Halaman

Sabtu, 25 Agustus 2012

Wisdom In The Air

Simplicity is the ultimate sophistication, begitu kata Jobs, dan begitu juga kata da Vinci pada abad ke-15, kupikir begitu pula pendapat para bijak jauh sebelumnya dari asiria hingga ceruk-ceruk terdalam Asia.

Senang mengingatnya lagi dalam penerbangan Bengkulu-Jakarta, saat tantangan masa depan terlihat seperti sulur-sulur hantu dengan pola yang rumit.

Sederhananya kita hanya perlu berjalan dan memilih di setiap persimpangan.

Ah... Iya, hidup tidak serumit itu :)

Ptolemy's Gate by: Jonathan Stroud

Karakter Kitty menjadi sangat luar biasa menarik dalam buku ini. Bersama kedua tokoh lainnya saling melengkapi secara seimbang seolah-olah berbagi memori menjalin kisah dari awal hingga akhir. Stroud secara luar biasa menghidupkan Ptolemy melalui memori bartimaeus dan pencarian Kitty sang commoner, saling menutupi dan melengkapi meski dari sudut pandang berbeda, idealisme Ptolemy adalah nyawa dari kisah ini bagi saya.

Meskipun tidak serumit dan semegah Kuartet Eragon karya Paolini, secara idealisme, stroud menuliskan konsep kesetaraan dan kebersamaan dengan lebih gamblang ketimbang Paolini yang lebih pesimis dan sarkas lewat pemisahan wilayah kekuasaan antar ras serta pengasingan para naga.

Akhir kisah ditutup dengan baik, tidak seperih Farewell to Arms dari Hemingway namun masih mampu meninggalkan rasa pahit di dinding langit-langit mulutmu setelah membacanya.

Jumat, 24 Agustus 2012

Inheritance by Christopher Paolini

Seri penutup kwartet Yang di awali dengan Eragon, Eldest, kemudian Brisingr.

Paolini mengakhiri pertempuran panjang varden dan kekaisaran di sini, menjawab sebagian besar misteri dan meninggalkan sebagian lainnya.

Sebagai penikmat fiksi sihir, bagi saya dunia sihir yang di ciptakan Paolini lebih dalam dan rumit dilengkapi jalinan perasaan dan interaksi sosial yang luar biasa komplek sehingga imajinasi Paolini demi tanduk kull tidak dapat diragukan. Kompleksitas yang tidak kau temui dalam seri bartimaeus stroud atau seri sang alkemis flamel bersama si kembar legendaris.

Namun entah kenapa, rasanya terlalu banyak keberuntungan yang didapatkan Eragon putra brom dalam buku ke empat ini. Pertempuran final terasa sangat ingin cepat di akhiri. Seolah benak penulisnya sudah tidak lagi kuat menahan tekanan yang datang dari benak fans-fans seperti saya :p

Roran masih idola saya dari awal kisah hingga buku terakhir ini dan sekarang bersama dengan Nasuada. Entah dengan tujuan apa, Paolini menghidupkan karakter perempuan misterius yang membantu Roran saat perang besar dan segera menenggelamkannya lagi tanpa penjelasan apapun.

Dan mengutip kata terakhir dari penutup Paolini: "aku sudah mengucapkan apa yang harus diucapkan. Sisanya hanya keheningan"

Seri fiksi yang luar biasa, kiranya bintang-bintang menjagamu

Sabtu, 18 Agustus 2012

A farewell to Arms by Ernest Hemingway

It was took so long to finish this book. Bahasa inggris saya yang tidak begitu baik jadi kendala besar menikmati buku ini. Tapi sebanding dengan apa yang saya dapatkan, Hemingway menyuguhkan drama yang sangat menyentuh melalui buku yang ditulisnya melalui "sedikit banyak" pengalamannya dalam pertempuran.

Kisah cinta Henry "Tenente" dan Catherine dengan latar belakang perang melawan Jerman dan Austria ditulis dengan detail tempat dan narasi deskriptif yang mengagumkan.

Pembaca dibawa berdebar-debar melintasi Udine yang dikuasai musuh atau menyeberangi danau hingga melewati monte Tamara dengan sembunyi-sembunyi menghindari mata guardia di finanza.

Pembaca dibawa merona bersemu lewat percakapan romantis mereka saat melalui malam-malam indah di Milan dan Menarik napas lega saat kedua sejoli mencapai Swiss serta monolog sunyi henry di lorong rumah sakit sebelum pembaca kembali dihantam dengan akhir yang tragis, mungkin seperih kenangan penulisnya tentang perang.

Buku ini bukan sebuah novel khusus dengan slogan anti perang yang kentara. Secara umum naskah ini adalah roman cantik, tidak picisan, dan memberi isyarat bagaimana perang membawa luka dan kesulitan namun tidak menapik juga sedikit keberuntungan dan kesenangan di dalamnya melalui berbagai sudut pandang.

Karya klasik, yang sangat bodoh untuk dilewatkan oleh generasi sekarang :p

Sabtu, 11 Agustus 2012

Kebahagian Sederhana

Akhirnya aku mengerti betapa mulia dan sederhananya kebahagian yang dituliskan puthut EA dalam 'Cinta Tak Pernah Tepat Waktu' entah dia sendiri akhirnya benar-benar mengalaminya atau tidak :)

Malam ini aku terbangun, perempuan itu lelap di sampingku. Aku turun, bersimpuh dan mengajukan permohonan ku yang ke lima pada tuhan manusia "Jadikan kami manusia yang lebih baik"

Dia terjaga, aku memeluknya mengecup lembut keningnya dan memintanya tidur kembali sambil membelai rambutnya yang tergerai. Ah... Frase dari buku itu muncul lagi : "Kalau ini bukan cinta sejati setidaknya jangan jadikan ini sesaat tuhan".

Terimakasih, Kau menciptakan dia dan saya.

Steve Jobs by : Walter Isaacson

Yeah, you are right. Buku ini tentang si jenius di balik Ipad dan Iphone, tokoh yang sama di belakang hadirnya machintos dan komputer mac serta perusahaan raksasa Apple.

Isaacson menuliskan biografi ini atas permintaan jobs yang sekarat karena penyakitnya. Buku ini boleh dianggap satu-satunya buku yang "cukup" mewakili jobs untuk menyampaikan bagaimana dia dan pemikirannya kepada dunia.

Jobs, tentu bukanlah orang yang masih perlu popularitas (saya rasa dia manusia terpopuler abad ini), terlebih dia sendiri menyadari kemungkinan besar dia tidak akan ada lagi pada saat buku ini diterbitkan, dan seperti itulah kenyataan yang terjadi. Bagi saya, buku ini lebih seperti sarana kontemplasi jobs dengan merunut dan mengingat kembali perjalanan hidupnya dan menceritakannya pada Isaacson yang kemudian melakukan konfirmasi terhadap sumber-sumber terkait dalam cerita Jobs. Kadangkala kau akan menemukan cerita Jobs diamini oleh pihak lain yang terlibat dan kadangkala disangkal keras oleh narasumber, dan Isaacson menuliskan kedua sisi ini dengan baik. Disorientasi personal Jobs yang terkenal sangat kentara dalam buku ini dan karena itu saya berani menyatakan buku ini cukup mewakili dia. Steve Paul Jobs mewariskan kisahnya pada kita melalui pena tajam Walter Isaacson.

Kamis, 09 Agustus 2012

Golem's eyes

Buku kedua trilogi bartimaeus. Tiga tokoh utama bergantian menjadi sudut pandang cerita. Namun menurut saya, sudut pada kitty tidak semenarik cara stroud membawakan nathaniel dan bartimaeus. Emosi kitty kurang menyentuh saya. Namun dari sisi komplikasi cerita dan alur memang sangat terasa jauh lebih rumit dari buku pertama. Pengetahuan stroud tentang cerita sihir menciptakan nuansa mistis yang sangat bagus. Atmosfer magis terasa dalam setiap kalimat yang ditulisnya. Perubahan karakter Nathaniel, emosi bartimaeus, dan misteri perjuangan kitty dibuka di sini. Konflik vertikal antara commoner dan penyihir serta persaingan dan perebutan kekuasaan antar penyihir terasa sangat natural dalam buku ini. Pembaca di bawa dalam justifikasi dan perang kebatinan masing-masing tokohnya.

Terlepas dari sudut pandang kitty, buku ini masih menyajikan cerita yang mendebarkan. Luar biasa.

Jumat, 03 Agustus 2012