Halaman

Rabu, 31 Maret 2010

hantu-hantu

masa lalu seperti pisau yang tajam...
begitulah...
hantu-hantunya datang dengan menggemgam pisau kenangan, bisa lewat photo-photo yang di tag di facebook, atau kalimat kawan lama yang muncul di messenger....

gak ikutan komen photonya bro?

begitu sapa seorang kawan.

hahaha
I just skip my past
anyway thanks...

lain kali... tidaklah perlu repot-repot men-tag saya pak
saya sudah banyak berdamai dengan masa lalu saya, jangan pancing lagi ketegangan di antara kami :)

geologist manapun akan mengenal quote ternama ini : " the present is the key to the past!"

in my real life... the present is a step to the next.

hancurlah kalian hantu-hantu masa lalu... sungguh aku terbebas, dan kau bukan apa-apa sehingga bisa mengalahkanku.

welcome future :)

Selasa, 16 Maret 2010

Terpujilah orang-orang madura

dari suku ini saya tidak punya banyak kenalan, sejujurnya saya memang hanya punya sedikit kenalan dan tidak berniat menambah-nambahkan orang baru dalam hidup saya. walaupun banyak orang-orang yang saya kenal ingin saya kekalkan namanya... tapi mereka kadang pergi, seperti tidak mau peduli, entah mungkin ini masalah saya, saya selalu menganggap yang sedikit itu bearti meski kadng mereka berpikir cara saya tidak mencerminkan itu.

ah, ya sudah... malah ke mana-mana, orang ini juga sama... dia orang asing yang tidak saya kenal awalnya, sahabat karib dari seorang sahabat saya saat sekolah dulu, dan saya sejujurnya tidak mau menyimpan dia dalam salah satu sudut dihati saya, rasanya sudah penuh... sudah sesak di situ.

suatu ketika saat benar-benar resah saya memutuskan untuk naik gunung, saya ke jawa timur, meminta dua orang teman menemani perjalanan saya, dan teman saya mengajak dia yang memang tinggal di kaki gunung itu untuk memandu kami.

pemuda yang baik, cerdas, dan tidak mau terikat. sepanjang perjalanan aku mengamati dia, aku mulai tau dia individu yang bebas, programer yang lebih suka bekerja dengan rokok dan kopi di tengah malam dan tidur dengan bebas di siang hari ketimbang bekerja di kursi kantoran lalu membusuk dan menjadi kaku layaknya meja, bangku, dan komputer di ruang kerjaku. dia lebih memilih menikmati udara wangi kebunnya, dan CPU yang selalu ditentengnya untuk mencari nafkah (ini bukan kiasan, saya serius tentang dia menenteng CPU kemana-mana di ibukota). aku tidak tau dari mana dia punya keberanian untuk hidup sekeras itu.... apa ini karena darahnya darah madura??? darah suku yang terkenal lewat carog, lewat duel sampai mati dengan celurit, lewat karapan sapi, lewat dukun-dukun mereka yang memelihara murid sekaligus sebagai gundik, homoseksualitas yang agung lewat hubungan guru dengan murid??? saya tidak tau jawabannya. ini keberanian hidup yang selalu saya impikan dan tidak pernah benar-benar berani saya ambil. saya hanya bisa bercerita tentang merdeka, bebas dari segala-galanya, tidak diatur dan tidak harus mengatur.... dan ketahuilah.... dia hanya diam saja tanpa bercerita... dan dia melakukannya!!! dia lebih mulia dari kamu dan saya... yang mengeluh tentang belenggu... tapi tidak pernah benar-benar berani memutuskannya!!! jika ini karena darah yang mengalir di tubuhnya darah madura... maka terpujilah orang-orang madura!

hari sudah senja ketika kami turun gunung, dia akan ikut ke kota bersama kami... untuk itu rombongan kami singgah di rumahnya, dia harus pamit dan mengambil barang-brangnya. dari jalan utama, kami berbelok... menyusuri hutan, melintasi dua sungai dan itu dia rumahnya... tepat di kaki tanjakan... dinaungi pohon-pohon rambutan yang sedang ranum, dan dipagari pohon-pohon bonsai mini.

itu jam setengah sembilan malam kami tiba di rumahnya, ibunya dengan tangkas menyediakan kopi dan kerupuk selagi dia masuk dan mandi. bapaknya dengan cepat segera keluar menemani kami agar tidak merasa asing di rumahnya.... dan lalu itu jam 9 malam..... ketika dia berkata... ,"wah... kamu harus coba rambutan dari sini" dengan tangkas, masih memakai sarung dan peci yang dipakainya sholat isya si bapak setengah abad lewat itu memanjat pohon rambutan untuk kami yang diawal 20-an. Saya terkesima, hingga bahkan tidak sempat mencegah gerakannya yang lura biasa tangkas! sebegini rupa mereka menghormati tamu, sekalipun tamu anaknya yang datang dengan kurang ajar saat sudah seharusnya mereka beristirahat! apa ini karena darah yang mengalir di tubuhnya adalah darah yang terbentuk dari garam-garam pantai madura??? apapun jawabannya untuk sikapnya yang kedua ini, saya pantas menghormati adat istiadat orang-orang madura dari apa yang diwakili oleh mereka...

Bapak, sekarang saya sudah di Jakarta lagi.... ini salam hormat dan terimakasih saya, untuk pelajaran yang diberikan oleh kamu dan anakmu, pelajaran yang tulus tanpa kata-kata dan cerita megah.

terimakasih.... terpujilah orang-orang madura di mana kalian menjadi bagiannya!