58 pm,
kau bilang aku membenci banyak hal termasuk kamu, hal yang tidak ada hubungannya dengan hal yang kuminta tadi. Kau bilang banyak hal yang jujur menyakitiku. Ah, aku tau kau tidak bermaksud sebegitu, dan aku tidak menyalahkanmu. Inilah aku, diam-diam aku berpikir mungkin sakit yang kutebar lebih besar dari bahagia yang kau hirup.

Terlalu banyak... Berhentilah menulis, berhentilah bicara.... Berhentilahhhh jari-jariku aku mohon berhentilahhh berhentilahhhh

11.37 pm
Oh tuhan yang mahakasih... Kumohon cintailah aku, meski kurang sujudku, meski terlewat puasaku, meski setiap saat kuragukan kamu, kasihanilah aku malam ini, biarkan aku lelap... Dekap aku bersama sepimu, belai aku dalam ketelanjanganku, biarkan aku mabuk anggur dari cawan cintamu.

we are in never ending study
@}}--