Halaman

Minggu, 30 September 2012

Konyaku

Dessert manis, dalam gelas kaca belum datang.
Lidah sudah menunggu-nunggu, asam tembakau minta disapu.

Apakah kau percaya sudah melihat surga? Mungkin di mata istrimu yang menyeruput lemon tea manis di seberang meja.

Jumat, 28 September 2012

Confessions by: Kang Zhengguo

Seperti judul nya buku ini adalah pengakuan yang jujur kepada pembaca dan terutama kepada penulisnya sendiri. Confessions merupakan salah satu buku terbaik tentang china komunis yang pernah aku baca. Gaya penulisan kang yang luwes, sederhana, jujur serta berani membuat siapapun yang membaca buku ini merasa seolah-olah mereka menjalani ceruk-ceruk kisah kang Zhengguo sendiri. Kita dibuat seolah menyaksikan dua orang udik berciuman di tembok cina dan seolah merasakan debar jantung saat dikejar tentara merah atau kecemburuan pada kakak yang selalu lebih dibanggakan atau api hasrat kang mesti fisik nya dibelenggu kerja paksa.

Di sini kita dapat melihat hasil "pekerjaan" Mao dengan revolusi budayanya dari sisi pemilik cina :"rakyat" terlepas dari ideologi dan pandangan "cerdas" lainnya.

Tidak usah banyak bicara lagi, memoir ini luar biasa!

ZEUS

Tentu semua paham kalau nama itu adalah dewa tertinggi penguasa olympus dalam mitologi Yunani. Dewa agung bersenjatakan petir yang mengalahkan Titan dan mengambil alih kuasanya atas restu ibu Bumi. Nama dewa agung ini kami ambil untuk menamai sebuah kelompok kecil pertemanan di sekolah saya dulu 'Zeus' karena keren, itu saja, sederhana dan resmilah gank kecil kami dikenal dengan nama itu.

Anggotanya boleh siapa saja, tidak ada pesyaratan khusus atau ospek dan tetek bengek segala macam. Ketika kami membentuk band kami namakan juga Zeus, personil band yang tadinya tidak dikenal sebagai anak zeuz dengan segera dikenali masyarakat sekolah sebagai bagian dari zeuz, ketika beberapa orang kami di zeus merajai ekskul tertentu seperti mading dan drum band, segera banyak anggota lain dari ekskul tersebut dengan serta merta dikenali sebagai bagian dari kami. Kami tidak keberatan dan mereka senang-senang saja.

Zeus waktu itu tidak punya misi apalagi visi, tapi yang sekarang saya sadari zeus waktu itu menjadi identitas alternatif ketika kami dikotak-kotakan dalam kelas IPA-IPS, kelas unggulan-kelas biasa, ekskul ini-ekskul itu dan semua eklusivitas semu lainnya. Zeus menjadi identitas alternatif dari gank-gank berandalan sekolah yang hobinya tawuran. Zeus tidak pernah punya pemimpin, tidak pernah menolak atau merekrut siapa-siapa, dia hanya identitas imajiner yang kemudian menyatukan kami. Dia menjadi lembaga khayal yang membuat kami tidak segan untuk saling mengkoreksi dan menerima kritik. Zeus menjadi organisasi tanpa badan yang membuat kami menjadi saling dukung, saling bantu dan menghimpun semua resources yang kami miliki ketika itu..

Ah... Seandai seperti itu mudahnya menyatukan elemen bangsa :)

--seperti biasa aku tuliskan, sekedar untuk mengenang lebih lama

Minggu, 23 September 2012

Kampus Anti Rokok

Kampus saya telah menyatakan diri sebagai kampus anti asap rokok. Sebuah papan besar di gerbang 'belakang' menyatakan bahwa dilarang merokok di area kampus dengan tanda bintang di ujungnya. tanda bintang ini kemudian dijelaskan dengan tulisan kecil di bawah larangan tersebut yang berbunyi 'kecuali di tempat-tempat tertentu'.

Alkisah datanglah saya di gerbang belakang dan membaca tulisan itu serta mengurungkan niat menyalakan rokok kemudian berjalan menuju labtek untuk menunggu kuliah selanjutnya. setelah dekat labtek, saya kira sudah cukup jauh dari papan larangan, maka saya ambil rokok sebatang dan menyalakannya,  tiba-tiba saya dikagetkan oleh suara kasar bapak-bapak satpam berbadan kekar berkumis melintang. 'dek, matikan rokok nya'. sudah tiga kali rasa saya ditegur di kampus ini. saya hanya tersenyum dan menunjuk ke arah kedai kopi tempat saya biasanya tidak diganggu bila merokok dengan maksud si bisa bapak paham bahwa saya menuju sana yang jaraknya tinggal sepelemparan batu. Beliau melotot dan membentak saya dengan lebih keras lagi. 'MATIKAN ROKOK-NYA!!!'. saya kaget dibentak sedemikian rupa dengan sedikit emosi saya datangi dia.

Saya : ada apa?
Satpam : Matikan rokoknya, dilarang merokok di sini!
Saya : mana tandanya?
Satpam : Kan sudah dipasang di gerbang
Saya : Gak lihat tuh, itukan di gerbang, dan boleh merokok di daerah tertentu, menurut saya ini daerah tertentu
Satpam : di sini tidak boleh di cafe kopi sana boleh
Saya : kalau saya ngerokok di sini bapak mau apa?
Satpam : (diam)
Saya : Apa sanksi nya kalau saya melanggar larangan itu? (berhenti dulu menghisap rokok)
satpam : (masih diam)
Saya : Ya sudah saya dikasih sanksi aja apa sanksinya? didenda? berapa? kalau saya merokok ya kasih aja sanksi ngerokok apa? kalau anda berani pukul saya, saya bisa tuntut anda ke polisi, jelas sanksi pidana minimal dua bulan kurungan.
Satpam : (masih diam, saya makin berani)
Saya : karena jaket saya jaket himpunan, anda pikir saya mahasiswa? (padahal memang mahasiswa). saya kasih tau ya, saya dosen di sini (bohong tentu saja) dan di ruangan saya saja saya merokok! kalau anda tidak suka, silahkan protes ke rektor!

saya pergi dan satpam itu tertunduk, takut karena dikiranya saya benar-benar seorang dosen. yang saya lakukan tentu salah, besok-besok saya tidak akan sembarangan lagi menyalakan rokok. tapi aturan itu juga salah. kalau ada aturan tanpa sanksi tentu tidak akan efektif, kalau ada sanksi namun tidak ditegakkan tentu tidak akan berjalan dengan baik, kalau ada sanksi namun diterapkan dengan tebang pilih, beda dosen dengan mahasiswa, beda penguasa dengan rakyat jelata, tentu ini juga salah. Sa to the Lah = SALAH!
:)

*curhat ringan menunggu kuliah