Halaman

Jumat, 31 Oktober 2014

Kandang

Di sini saya sekarang, di dalam kandang cacing kami yang kondisinya menyedihkan :D ratusan kotak masih kosong, tidak berkembang sebaik yang kami mau. Tumpukan media yang belum terpakai di sudut ruangan dan pegawai yang bekerja setengah hati, ah iya, saya juga tidak menyalahkan dia melihat atap kandang kami yang terbuka begitu.

Beberapa kalian berpikir saya mungkin sedang kalah dan cukup bodoh untuk bertahan di posisi merugi sekarang ini :D tapi percayalah, kami menikmati manisnya ehehehe mungkin kamu lihat bisnis kami yang ini tidak berkembang, oh iya saya tidak bisa tidak sepakat, cash flow negatif adalah fakta aktual tidak terbantahkan ehehehehe

Namun sebagai manusia... Saya jauh lebih berkembang sebelum saya tiba dan sering bermain di sini. Saya merasa bahwa kami mungkin akan meninggalkan kandang ini dan menjadi sedikit emosional, saya memiliki keterikatan yang besar pada kandang yang kami bangun ini, tidak hanya keterikatan finansial saja lebih dari itu saya terikat secara emosional pada kandang ini.

Tapi waktu terus berdetik, dan saya merasa perpisahan saya dengan kandang ini sudah semakin dekat, kami harus bergerak mengejar mimpi dan segala bualan kami ehehehe.

Mungkin begini yang dirasakan JK rowling saat memutuskan untuk mendewasakan potter dan menyudahi kisa itu :D oh iya, saya tidak sehebat rowling saya hanya sedang mencari-cari perbandingan untuk perasaan ini, di mana kau enggan... Tapi harus berpisah... Jangankan kandang atau sebuah cerita, pada akhirnya kelak kita akan berpisah dengan kehidupan itu sendiri :)

Rumah

Salah satu hal yang lebih membahagiakan saya selain Malala dianugerahi nobel dan Frans Sahusilawane mendaki dunia asuransi Indonesia tahun ini adalah selesainya apartemen kecil kami. Oh iya hal ini mungkin kelihatan lebih kecil dan tidak ada artinya dibanding dua hal yang saya juga sungguh-sungguh bahagia menyebutkannya sebelum itu, tapi bagi saya hal ini membuat saya sangat bahagia.

Jika kalian menyebut rumah sebagai bangunan dengan halaman yang kalian punya sertifikat atasnya, maka saya tidak begitu, bagi saya rumah adalah peluk erat istri saya dan Bumi kecil kami. Tetap saya perlu tempat mengejawantahkannya di dunia nyata dan saya pilih apartemen itu karena selain harganya yang pas untuk kantong saya juga saya orang yang mungkin terobsesi untuk menjadi berbeda. Oh, kau akan berkata itu penyakit, dan saya tidak akan mungkin untuk tidak setuju, tapi begitulah keadaannya, setidaknya ketika saya memutuskan membeli sebuah unit dihunian bertingkat karena alasan kedua yang lebih sederhana; pilihan itu tidak populer ehehehe.

Saat banyak orang berpikir jumlah anak ideal adalah sepasang manusia, lalu dijejali dengan tambahan beban jenis kelaminnya sebaiknya satu laki-laki dan satu perempuan, saya malah berpikir ingin memiliki satu anak saja. Masalah ini belum saya menangkan, istri saya akan sangat bahagia kalau kami bisa punya seorang putri juga menemani Bumi, dan saya akan menjadi sangat rentan dan kemungkinan besar akan kalah kalau sudah bertaruh dengan kebahagian dari istri saya. Tapi ketika dia setuju membeli apartemen sesungguhnya saya bersorak dalam hati ahahaha. Dengan jumlah uang yang sebenarnya cukup untuk membeli rumah dengan pekarangan kecil kalau dia mau menetap agak lebih ke pinggiran kota ahahaha.

Banyak yang bertanya, mengapa saya memutuskan apartemen sebagai properti pertama kami yang hanya punya sertifikat hak pakai, tidak punya pekarangan, tidak ada tanahnya kata ibu saya. Maka postingan ini mungkin upaya saya mencatat alasan itu ahahaha.

Latar belakang saya dari kota kecil, tapi sekarang saya sangat menikmati aroma perkotaan. Tinggal di apartemen dengan akses mudah kemana-mana lebih saya sukai dari pada tinggal jauh dari keramaian. Di negara2 maju tentu budaya rumah susun atau apartemen ini sudah sangat lazim, di Indonesia 60% penduduknya atau bahkan lebih masih tidak habis pikir kenapa orang mau tinggal di apartemen. Nah, saya senang saja berada di sisi yang lebih visioner ahahahaha.

Ketika dulu mempelajari UU agraria saya menyadari bahwa lahan adalah masalah yang serius. Dia adalah sumber daya yang tidak bertambah luas, sementara demand terus bertambah. Teknologi bangunan bertingkat yang kemudian dijadikan hunian adalah solusi sebagai bagian dari evolusi budaya, oh iya... Lagi-lagi omongan besar entah itu kosong atau benar sangat saya sukai, kau pasti tau itu kalau kau mengenal saya hahahaha.

Oke oke.... Kalian bosan dengan omong kosong saya ahahaha let me cut the crap.

Singkatnya beberapa bulan yang lalu kami melakukan serah terima kunci. Istri saya mendapat mandat penuh dari saya dan Bumi kecil untuk memimpin proyek ini. Dia yang mengkhayalkan bentuknya, saya menerima sambil sesekali pura-pura protes, dan Bumi menemani kami di setiap prosesnya. Kontraktor yang dipilih istri saya kebetulan milik teman smu-nya. Ketika semua siap, giliran saya menguras kantong sedalam-dalamnya, saat kurang dalam saya bahkan terpaksa merogoh kantong adik perempuan saya yang baik di cibinong sana ahahaha. Hampir sebulan yang lalu akhirnya semua selesai, dan saya harus mengakui istri saya dan tentu para kontraktor itu mengerjakannya dengan sangat baik. saya senang dengan hasilnya, istri saya demi kuda arab yang tulang punggungnya kurang satu juga semoga bahagia dan Bumi semoga cepat menerima bahwa ke sana dia akan saya bawa pindah ahahahaha

Lalu inilah beberapa gambar istana kecil kami :
Saat pengukuran sebelum proyek interior

Manglayang dan Bandung dari jendela kami

Kondisi sekarang setelah diberi lantai baru, kitchen set dan lighting

Kamar Bumi, atau kamar saya??? Yang jelas rak itu dipersiapkan untuk proyek perpustakaan saya dan meja di bawah jendela itu juga pusat pertapaan saya ehehehehe :p

Tadinya kami mau meminta bantuan mang anan untuk membersihkan apartemen ini pertama kali setelah semua furniture selesai dikerjakan, tapi akhirnya saya merasa ingin melakukan-nya sendiri. Papa dulu membangun rumah kami dengan tangannya sendiri, saya tidak bisa sehebat itu, setidaknya saya mau membersihkannya pertama kali agar bisa dimasuki anak dan istri saya.

Jadilah hari ini saya melakukan bersih-bersih. Dari menyapu, mengepel, membersihkan kaca, hingga menyikat kamar mandi. Dan ya, saya rasa pada akhirnya hari ini saya membangun ikatan emosional dengan unit ini. Saya menyadari betapa saya menyukai manglayang dan hamparan bandung selatan dari jendelanya. Betapa saya merasa bahagia melihat miu dan Bumi melakukan piknik di lantainya dengan menggelar kain dan makan jeruk ahahaha

Lalu saya ingat om saya pernah berkata bahwa beliau tidak habis pikir bagaimana seseorang membesarkan anak-nya dengan baik dalam sebuah apartemen yang sempit. Oh, seperti ketika dulu saya menikah di waktu yang kami mau... Kali ini saya juga ingin mengatakan "just watch me close sir!" Ehehehehe dan saya juga masih mempercayai, semakin kecil ukurannya maka semakin dekat hubungan setiap anggota keluarga, kau boleh tidak percaya tentu :p ahahahaha

Oh yes, Similar with trading world, where 95% people act as losser I'm always believe that I'm in 5% or even 1% side :p

Dan iya lagi, Saya juga tetap percaya bahwa ingin selalu berbeda kadang jadi penyakit. Tapi kali ini sepertinya tidak, saya menikmati hasil pilihan ini ehehehe :D

PS: jangan tanya apakah citylightnya bagus saat malam hari tiba, saya juga belum lihat :'( ahahahahaha



Selasa, 14 Oktober 2014

He still stands

He still stands,
Alone, with no friends
Sole spirits wanders around
Waiting a kiss from the beloved one

There He is, Tremble the air with his voice.