Halaman

Kamis, 01 Desember 2011

Next

Akhirnya besok harus melewati lagi fase selanjutnya di putaran waktu yang masih tak kenal ampun seperti dulu :)

I'm getting merried! Wow... Can you imagine that :D

And I will not be lone ranger anymore but two hehehe

Sometime, rasa takut itu datang. Apa perempuan ini akan bersama geloramu yang membara, atau dia akan menjadi air yang memadamkan apimu?

Aku masih semerah dulu meski tak menggelegak seganas neraka, akankah fase ini membunuh mimpi-mimpi dan menggantikannya dengan mimpi-mimpi baru, atau bahkan membuat kita tidak akan mampu lagi bermimpi karena diteror realita dan segala keterbatasan yang ada?

Aku mencintaimu perempuanku, untuk itu telah kuserahkan separuh hatiku dan kini segenap hidupku untuk bersamamu.

Akankah kemudian kita menjadi lebih sibuk memikirkan mobil, rumah, uang ketimbang belajar, bercinta, mencintai, memberi dan berbakti?

Kita tidak pernah tahu seperti apa jalanan di depan sana, perkuat genggaman mu sayang, peluk aku.

Aku percaya kau akan bersamaku menghadapi badai apapun setelah ini. Dan aku hanya mampu berjanji mencintaimu segenap hati dengan seluruh jiwa raga hingga dipisahkan maut. (Dan tidak akan berpoligami dengan alasan apapun tentu saja hehehehe)

Ingatkan aku saat memandang sinis pengemis yang lewat atau tidak berempati pada bapak penjual sapu di simpang jalan itu. Hal-hal sederhana yang begitu aku kagumi darimu :)

Peluk cium untukmu, bismillah mari melangkah :)
regards

-M Haikal Sedayo
http://rescogitan.com

Kamis, 17 November 2011

Cincin

di jarimu kusematkan lingkar cinta, polos tanpa aksen rupa-rupa
di hatiku kau talikan jangkar, hingga terikat sudah segala rasa berpulang padamu.

Ini kupilihkan sebuah lambang untukmu, percayalah; kesederhanaan membuat kita lebih mensyukuri cinta.

kupasangkan di jari manismu, di sebelah kelingking yang diam-diam bergetar
di hadapan aku yang diam-diam luruh :)

Rabu, 09 November 2011

Renungan tentang kematian sebelum ulang tahun

Hampir 27 tahun sudah, mungkin sudah sepertiga usia atau bisa jadi lebih pendek lagi, tentu bukan kita yang tahu. Akupun ingin hidup seribu tahun seperti chairil anwar, tapi kematian bukanlah lawan yang bisa benar-benar kau tipu seperti dalam dongeng-dongeng yunani.

Kamis, 29 September 2011

Doa

ada harap pribadi yang tersimpan rapat di ruang pinta,
mereka menuduh ku sombong tak menyampaikan asa dalam doa-doaku
tapi tentu kau maha tahu tak usalah padamu aku berkeluh

mereka bicara betapa dekat jarak antara kita, seolah mereka benar-benar bisa merasakan hadirmu, dan aku tidak percaya
tapi tentu kau yang paling tahu

aku dengar nyanyian hujan, aku meresapi kekosongan malam, aku memahami kompleksitas yang kau ciptakan untuk menyangga keseimbangan dengan sempurna, aku membaca kalam serta merenungi zikir bulan dalam secangkir kopi, tapi kau masih jauh.

tak usalah aku berkeluh tentang betapa rindu merasakan kembali hadirmu
karena kau adalah dikara tempat berpulang segala rindu

kapan kau hadir lagi di sujud-sujudku tuhan?

Kamis, 25 Agustus 2011

Between Jobs and Apple

Bagi Apple dan dunia desain teknologi komputer, Steve jobs adalah ayah. Dalam dunia gadget, dia adalah tokoh fenomenal, legenda hidup yang lahir dari larisnya ipod, itunes, imac, iphone dan ipad. Langkah jobs saat kembali ke Apple setelah hengkang sebelumnya akibat berselisih paham dengan CEO Apple ketika itu adalah menarik licensi software apple yang beredar di pihak luar. Jobs, menentang pendapat dunia ketika itu dan dia mengalahkannya.

Ada masanya ketika kehadiran Jobs bak dewa yang membawa agama baru di atas kendaraan ajaibnya yang bernama Apple, dia dikritik, dihina, dijegal, namun semua orang menyadari.... Dunia sekarang akan berbeda tanpa hadirnya jobs.

sejatinya Jobs tetap manusia yang pernah mengalami kegagalan, Lisa anak pertama Jobs (seorang putri cantik dari pacarnya dan nama komputer produksi massal terbesar pertama yang lahir dari idenya) merupakan kemanusiawian seorang jobs :)

Beberapa pengamat mengatakan Apple tanpa jobs akan seperti microsoft tanpa gates atau seperti masakan tanpa garam agar lebih mudah kita pahami :p

Jobs mengalami gangguan kesehatan yang serius di setengah abad umurnya yang berharga. Bagi saya, job adalah visioner, pengusaha andal, pengatur siasat ulung, jenderal besar dalam perang kompetisi global. Saya sadar banyak orang hebat di silicon valley selain Jobs, namun bagi saya dia tetap yang terbaik di antara mereka.

kasihan tim Cook yang harus memikul beban yang ditinggalkan Jobs.tidak mudah menggantikan seorang legenda seperti Jobs saya ingat bagaimana sulitnya ke tiga pengganti mahapatih gajahmada memikul beban yang biasanya disandang oleh sang legenda yang memutuskan untuk pensiun dan menjalani tapa brata, bukan bermaksud membandingkan gajah mada dengan jobs, tapi saya membandingkan penggantinya hehehehe :)

Mungkin masa-masa Jobs sudah selesai, hingga saat ini belum muncul bintang utara yang baru yang mungkin bisa menyamai Jobs, tapi dunia pasti merindukan lahirnya orang-orang seperti Jobs.

Jobs belum benar-benar pergi, dia masih bersama kita dan duduk manis sebagai chairman of board Apple, mendampingi Apple di masa sulitnya. Bagi Jobs saat ini mungkin seperti saat seorang ibu menyapih bayinya. Hal yang sulit, bagi ibu maupun bagi bayi, tapi mereka tahu bahwa they should do this!

I dont even know you personally Jobs, tapi semoga kamu sehat-sehat selalu. Seperti Gie, Copernicus, Guevara, Heisenberg, Fourier saya mengagumi anda dan mereka.

Jumat, 19 Agustus 2011

Menghargai Wanita

Topik ini bukan sekali dua kali aku dengar dan aku baca, tidak pernah sungguh-sungguh kutempatkan dalam salah satu sudut di kamar pemikiranku untuk ditelaah dan dilihat lebih dalam. Seperti dogma agama kewajiban untuk menghormati wanita sudah mengakar pada darah kami orang melayu, ajaran nabi menyebut ibu tiga kali lebih dulu untuk dihormati sebelum menghormati ayah yang menghidupi keluarga. Aku yang dihadiahi 3 adik perempuan oleh kedua orang tua ku diingatkan betul-betul untuk menghormati makhluk yang diciptakan dari rusuk lelaki kesepian di surga tuhan yang indah namun hampa. Kesetian mama, rasa sayang pada ketiga adik-adik ku dan doa mereka yang menguatkanku adalah ajaran tanpa kata-kata yang bersemayam di pembuluh-pembuluh darahku untuk mengingatkanku agar menghargai kaum hawa, makhluk yang kerap menjelma rindu, nafsu, sayap malaikat, tak jarang menjelma tanduk-tanduk setan dari neraka yang paling panas (paling dingin???).

Bandung dingin malam itu, aku baru selesai mengantarkan pacarku pulang. Menumpang taksi abu-abu aku pulang menuju hotel di dekat sebuah kampus di mana besok aku harus kembali mengikuti kuliah umum tentang gerakan beberapa cm kerak bumi setiap tahun dan hubungannya dengan kegempaan. Taksi melaju pelan, meski argonya tetap kencang, 50.000 rupiah tertera di argo itu saat aku sampai di tujuan dan melirik argometer sebelum melihat isi dompet hadiah ulang tahun yang setia setahun ini menempel di pantatku serupa bisul ku bawa kemana-mana.

Seorang perempuan muda berlari sambil menangis, lelaki muda dengan muka tidak kalah jelek dengan kelakuannya mengejar, menarik tangannya dengan kasar, menyentakkan tubuhnya, menghempaskan perempuan itu kepelukannya, menarik pakaiannya, mendorongnya kembali ke tempat semula. Perempuan itu melawan, apa daya tenaganya kalah jauh tentu saja. Kasihan dia... Air matanya penuh, dia dipaksa masuk kembali ke sebuah restoran. Rambutnya sudah kusut, pakaiannya kusut, lelaki sampah itu tidak peduli, terus setengah menyeret membawanya kembali. Aku marah, ingin rasanya berteriak memaki monyet berkelamin laki-laki yang menyaru manusia itu... Niat kubatalkan demi melihat perempuan muda itu luruh dan akhirnya sesegukan di bahu manusia kera yang ternyata sudah terlanjur mencuri hatinya itu. Dia di kalahkan cinta! Seperti hampir semua kita juga.

Tidak bisakah lelaki monyet itu bertindak sedikit lebih lembut dan bersahabat pada perempuannya?

Tuhanku... Mulai sekarang aku akan menghitung permintaanku kepadamu. Permintaan pertama yang kuhitung ini adalah agar kau lindungi aku dari sikap kasar terhadap makhluk mulia yang kau berikan perintahkan untuk menjadi insan yang harus dihormati tiga kali lebih utama dari kaum ku dan permintaanku yang kedua adalah agar aku tetap manusia, tidak menjadi monyet!

Regard


Haikal Sedayo

Jumat, 22 Juli 2011

Merienplatzt, saat hati mengembara sendiri....

Gelap datang selalu terlambat di sini, dia senang mengulur-ngulur waktu membiarkan matahari bersinar lebih lama menggoda kami yang menunggunya sedari tadi. Pelan-pelan dengan anggun jubahnya menyelimuti stasiun yang mulai sepi dan hinggap di gelas-gelas bir serta pundak-pundak telanjang perempuan penjaja cinta di pelataran city hall yang megah itu.

Lensa kamera masih terbuka, dengan perlahan terus mengabadikan kemerlap cahaya yang muncul menemani hadirnya gelap. Sedang hati sedari tadi berkelana entah kemana. Dia mau menemui orang-orang terkasih, dia mau pergi ke dunia para peri.

Aku mencium wajah kaku mu yang dingin, aku mengusap seluruh tubuhmu sebelum membalutnya dengan kain kaku yang menjadi pakaian terakhirmu, dan aku; dengan tanganku sendiri membaringkan mu di tempat itu.

Dua puluh dua tahun yang lalu kau membawaku dengan sepeda motor melintasi kota kecil kita, membawaku ke pasar sederhana agar bisa kau pilihkan pakaian terbaik menyambut ramadhan. Setelah kita sepakat dengan setelan mana yang akan dibeli, kau akan membayarnya dan menyerahkannya kepadaku untuk di bawa, dan aku ingat betapa erat bungkusan pakaian itu aku dekap seolah takut kehilangan. Kau mengusap kepalaku ketika itu, kelak terbanglah, semoga sayapmu terentang ke angkasa; kau berdoa, dan aku benar2 tidak mengerti.

Aku meninggalkanmu saat zaman seolah membuat jurang di antara kita, dan sebelum sempat aku kembali serta berterimakasih untuk harapanmu dua puluh dua tahun yang lalu, kau sudah harus melanjutkan perjalananmu.

Pada akhirnya kami tidak akan pernah lagi menjumpai wajahmu selain dalam kenangan seperti saat ini, membawa harapan mu dua puluh dua tahun yang lalu, kami berjalan dan aku melintasi samudera itu. Dentang lonceng dari katedral menyadarkanku dan di bawah patung bayi yesus di buaian perawan mariam aku berdoa kepada tangan yang menuliskan nasib dalam lauhul mahfuz, semoga damai yang kau cari kau temukan di sana, dan semoga kelak aku bisa kembali dengan jutaan terimakasih kepadamu.

Ramadhan segera datang lagi pa, meski tidak akan pernah sama dengan yang dulu, saat aku begitu menyukai pakaian baru dan kamu.

Aku benci pemakaman!

Senin, 18 Juli 2011

Come from nothing

Hujan menyapa manusia-manusia yang berjalan cepat pada senja musim panas ini. Aku berdiri menikmati terpaan angin juli bersama kabut tipis yang menggantung di tempat asing bersama orang-orang yang juga asing. Kami berbicara dalam bahasa yang berbeda, dengan kepentingan yang juga berbeda.

Pada suatu titik dalam basa-basi sore yang sibuk itu, dia mengacak rambutnya yang pirang dan menghisap rokok nya dalam-dalam, dan aku menghembuskan napasku kencang-kencang. "I come from London, how about you?"

Aku ingat bertemu dua doktor yang hebat kemaren, aku ingat membaca note seorang kawan dengan kedalaman pemikirannya yang tidak pernah mampu aku lihat sebelumnya, aku ingat pengamen di stasiun munchen freiheit... Dan aku kembali menarik napas setelah membiarkan paru-paruku kosong beberapa saat.

"I came from nothing"

Dia tersenyum, aku tersenyum dan meninggalkannya dengan tatapan yang masih menghujam tajam di punggungku.

"it is also rainy in London"

Aku masih mendengar suaranya di selingi suara hujan dan langkah-langkah kaki...

Dan hujan akan selalu turun, menghapus jejak kemarin.... Menumbuhkan tunas-tunas baru... Dan membunuh bilamana perlu.

Minggu, 03 Juli 2011

Dan manakah yang menjadi tujuanmu??

Ada satu ketika ketika aku ingin menjadi sedemikian sempurna, atau setidaknya, aku tidak ingin ada orang yang memaki karena aku. Jangan salahkan aku, begitu namanya lumrah, diajarkan budaya disesaki dogma.

kemudian aku lalui jalan setapak di pematang gunung, menyusuri lembah-lembah dingin dan menghitung kerlip bintang malam di pesisir-pesisir laut mana saja yang bisa aku jumpai. desau angin dan riak sungai adalah teman, harmoni mereka tak pernah berubah kendati kau marah atau kecewa. Dia yang selalu bernyanyi dengan melodinya sendiri... tak pernah berubah kendati kau diam atau banyak bicara.

Desau angin dan riak sungai adalah guru, yang mengajari aku untuk berpegang teguh pada keyakinanku. Biarkan manusia menggugatmu, dan kebenaran hanyalah tuhan yang tahu.

Berbaik-baiklah dengan hati, bermain dengan pikiran kadangkala menjadi berbahaya saat kita terlalu peduli pada pandangan mereka-mereka, sedang kebaikan hanya tuhan sajalah yang menghitung segala.

Desau angin dan riak sungai juga mengajariku satu hal lagi... yaitu agar aku membagi rahasia ini denganmu... bahwasanya kita tidak akan pernah menjadi sempurna.

Kemarilah,... rapatkan bahumu ke dadaku... peluk aku erat-erat dengan seluruh jiwamu dan cukupkan hatimu dengan cintaku... lalu kita akan bersama-sama menikmati desau angin dan riak sungai ini.

-Singapore river, 04 07 2011

Jumat, 24 Juni 2011

Totalitas

mungkin jarang sekali saya bekerja dalam jangka waktu yang panjang dengan orang-orang asing. sekali waktu pernah hampir seminggu satu ruangan bersama warga negara afrika selatan, seorang programmer yang datang dengan programnya dan kemudian kami terlibat diskusi yang cukup panjang dan alot, tidak bisa dibilang tidak menarik :) tapi dia tidak jauh berbeda dengan kami kebanyakan di divisi ini; urakan, santai, deadliner :p

kali ini perjalanan hidup mengharuskan saya berurusan dengan seorang etnis cina warga negara Singapura. di mengurusi perjalanan bisnis yang harus saya jalani beberapa minggu lagi. saya dan dia hanya bertemu sekali waktu di ruang rapat dalam suasana formal, cukup tau wajah dan namanya itu saja.

kontak selanjutnya lewat email dengan embel-embel nama perusahaan masing-masing di belakangnya. dia yang mengurusi segala urusan kami di negaranya, dan kali ini selayaknya klien, saya dan kolega pasif saja menunggu apa yang diberikan, hari ini... rasanya saya harus malu.

dia seorang client portfolio manager perusahaan ternama di industri ini yang menjadi tuan rumah kami. aku tidak tau pasti berapa umurnya, yang jelas masih cukup muda. kesibukannya tentu tidak main-main di sana, dengan cakupan bisnis asia. tapi bukan sekedar undangan formal yang dikirimkan ke kami, bukan sekedar pemberitahuan mengenai training yang harus kami jalani. bahkan dia menyadari ini pertama kali kami mengunjungi kantor pusatnya, dia memberikan informasi dari jalan hingga rekomendasi makanan bahkan tanpa diminta sama sekali. begitu seriusnya dan telitinya dia mempersiapkan keperluan kami.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

aku menghitung waktuku yang habis untuk membuka facebook, bermain game, dan menulis blog di kantor....

aku menghitung ketidakseriusan kami mengerjakan amanah yang sudah diberikan....

aku menghitung betapa besar mulutnya kami dengan kapasitas yang tidak seberapa....

lalu aku paham kenapa thesisku salah dan modeling resiko ini tidak pernah mencapai kata stabil...

totalitas tidak diberikan...

"kerjakan dengan effort terbaik yang kamu mampu"... lebih mudah diucapkan dari pada dilaksanakan.

aku belajar satu hal dari orang yang nyaris tidak aku kenal, tapi belajar dan menerapkan adalah dua sisi yang berbeda, kebanyakan kita hanya belajar dan mengerti, namun tidak pernah benar-benar mampu melaksanakan.

totalitas adalah satu rangkaian kata dengan cinta, dan cinta adalah satu rangaian bersama pengabdian.

kamu pun hanya bisa membaca dan tidak bisa benar-benar mengerti apalagi menerapkan maksud saya kali ini. kamu pun seperti saya, terlalu merasa pintar dan memahami dunia yang rumit seisinya... karena kalau kamu mengerti sekarang juga kamu akan menutup blog ini bila menyadari ini masih jam kerja... dan kamu dibayar bukan untuk membaca tulisan sampah di sini :)

"tapi hidup harus santai.... dinikmati...." begitu katamu?? ya terserahlah :)

Minggu, 01 Mei 2011

Penjara

Kami yang diam di pelataran ini adalah kami yang lemah

Sungguh.... Dalam penjaramulah kami telah terperangkap kian dalam di pasrah yang diam.

-28/04/2011

Minggu, 24 April 2011

Tentang Cinta (lagi....)

Ini bukan kereta terakhir, 6.20 bogor menuju jakarta. Kelas rakyat jelata, 2000 rupiah hingga stasiun kota.

Sepasang kekasih harus berdiri, tempat duduk telah penuh. Peluh, lelah, hangat cinta mengalir jadi satu. Berpelukan dalam selimut gaib milik mereka sendiri.

Teriakan pedagang, bising mesin kereta, dan riuh rendah suasana bukan apa-apa. Mereka larut dalam pelukan yang seakan abadi... Menampar kita yang merasa berada, meski miskin waktu bertemu, meski terkungkung mimpi-mimpi duniawi...

Memerdekakan diri ternyata bukanlah hal yang mudah. Aku mencatat dalam diam, seorang pecinta harus merdeka dan memiliki pasangan yang juga merdeka.

Berbahagialah kalian, pasangan pecinta di kereta :)
regard

-M Haikal Sedayo
http://rescogitan.com

Selasa, 19 April 2011

Sukabumi di ujung malam.

Jalan langit, begitu selalu aku menyebut garis yang telah ditentukan, membawaku kembali ke kota ini. Ini kali ke empat aku mencium udara sukabumi, kali pertama saat berkunjung ke rumah seorang kawan sebelum menjelajah pelabuhan ratu, kali kedua saat survey dampak gempa, kali ke tiga bersama keluarga calon istri, dan kali ini saat adik ku yang asli bengkulu, menuntut ilmu di semarang, menikah dengan jejaka sumedang, dan lantas berdomisili serta mengais rezeki di bogor, secara dramatis harus melahirkan di kota ini, di sukabumi.

Kita tidak bisa memilih lahir dari rahim siapa, dan dalam keluarga beragama apa, sama seperti kita tidak bisa memilih di mana kita akan di lahirkan. Tuhan, dengan berbagai perhitungannya memutuskan bahwa jabang bayi ini harus lahir di sini, jauh dari keluarga ku dari keluarga ayahnya, dari teman-teman kami, dari semua yg menunggu kehadirannya selain ayah-ibu nya

Aku membaca kehendak alam dalam peristiwa, kelak... Tumbuhlah dengan gagah keponakanku sayang, hiduplah dalam kontemplasi mu yang dalam... Semakin tinggi kau akan semakin sendiri, temanmu keyakinan, jalanmu kebenaran. Hiduplah penuh kasih sayang, seperti sepertiga malam yang didatangi pencari maha terkasih. Aku tutup malam,... Aku sambut fajar... Doaku menemani kehadiranmu....

Selamat datang... Panggil saya om icoy saja :)
regard

-M Haikal Sedayo
http://rescogitan.com

Sabtu, 16 April 2011

tembang asmaradana...

sepi,... sekat duniawi yang fana seperti idealisme dan cinta masih bertaruh didepan kita, kita diam di tepian rel kereta, menikmati stasiun yang hingar bingar dengan selimut sepi, seolah tersembunyi dan terpisah dari segala gerak yang ada.

selimut itu aku yang ciptakan, untuk melindungi mu, melindungi diriku sendiri tepatnya dari kehilangan kamu. selimut itu gaib, memisahkan mu pelan-pelan dari berhala-berhala lain selain aku, menyesatkan mu dalam cinta yang buta, sebuta kabut dari sowarga, memisahkan aku dari apa-apa yang dulu kupikir berharga sebelum bertemu kamu.

jika dalam selimut itu kau bisa bahagia, melupakan hingar bingar stasiun ini, tidak perlu kita bersedih melihat mereka yang berangkat naik kereta dengan pakaian mewah dan bau parfumnya yang mahal dari rumah mereka yang megah bagai istana raja.

kelak pada masa nya kita harus keluar dari selimut itu, entah aku, entah kamu yang harus berpamitan dan yang lain harus rela menunggu dalam doa dan puja berharap yang terbaik untuk yang pergi, serupa doa dan puja anjasmara mengiringi kepergian damarwulan, sepahit kata perpisahan dawarwulan untuk kekasih hatinya...

Anjasmara ari mami

mas mirah kulaka warta

dasihmu tan wurung layon

aneng kutha Prabalingga

prang tandhing Wurubhisma

karia mukti wong ayu

pun kakang pamit palastra.


Aku telah coba agar kau temukan diri mu dalam mataku, buat kau temukan jalanmu di langkah ku, tapi tentu kau setara pandawa yang perkasa... jalan menuju hatimu harus kau temukan sendiri, dan aku harus belajar menjadi sekuat anjasmara melepas mu yang "mungkin" tidak akan kembali memeluk malam bersamaku di selimut kusam ini....


Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun,

karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah

pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti,

yang jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.

Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta,

nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya

disebutkan.

Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok

pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara,

ia tak akan mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba,

karena ia tak berani lagi.

Anjasmara, adikku, tinggallah seperti dulu.

Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.

Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,

kulupakan wajahmu.

(Goenawan Mohamad, 1992: 44)


Aku buka genggaman ku yang memaksa kau berada dalam lingkup gaib selimut ini, kau hanya perlu melangkah, maka akan kau masuki hingar bingar stasiun kereta ini, mungkin kau akan menaiki kereta terakhir malam ini, aku di sini menunggu semoga kau kembali atau setidaknya mengingat di mana kita lewati keramain dalam kesepian dibalik dunia ajaib ini, yang hanya ada aku, yang hanya ada kamu.


itu paggilan naik untuk kereta terakhir,... bergegas lah. aku akan segera menyusul, dan akan kumenangkan hatimu kembali.... sebelum itu, biar ku musnahkan dulu selimut gaib ini.


Jumat, 18 Maret 2011

Tentang kami, bakti kami yang setitik

dimulai dengan "dia"
Perempuan yang duduk bersamaku menghabiskan malam di pantai pangandaran.

Saat itu, benih cinta mulai tumbuh.
Aku sangat yakin akan mampu menyatakan isi hati, mengajaknya berbagi kisah dan saling mendampingi malam itu juga.

Percakapan yang lahir dari saling diam itu diawali dengan debat singkat tentang arah australia dari tempat kami berada. Memandang samudera terhampar, mencium bau angin dan kami mulai saling me-reka di mana kiranya letak benua kangguru. Dia sebenarnya tidak tahu, aku pun sama... Tapi kami berdebat panjang, mengemukakan bermacam-macam argumen dan saling tertawa, karena kami tahu... Bahwa kami tidak "benar-benar" tahu :) tapi itu tidaklah penting, menghabiskan waktu itu dengan nya adalah kebahagiaan bagiku.

Sampai pada suatu jeda, saat aku begitu yakin akan mampu menyampaikan isi hati... Dia berbicara tentang laut. Dia menatap ombak yang mencium bibir pantai, matanya lurus... Jiwanya lurus, dan dia mulai menjelaskan tentang gelombang pecah... Tentang bentuk pantai yang mempengaruhi arus... Tentang jiwa dan napas laut yang dipelajarinya.

Aku terdiam, tiba-tiba semua benteng keberanian yang kubangun perlahan dan ku kokohkan dengan niat yang sngguh-sungguh hancur sudah... Dia sempurna di mataku saat itu, di matanya kilat kecerdasan terpancar, dalam suaranya... Aku luruh, aku sadar, kelak... Nasib akan membawanya terbang, mungkin ke tempat yang terlalu tinggi untuk aku capai.

Namun jalan hidup mengizin kan kami kemudian bersama, kadang aku dengan ke egoisan ku mencoba menahan kepak sayap nya agar tidak terlalu tinggi hingga bisa terus kugapai, kadang aku terlalu keras memaksanya menjadi "aku"!

Garis langit memisahkan kami ribuan kilometer, untuk kemudian berbaik hati kembali menyatukan kami. Dia datang dari tempat yang tinggi, kembali... Mengejawantahkan apa yang dulu pernah aku pikirkan tentang dia.

Tiba-tiba aku tidak rela melihat dia hampir terpenjara di belakang meja kerja, aku tidak rela dia hanya melakukan hal-hal biasa... Aku pernah menyaksikan mata itu berbicara di bawah langit pangandaran, aku pernah mendengar napas dan jiwa laut dari suaranya.
------------------------------------------------------
Ini baktimu sayang, kau akan menghadapi rintangan, kau akan dituduh melakukan hal tercela yang aku tahu pasti tidak kau lakukan. Dan aku tahu, setitik bakti ku adalah memastikan kau, mampu terbang, melesat melintasinya untuk kemudian kembali bersamaku menyelam di dalamnya samudera.

Dan aku.... Akan terus mencintaimu meski tanpa itu semua :)
regard

-M Haikal Sedayo
http://rescogitan.com

Selasa, 15 Maret 2011

....

Bangku yang sama sepeti ketika dulu aku menunggu pengumuman kelulusanku.

Kali ini aku kembali duduk di sini, dalam diam panjang... Sesekali berdiri, melihat melintasi kaca pintu ruangan itu, kau berdiri di situ, memperjuangkan apa yang telah kau kerjakan lebih dari setahun ini. Kau berdiri anggun disitu dengan sejuta ekspresi, dari senyum, bingung, bahagia, dan banyak lagi :) memperjuangkan gelar yang akan diputuskan setelah mereka2 yang jauh lebih pintar dari kau dan aku itu setuju, dan mau menganggap dirimu layak menyandangnya.

Meski kita berdua tahu, gelar dan penghargaan serta baju kebesaran, dan upacara2 itu bukanlah apa2... Apa yang telah kau lewati selama melakukan prosesnya adalah apa yang patut kita hargai lebih jauh

Aku menyalakan Ipod, gitar joe satriani memenuhi gendang telinga. Dunia kita seakan sedang terpisah sangat jauh... Di balik pintu itu ada dunia yang lain, dunia yang semoga menjadikan kamu lebih baik, menjadikan kamu lebih bijak,
Mungkin tidak akan membantu apa-apa, aku hanya mau hadir... Menemanimu, melawati satu ujian terakhir sebelum memasuki fase berikutnya dari ceritamu, cerita kita... yang aku yakin masih sangat panjang sayang... :)

A New Master of Science born today
regard

-M Haikal Sedayo
http://rescogitan.com

Rabu, 02 Maret 2011

ditantang seratus dewa

membaca syair Rendra... hiburan saat picking seismik jadi tidak lagi menyenangkan :

..........

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kaukenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa kita ditantang seratus dewa.

WS. Rendra, Sajak-sajak sepatu tua, 1972

Selasa, 15 Februari 2011

Belum bisa tidur

Akhirnya aku membaca tentang rakyat mesir yang berdemonstrasi, merasa telah menang, namun perjuangan sebenarnya baru dimulai... apa iya Ikhwanul muslimin adalah roda penggerak yang setulus-tulusnya? apa militer akan dengan mudah melakukan transisi kekuasaan? siapa tokoh alternatif yang tidak punya konflik kepentingan untuk menguasai negara dengan piramida yang tersohor ke seantero negeri (dan posisi strategisnya dalam politik timur tengah)?? -di pikiranku melintas persamaan transformasi faust-

akhirnya, baru malam ini aku benar-benar membaca tentang cikeusik yang berdarah, tentang penyerang yang ternyata bukan warga sekitar, tentang intelijen yang membiarkan seribu massa bergerak terkomando (atau mereka yang menggerakkan?) tentang polisi (pasukan pengendalian massa) yang tanpa peralatan, tentang ahmadiyah yang datang dari jakarta, tentang pembacokan sebelum penyerangan, tentang saksi perekam video yang diduga anggota intelijen negara, tentang pita hijau dan biru serta posisinya pada anggota kelompok penyerang, tentang betapa ngototnya orang-orang yang akhirnya tewas mengenaskan di tangan massa yang beringas (massa kera apa manusia ini?) -di pikiranku terlintas kode program setengah jadi yang belum bisa kuselesaikan sebelum menulis di sini-

habibie menulis dalam bukunya "Kalaupun dia seorang guru besar - profesor doktor dan meraih hadiah nobel, tapi dia tidak peduli pada sekitarnya, hanya peduli pada laboratorium dan penelitiannya saja dia adalah seorang ahli atau pakar saja. bukan seorang cendikiawan..."

dunia ini butuh banyak cendikiawan, bukan orang-orang yang sekedar pakar saja... iya saya sepakat, tapi pak habibie... tarohlah saya peduli.... orang seperti saya bisa apa...??? selain menulis di blog ini bahwa hatinya resah... resah karena kejadian-kejadian di sekitarnya.... resah karena diri nya tidak mampu berbuat apa-apa

12.34.... saya harus tidur, besok kembali lagi, bekerja memperbaiki sistem estimasi kerugian untuk industri asuransi Indonesia, setidaknya baru itu yang bisa saya kerjakan, sedikit.... saya niatkan untuk negri.... teriring doa untuk mesir dan tunisia.... beserta Indonesia tentu... selamat malam....

Selasa, 01 Februari 2011

Perempuan itu...

Sepiring nasi dengan lauk yang menggoda tersaji, sendok dan garpu di tangan. Selamat makan...

Dia datang, usianya sama dengan adik perempuanku yang paling bungsu, sekilas aku lihat tubuh nya ringkih, hanya tersisa kulit membungkus tulang-belulang, sungguh berbeda dengan adik kesayangan ku yang gempal itu. Nasi dengan lauk nya lebih menarik, aku makan, ayam bakar terasa nikmat.

Senjatanya kotak semir, menawari kami jasa untuk membersihkan sepatu, menggosoknya agar kembali bersih- mengkilat. Kami tak bergeming, hanya menghadapkan telapak tangan tanda penolakan. Makanan ini masih terasa nikmat.

Dia duduk di pojok dekat pintu, terkantuk-kantuk, mukanya lapar. Kami usai makan, membayar, lalu melewatinya pulang kembali ke kantor mengerjakan pekerjaan yang entah dengan perut kenyang dan hati senang. Makanan tadi masih terasa nikmatnya.

Hati ini dari apa?? Resistensi itu akhirnya hadir... Membuat mata yang melihat menjadi tak berguna... Memenuhi rongga-rongga hati dengan baja-baja keras yang anti peluru.

Kami ini apa?? Makhluk sosial yang bagaimana?? Mengapa hati tidak mau berempati??

Lalu aku sadar... Sudah lama... Sampai aku lupa... Kapan terakhir kali nurani datang, mengetuk pintu, lalu berbagi secangkir kopi hangat dan selautan cerita.

Terkutuklah!
Sent from my BlackBerry® via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat.

Nyanyian camar

Serupa camar, aku terbang... Masih enggan pulang membuat sarang. Berahi kelana, arah angin yang belum paripurna... Aku.. Di 26 tahun, labil, darah masih membara seakan tidak mau padam, langkah masih berpindah-pindah seolah tidak akan bisa dihentikan waktu yang sedemikian itu punya kuasa.

Lalu kutemukan sepotong sajak dr lailatul kiptiyah, puisi yang menelajangi aku, kamu, dan ke egoisan kita...
_______________________________________
NYANYIAN CAMAR

Petang bagiku adalah sarang

dimana angananganku riang menerawang

membawa lelah dan risauku pulang

di hening dada karang

 

kubawa serentetan lagu sendu

lewat paruh dan sayapku

setelah kuterdekap gemerlap pagi

tempat kubaringkan penggalan mimpi

 

kelak tak perlu kutakut pada sepi

di taman surga Illahi

 

Februari 2011 (1432 H)


Sent from my BlackBerry® via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat.

Rabu, 26 Januari 2011

Pencapain

Hari ini dihabiskan di hadapan 4 profesor dan 2 doktor,

Hari ini dihabiskan setelah malam panjang yang memaksa saya akhirnya mampu memahami apa yang 3 tahun tidak pernah mampu saya pahami.

Hari ini adalah hari di mana saya merasa tercerahkan, ketika melihat di atas langit masih ada langit, di dimensi yang berbeda langit bisa berubah menjadi bumi.

Hari ini saya menikmati penderitaan menahan kantuk yang sangat, hari ini saya menikmati kebahagian setelah duduk semeja dengan mereka2 yang sempat membuat lidah saya tidak mampu berkata2 ketika sidang akademis pertama.

Terimakasih guru2 ku, ini terimakasih dari dalam hati... Ini terimakasih yang sederhana dari kami.


Sent from my BlackBerry® via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat.

Senin, 10 Januari 2011

Pitutur padi

Sent from my BlackBerry® via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat.

-----Original Message-----
From: haikal842001@gmail.com
Date: Mon, 10 Jan 2011 16:46:15
To: Bunga Matahari<bungamatahari@yahoogroups.com>
Reply-To: haikal842001@gmail.com
Subject: Pitutur padi

Dari milis bunga matahari, karya lailatul kiptiyah, puisi yang luar biasa :

Semula
aku adalah benih

yang kau semai dengan doa-doa lirih

lalu hujan jatuh berderak

mengajak cangkulmu menyalami sawah sepetak

tak kutemu musim melangkah mundur

namun tidak denganmu kala tandur

hingga kau pun rela bergelung dalam saung-sinung menjagaku

dari sergapan hama wereng hingga belitan benalu

agar tubuhku mumpuni tumbuh merunduk meninggi

merunduk meninggi menaungi isi

mangajar ilmu hidup yang hakiki

yang sabar kau hirup lewat harum jerami

lalu musim berganti

Tuhan me-rahmati

mengisi celung lesungmu

dengan biji-bijiku yang serupa bentuk

benih-benih yang kau semai

dengan serbuk-serbuk doa  yang tawadu'

Jakarta, 05 Januari 2010 (29 Muharram 1432 H)
Sent from my BlackBerry® via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat.

Sabtu, 01 Januari 2011

... Saya adalah perwujudan keinginan saya, seperti kami adalah cerminan keinginan kami

Pernahkah kamu terasing di mana kamu berada dalam lingkung besar orang-orang sedarah? Seperti itulah yang saya rasa sekarang :) saya memang tidak pernah perlu keberadaan mereka, pun selama ini mereka tidak menyentuhkan kuas apa-apa di kehidupan saya, hanya sedikit sekali yang memiliki keterkaitan kisah hingga 27 tahun saya hadir di dunia ini.

Ada pria gendut berkacamata bersama istrinya, mengaku uwak saya, memaksa-maksa saya menikah, apa mereka tahu macam mana hidup saya? Apa mereka pikir hidup saya baik-baik saja setelah papa meninggalkan kami dengan egoisnya menuju ketenangan yang kekal?

Saya, sungguh tidak merasa nyaman dengan diminta dan dipaksa-paksa. Apapun yang saya lakukan adalah keputusan saya, dan apapun yang kami lakukan adalah keputusan kami, saya tidak menolak seandainya itu hanya saran atau dorongan sebagaimana yang selama ini sudah sering saya dengar, sayang nya mereka mulai seperti ingin mengatur langkah saya.

Baiklah paman gendut dan bibi yang baik hati. Pertama aku ingin kalian dengarkan ini baik-baik : saya adalah pemberontak, dan akan saya yakinkan kalian bahwa kalian semua dan penjara kata-kata itu tidak akan mampu mendikte langkah dan keputusan saya!

Termasuk kenapa saya tidak mengenakan pakaian resmi hari ini, terimakasih :)
Sent from my BlackBerry® via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat.