Halaman

Selasa, 19 Juni 2012

Permintaan kepada Tuhan

Tuhanku,

aku sudah berjanji untuk menghitung semua permintaanku padamu, ternyata ada begitu banyak permintaan terucap tanpa bisa kuhitung. dengan kurang ajarnya izinkan aku mengajukan permintaan ke-3(??) Tuhan ;

Jangan pernah biarkan aku mengecewakan istriku lagi.:)

Iqbal Masih

Lahir 1982, menjadi pekerja di bawah umur sejak umur 4 tahun, diperas tenaganya oleh industri karpet di bawah pengusaha-pengusaha brengsek yang membelinya seharga 12 dolar. Iqbal melarikan diri pada umur 10 tahun dan menjadi aktivis penentang perbudakan anak. Sayang bocah pemberani ini tidak berumur panjang, dia dibunuh peluru shotgun 12 gauge pada usia 12 tahun. Apakah ia dibunuh oleh mafia industri atau seorang petani bodoh yang marah adalah kontroversi, tapi keberanian iqbal luar biasa dan itu tidak bisa di bantah.

Bocah pemberani itu mati muda, membawa keyakinan-nya akan hari kebebasan bagi seluruh anak-anak dunia yang masih terjerat perbudakan.

Sabtu, 16 Juni 2012

Ninoomiya Sontoku

Terlahir dengan nama keluarga kinjiro. Dia yang menangkap kunang2 ke dalam botol untuk meneranginya belajar. Anak keluarga miskin yang akhirnya menjadi samurai. Semangatnya adalah inspirasi bagi bangsa jepang. Bukan hal aneh patung ninoomiya muda, menyandang kayu bakar sembari membaca buku kerap dijumpai di depan sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan di Jepang.

Aku mencari figur legenda seperti ini di Indonesia. Adakah?? Umum nya figur yang di kenang dalam legenda dan sejarah bangsa indonesia adalah kaum guru. Bagaimana dengan kaum murid? Adakah?

Selasa, 12 Juni 2012

What a day

I: did I make any mistake to you sir?
He : I dont know
I: I'm sorry if I did, you knew that I didnt mean it. If you wanna me stay out from the project, then I'll do that, you knew that I came up with every single idea, but I'll give it up if you wanna me do that way. I just dont want you mad at me. You are one of a few person that I dont want to mess with.
He: I knew that, you did that the way that I should do that. You remain me to my self. You showed me your true face and honestly I liked it. So how you wanna us do this?
I : I'll do the way that you wanna do
He : no, I am asking your opinion now?
I : just like usual, let me do my original idea.
He : OK then, I'll give it back to you, and I'm sorry I made a mistake, I'll fix it soon.
I : one more thing sir, I just can guess that about my another idea : to left company for a moment.
He : may I talk to you as a man
I: you always could sir
He : every monday when I come here, I must wake up at 3 am, so does my wife. I wanna retire from this busy life, I want my wife sleep longer on monday. Do you understand that?
I : yes I do sir
He : I gave my resign letter to the big man, and if I could leave this busy life and you are not here at that moment, can you imagine how this boat running out?
I : ....
He: you must stay here to help out, now, do you understand whats going on in my mind?
I: I do sir, I'm sorry it was never crossed my mind. This is first time you really talk to me.
He: I'm not good in this personal thing and neither you I guess
I: you are right (I see his face, old and tired)
He: oke, lets settle this business.

We talked to another collegue and set up the thing

Before left him behind, I demand him the answer

I: so what did I really do that make you unhappy?

He take a long breath, it was tired face and tired smile

He: Nothing

Suddenly I feel really guilty. And I thank you much bos. I must set up my plan on another way, I dont believe in the way that you set up for me but Still I must thank you a thousand, no, it is a million.

Sometime, We argue about many thing, you believe in morality, phylosophy and I believe in skill and knowledge more. But today you proved to me that you have a big heart, to forgive, to apologize, to be logic, to be the great man That I will remember all my rest life.

Minggu, 10 Juni 2012

Jaln Blora Part-2

Sekali lagi aku duduk sendiri di jalan ini menikmati lalu lalang kendaraan.Jalan Blora baru menyala. Beberapa bar mulai buka dan tempatku ini adalah convenient store baru. Sebotol cola dan camilan rumput laut menjadi kawan malam ini. Aku kesini mengantarkan dokumen untuk dikirimkan. Dokumen itu sudah diantarkan, di dalamnya nasibku digantung, terpenjara dalam kebuntuan atau menjadi lebih cerdas menyikapi semua.

Tapi semua ini bukan tentang nasibku, bukan tentang dokumen itu dan bukan segalanya tentang aku. Cerita kali ini sekali lagi tentang jalan ini, Jalan Blora, salah satu sudut di ibukota.

Ruas jalan menuju tempat sekarang aku duduk dipenuhi puluhan joki 3 in 1 yang berdiri mengharap sedikit rezeki hari ini. Ada perempuan muda dengan dandanan norak, para bocah, ibu-ibu, bahkan nenek-nenek menggendong bayi. Kaum ini adalah kasta terendah di jalan ini, pengemis terselubung, kaum tanpa modal, kaum-kaum tertindas, tertindas siapa? entahlah.

Sepanjang pengamatanku, tukang parkir adalah kasta kedua. Jumlah mereka sangat sedikit, mungkin paling sedikit di antara dari semua kaum penghuni luas ruas ini. Sebagian memakai T-shirt lusuh dan sebagian lagi berseragam biru laut dengan lambang pemerintah daerah di lengan kiri, tidak kalah lusuh. Mereka mengatur kendaraan-kendaraan yang parkir di depan bar-bar dangdut, yang keluar masuk pelataran sebuah pool travel atau yang singgah di convenient store tempat sekarang aku duduk. Penghasilan mereka rata-rata lebih besar dari joki 3 in 1 tapi tetap tidak banyak tentu saja.

Lagu pop terdengar kencang dari speaker toko tempat aku duduk, bersaing keras dengan bising knalpot kendaraan yang melintas menuju selatan. Ya, hanya ke Selatan. Jalan ini awalnya mengarah ke barat kemudian berbelok ke Selatan, kelak di sudut lain ia berbelok lagi ke Timur tapi satu arah, hanya satu arah, seolah mencerminkan waktu yang hanya mampu bergerak satu arah, merepresentasikan waktu yang hanya bergerak maju.

para pedagang kaki lima sibuk melayani pembeli, setelah magrib adalah waktu terbaik mereka mendulang rezeki, para pegawai pulang kantor dengan lelah, mengisi perut, membeli rokok, vitamin, minuman berenergi atau sekedar tissue basah untuk menyeka keringat dan berharap membersihkan sedikit stress di wajah mereka. Para pedagang kaki lima adalah kasta ke empat di ruas jalan ini setelah tukang Ojek.

Para pegawai yang berjalan kaki pulang, satpam karoake, para waria dan pramuniaga adalah kasta kelima setelah tukang ojek. Mereka kaum kebanyakan, kaum yang tidak pernah merasa cukup pun tidak pernah benar-benar kekurangan. tidak banyak cerita tentang kaum ini, aku ada di sana bersama mereka dan menceritakan mereka hanya akan membuat aku seolah berbicara tentang diri sendiri.

kasta ke-enam adalah polisi, ksatria sipil, pendekar yang seharusnya selalu mengayomi rakyat. tapi polisi yang kutemui di sini kebanyakan hanya prajurit kelas bawah dengan senapan laras panjang penjaga uang ATM tidak lebih prajurit bayaran para saudagar di masa lalu, centeng industri kapitalis. Sebagian malah tukang peras, kriminal berseragam. Satpol PP tidak pernah mengusik daerah ini, para polisi pemeras adalah penjaga daerah ini dengan setoran rutin tiap minggu. Begitu yang kudengar, dan aku tidak punya waktu untuk memeriksa kebenaran cerita ini. hati menyuruh percaya saja, buat apa bapak-bapak penjual mie ayam berbohong dan punya konspirasi tingkat tinggi untuk menyerang citra korp kepolisian yang memang sudah tidak wangi lagi?

waktu ku habis di sini. aku tidak bisa mengamati lebih jauh lagi, batere ponsel sudah habis, cola sudah kering dan cemilan rumput laut hanya tinggal remah, seperti cerita ini yang besok hanya jadi kerikil-kerikil kecil dalam perjalanan kita, baik kalian yang membaca ataupun aku yang menulis.

seperti biasa, aku tulis sekedar untuk mengingat lebih lama sebelum hilang bersenyawa dengan udara. Aku ingin menyimpan kerikil-kerikil kecil ini. Mengapa? Entahlah!

Selasa, 05 Juni 2012

Happy birthday

Padamu jujur saja bukan pertama kalinya aku jatuh cinta meski aku tidak akan mengatakannya sedemikian di depanmu. Padamu itu aku inginkan akhir, aku ingin mati di dekapanmu, setelah kita lelah menjelajahi ceruk hidup dan semua tikungannya... Dicurahi cinta pada semua penjuru, memberikan cinta sepenuhnya padamu, dipeluk erat hingga maut sungkan memisahkan.
-------------------------------------------
I really dont know whats I supposed to give to you for every joys that you brought to my live. Happy birthday sweetheart, happy birthday.

Senin, 04 Juni 2012

Pembimbing

Dia tidak muda lagi, dan seperti biasa aku menjumpainya di ruang kerjanya yang luar biasa berantakan. Rambutnya dipenuhi uban, ada bekas terbakar matahari di mukanya, kenang-kenangan sewaktu dulu banyak bekerja di lapangan. Waktu aku tiba, ada tiga orang mahasiswa muda, mungkin baru tingkat satu atau tingkat dua bersamanya membicarakan suatu acara yang didukungnya. Dia masih aktif diberbagai kegiatan, masih diminta menggalang kekuatan untuk beberapa golongan. tapi jelas dia sudah tidak seperkasa dulu, matanya letih... senyum nya tidak lebar, dan jika kau baru mengenalnya, tawanya akan terdengar jauh lebih hambar dari pada tawa kebanyakan.

Sejujurnya kami tidak sangat dekat, aku hanya mahasiswa bimbingannya waktu mengambil master di geofisika reservoar. Salah satu mata kuliah yang diajarkannya adalah instrumentasi, dan dia menjelaskan konsep resonansi dengan analogi cinta, frekuensi dari sumber getaran yang sama dengan frekuensi diri objek disekitarnya akan menghasilkan fenomena resonansi, pun begitu hadirnya cinta, demikian beliau menjelaskan kepada kami. Suatu ketika di kelas pernah kami secara bergiliran membaca buku yang ditulisnya, buku itu tentang soekarno muda dan perempuan-perempuan muda di sekitarnya, salah satu yang paling menarik adalah ketika soekarno muda jatuh cinta pada seorang perempuan Belanda, dia menulisnya dengan sangat indah. Tidak berakhir bahagia, namun membuat semuanya tersenyum pada akhir cerita.

Aku masih berdiri memperhatikan dia mengangkat telpon dari seseorang:

'saya sedang ada tamu'

.....suara dari seberang, tidak terdengar olehku


'Dari ITB, iya urusan kuliah'

....dia mendengarkan suara dari lawan bicaranya lagi


'Ini si Haikal, Haikal Sedayo yang datang'

akhirnya pembicaraan telpon itu disudahi, akupun dipersilahkan duduk. Tanpa basa-basi dia segera menyelesaikan urusan yang kuminta dan menyerahkan berkas itu kembali padaku. dia duduk, napasnya dihela panjang seolah ingin membuang semua beban.

'Semakin tinggi, urusan semakin banyak'

Dia bercerita seolah pada dirinya sendiri

'lama-lama kita mulai diminta mengurus segala hal yang bukan keahlian kita'

Aku diam, merenungi bahwa akupun diminta melakukan hal yang sama

'Hukum lah, manajemen lah, dan segala macam hal lainnya yang dulu tidak kita pelajari'

matanya menerawang jauh, mataku terpaku pada wajahnya.
Dia sudah menjadi legenda saat mengajar dari atas kursi roda, dia telah menjadi legenda sejak kelasnya di pindah ke ruangan bawah karena jatungnya sudah tidak kuat untuk naik tangga ke lantai dua, ruang di mana kami biasanya menerima kuliah.

Aku pamit, menjabat tangannya, mengucapkan terimakasih.
itu terimakasih telah mengajariku banyak hal, itu terimakasih untuk mengingatkan aku, masih banyak orang yang "benar-benar" cerdas, dan aku hanya satu lagi dari muridnya yang sangat menghormati beliau.