Halaman

Selasa, 15 Februari 2011

Belum bisa tidur

Akhirnya aku membaca tentang rakyat mesir yang berdemonstrasi, merasa telah menang, namun perjuangan sebenarnya baru dimulai... apa iya Ikhwanul muslimin adalah roda penggerak yang setulus-tulusnya? apa militer akan dengan mudah melakukan transisi kekuasaan? siapa tokoh alternatif yang tidak punya konflik kepentingan untuk menguasai negara dengan piramida yang tersohor ke seantero negeri (dan posisi strategisnya dalam politik timur tengah)?? -di pikiranku melintas persamaan transformasi faust-

akhirnya, baru malam ini aku benar-benar membaca tentang cikeusik yang berdarah, tentang penyerang yang ternyata bukan warga sekitar, tentang intelijen yang membiarkan seribu massa bergerak terkomando (atau mereka yang menggerakkan?) tentang polisi (pasukan pengendalian massa) yang tanpa peralatan, tentang ahmadiyah yang datang dari jakarta, tentang pembacokan sebelum penyerangan, tentang saksi perekam video yang diduga anggota intelijen negara, tentang pita hijau dan biru serta posisinya pada anggota kelompok penyerang, tentang betapa ngototnya orang-orang yang akhirnya tewas mengenaskan di tangan massa yang beringas (massa kera apa manusia ini?) -di pikiranku terlintas kode program setengah jadi yang belum bisa kuselesaikan sebelum menulis di sini-

habibie menulis dalam bukunya "Kalaupun dia seorang guru besar - profesor doktor dan meraih hadiah nobel, tapi dia tidak peduli pada sekitarnya, hanya peduli pada laboratorium dan penelitiannya saja dia adalah seorang ahli atau pakar saja. bukan seorang cendikiawan..."

dunia ini butuh banyak cendikiawan, bukan orang-orang yang sekedar pakar saja... iya saya sepakat, tapi pak habibie... tarohlah saya peduli.... orang seperti saya bisa apa...??? selain menulis di blog ini bahwa hatinya resah... resah karena kejadian-kejadian di sekitarnya.... resah karena diri nya tidak mampu berbuat apa-apa

12.34.... saya harus tidur, besok kembali lagi, bekerja memperbaiki sistem estimasi kerugian untuk industri asuransi Indonesia, setidaknya baru itu yang bisa saya kerjakan, sedikit.... saya niatkan untuk negri.... teriring doa untuk mesir dan tunisia.... beserta Indonesia tentu... selamat malam....

Selasa, 01 Februari 2011

Perempuan itu...

Sepiring nasi dengan lauk yang menggoda tersaji, sendok dan garpu di tangan. Selamat makan...

Dia datang, usianya sama dengan adik perempuanku yang paling bungsu, sekilas aku lihat tubuh nya ringkih, hanya tersisa kulit membungkus tulang-belulang, sungguh berbeda dengan adik kesayangan ku yang gempal itu. Nasi dengan lauk nya lebih menarik, aku makan, ayam bakar terasa nikmat.

Senjatanya kotak semir, menawari kami jasa untuk membersihkan sepatu, menggosoknya agar kembali bersih- mengkilat. Kami tak bergeming, hanya menghadapkan telapak tangan tanda penolakan. Makanan ini masih terasa nikmat.

Dia duduk di pojok dekat pintu, terkantuk-kantuk, mukanya lapar. Kami usai makan, membayar, lalu melewatinya pulang kembali ke kantor mengerjakan pekerjaan yang entah dengan perut kenyang dan hati senang. Makanan tadi masih terasa nikmatnya.

Hati ini dari apa?? Resistensi itu akhirnya hadir... Membuat mata yang melihat menjadi tak berguna... Memenuhi rongga-rongga hati dengan baja-baja keras yang anti peluru.

Kami ini apa?? Makhluk sosial yang bagaimana?? Mengapa hati tidak mau berempati??

Lalu aku sadar... Sudah lama... Sampai aku lupa... Kapan terakhir kali nurani datang, mengetuk pintu, lalu berbagi secangkir kopi hangat dan selautan cerita.

Terkutuklah!
Sent from my BlackBerry® via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat.

Nyanyian camar

Serupa camar, aku terbang... Masih enggan pulang membuat sarang. Berahi kelana, arah angin yang belum paripurna... Aku.. Di 26 tahun, labil, darah masih membara seakan tidak mau padam, langkah masih berpindah-pindah seolah tidak akan bisa dihentikan waktu yang sedemikian itu punya kuasa.

Lalu kutemukan sepotong sajak dr lailatul kiptiyah, puisi yang menelajangi aku, kamu, dan ke egoisan kita...
_______________________________________
NYANYIAN CAMAR

Petang bagiku adalah sarang

dimana angananganku riang menerawang

membawa lelah dan risauku pulang

di hening dada karang

 

kubawa serentetan lagu sendu

lewat paruh dan sayapku

setelah kuterdekap gemerlap pagi

tempat kubaringkan penggalan mimpi

 

kelak tak perlu kutakut pada sepi

di taman surga Illahi

 

Februari 2011 (1432 H)


Sent from my BlackBerry® via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat.