Halaman

Senin, 19 November 2012

Hujan di kampus ganesa

Titik-titik seperti anugerah dari surga
Mampir di sore hari
Menghambat langkah pulang ke pelukan kekasih
Memberikan sedikit waktu untuk terasing sendiri
Mentafakuri hidup
Mensyukuri mimpi dan semua yang telah dijalani
Hati berkelana entah kemana
Merasa kecil dilingkung oleh gunung di sekeliling bekas danau purba
Ini juga perasaaan yang purba
Bahagia pada angan ecto, meso, dan endo
Lalu nikmat mana yang kamu dustai wahai palupi?
Lalu belum jugakah pencerahan itu merasuki jiwamu yang lelah mencari?
Di sinilah kamu, terasing dalam sepi yang sendiri, bahagia dalam damai yang sepi.
Ditemani hujan, double helix kampus ganesa menjadi romantis lagi. Kenangan tentang pertemuan-pertemuan dan janji menunggu dia selesai untuk kau hantarkan pulang.
Dia yang sekarang menunggu bersama kombinasi 23 pasang kromosom baru.
Lalu nikmat tuhan yang manakah yang kamu dustai wahai palupi?

Fa biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdziban??

Sabtu, 17 November 2012

Anugerah

Iya, saya juga hanya seorang laki-laki yang hanya punya satu hati, karenanya perjuangan harus diteruskan melintasi generasi.

Rasanya aneh ; senang, takut. Tapi bukankah begitu setiap kali kita berpindah fase.

Aku tidak bisa bilang bahwa kami benar-benar siap. Tapi apapun yang terjadi, terimakasih untuk setiap anugerah, Menerima-merawat-dan menjaga adalah hal terbaik yang kami bisa.

Mari sayang, kita menari bersama hujan, bergenggaman tangan, kehidupan baru akan datang :)

Minggu, 04 November 2012

Suara-suara

Tugas kuliah masih belum selesai, seperti biasa aku mengerjakannya di akhir batas pengumpulan. Aku keluar ke beranda, menyalakan rokok, memandang gelap yang ikut terhisap keparu-paru bersama nikotin. Biasanya, saat begini, dalam keheningan dini hari sembari berkejar-kejaran dengan waktu, suara itu akan datang. Suara yang memanggil dan berbicara di belakang sisi gelap kita.

Dulu suara itu kerap berkata; ayo mari selesaikan, aku tahu kamu mampu!

Dulu, dengan kondisi yang sama ketika pagi tiba, tugas mu selesai, kamu berpuas diri dan memandang hasilnya dengan bangga. Ah, saya mampu :) dan saatnya kamu sekarang seharusnya  mengumpulkan tugas kuliahmu, suara itu akan kembali datang. Dia menyeruak dari gelas kopi hitam yang kamu minum, "Buat apa?" bentaknya, "toh, ternyata kamu mampu, nilai itu pembuktian untuk siapa? kamu tidak perlu membuktikan apa-apa!" lalu seperti bujukan yang menghasut gilgamesh raja Uruk memerangi dan memenangkan kota-kota Sumeria, suara itu membawaku ke lelap dengan lengan lelah dan tidur yang belum sebagai bagian dari pesta perayaan kemenangannya. "tidurlah, Nilai itu hanya pajangan huruf dan rangkaian angka di atas ijazah."

------------------

Tapi malam ini dia tidak datang. Sebatang rokok tandas, aku kembali menghadapi layar komputer, dan akhirnya tugas itu selesai. Kembali ke balik selimut, memeluk kekasih yang sudah lelap sebelum bintang-bintang naik, berusaha tidak membangunkannya dan gagal. Dia terbangun, tersenyum, menyuruhku tidur dan membangunkanku ketika sudah waktunya berangkat mengumpulkan tugas yang semalaman suntuk aku kerjakan. Aku bangun, sedikit wajah kesal karena aku sulit dibangunkan menjadi sarapan tambahan yang nikmat bersama kentang dan telur di atas meja :)

Ah, aku tahu kemana suara-suara itu pergi... mereka sudah kabur, kembali kesarangnya di dunia gelap hades, TAKUT; baik pada senyum cerah maupun muka marah kekasihku ini :)

aku tersenyum, bangun sepenuhnya, berangkat ke kampus, mengumpulkan tugas, dan percayalah kendati sambil menulis ini, aku tengah serius mendengarkan kuliah volcanic pagi ini :p tidak untuk membuktikan pada siapa-siapa, hanya agar wajah kesalnya dan sarapan di meja tidak sia-sia :p

---------------------
Apa penyakit rajin mengerjakan dan malas mengumpulkan itu benar-benar sudah sembuh???

entahlah... semoga saja Cerberus menjaga rapat-rapat batas dunia hingga suara-suara itu tidak kembali :p