Halaman

Sabtu, 21 Desember 2013

30

I am 30 years old :)

Rasanya ada banyak yang berkurang, dan banyak pula yang bertambah. Dua tahun berkeluarga, dikarunia seorang bocah dari surga.

Menua mungkin iya, matang dan dewasa rasanya masih jauh apalagi menuju bijaksana.

Di malam yang ini aku merasa semakin rapuh, di bawah hujan yang ini, aku mengingat rezim-rezim berkuasa dan jatuh, bocah-bocah dilahirkan dan para bijak dimatikan.

Di tahun yang ini, aku sudah melepas hampir segala ideologi, aku mengikatkan diri hanya pada keilmuan dan anak-istriku saja, oportunis? Ah, aku sudah tidak begitu peduli itu.

Apa hampa di rongga dadaku sudah hilang? Tidak sepenuh nya, tapi aku telah memilih untuk tidak terlalu ambil pusing, biarlah para pujangga dan penyair-penyair cengeng yang mengurusi hal itu.

Dan tentangku, adalah tentang menikmati hari yang ini! Tentang hujan yang sederhana, tentang apa saja, tentang bersukacita dan berbuat sejauh kaki kuat melangkah. Retorika akan kuserahkan pada mereka yang suka, panggung-panggung pertemuan wacana tidak menyenangkan lagi. Aku berhenti belajar dari mereka-mereka yang tua dan bangga akan masa lalu nya. Aku akan melangkah dengan jalanku sendiri tidak peduli jatuh atau berjaya kami bersenang-senang menikmatinya.

Apakah benar kau berbahagia dalam realita? Ah, bukankah realitapun sesungguhnya hanya bayangan saja, jika kau selami, dia menjadi sumur tanpa dasar, dan kau pasti tersesat di sana.

Ada banyak hal di depan sana, meski aku tidak tau di perhentian mana maut menjemput, tapi jika dia datang... Sekarang aku tahu bagaimana harus menyambut dan memeluknya :)
-------------

I took a long time to think yesterday, I'm growing old yes, My youth is starting to fade. Fire still burns and nothing left inside my chest but emptyness, god may let me here to fool me, to show how less I thank for the blessed beautyfull journeys. I'm here, with my sleeping bride and a heaven boy, both of them calm the strom inside my eyes, bring a little crack of light. Suddenly I wanna fly to the gate of heaven, lay down into the mercy, cry out loud into the cloud. Damn you stupidity! Still you do not allow me to be free.


Senin, 16 Desember 2013

Think Big Act Small by Jason Jennings


Akhirnya saya menandaskan halaman-halaman pembuka dengan nomor-nomor kecil romawi hingga halaman 364 versi terhemahan ke dalam bahasa indonesia revisi ke-dua karya jennings ini.

Sederhana nya buku ini dibangun dengan hipotesis bahwa perusahaan dengan peningkatan keuntungan mencapai 10% atau lebih secara konsisten dalam 10 tahun pasti menyimpan kiat sukses yang layak digali.

Namun yang hebat, buku ini menyajikan rentetan fakta kuantitatif dan kualitatif yang tidak membosankan, karena setiap objek menjadi bernyawa dengan meng-ekspos personal dari pemimpin yang kemudian disandarkan berurut-urutan dengan fakta atau angka dari perusahaan yang dibahas.

Jenning menyajikan lagi apa yang ditulisnya 5 tahun ke belakang, dan menyajikan fakta yang mengagumkan tentang pertumbuhan yang terus konsisten 
Dalam rentang tersebut sama konsistennya dengan 10 tahun saat dia menulis edisi pertama. Seolah-olah sebagai ke-absahan dari hipotesisnya tentang berpikir besar dan bertindak kecil.

Jika kau mencari trik peluang bisnis atau ingin kisah-kisah heroik seperti keluarnya jobs dari apple atau betapa revolusionernya gates, hingga keberuntungan mark zuckerberg, mungkin ini bukan buku yg tepat. Buku ini lebih kepada kegigihan dan kemampuan untuk beradaptasi dalam pasar.

Sayangnya, hampir sampai di akhir, Jennings menurut saya Merusak keindahan format bagian sebelumnya yang "mengungkapkan" berubah menjadi seolah "menggurui". Mungkin dia lupa sedang menjadi penulis bukan Motivator di depan kelasnya :)

Riset yang panjang, fakta yang berjibun, tim yang kuat (lebih dari 100 orang katanya), ribuan transkrip wawancara, jelas sudah ini bukan karya main-main. Untuk kategori manajemen, saya ragu dalam waktu dekat akan ada penulis dengan stamina (dan sumber daya) sekuat Jennings, kecuali Mrs. Bauer juga akan menulis tentang bisnis? Ehehehe

Kamis, 12 Desember 2013

Cerita dari kampus UPI

Jadilah siang itu saya menepi di kampus itu, universitas pendidikan indonesia. Kampus yang punya banyak cerita di sisi saya, hampir sama saja banyak nya dengan yang ada di jalan ganesa.

Saya ke sini menemui seorang kawan. Kawan dari kawan saya, yah begitulah jejaring pertemanan dibangun bukan? Dari kawan seorang kawan menjadi kawan mu, lalu kau mengenal lagi kawan-kawan nya dan begitu seterusnya, jika kau menikmati hidup kau akan paham maksud ku :D

Aku ke sana untuk mengantarkan sebuah buku sejarah terkait pekerjaan yang sedang kami lakukan. Dari kawan baik ku yang mengenalnya lebih dulu, aku tahu kawan yang ini cukup eksentrik tapi secara langsung, ini pertama kali aku menyaksikannya.

Kami bertemu, basa-basi seperti biasa, mencari tempat sekedar untuk minum kopi dan menyesap tembakau. Lalu aku serahkan kitab yang kubawa kepadanya. Ditaruh nya begitu saja seolah tidak peduli, kami melanjutkan obrolan yang lain.

Sampai kemudian datang lagi seorang kawan nya. Orang yang baru juga kudengar dari kawan baik ku yang itu, seorang pedagang asongan, yang konon tidak kalah tidak kalah nyentrik nya.

Kedua orang "aneh" ini mulai bercakap-cakap dan aku tentu saja menjadi seperti makhluk asing di antara mereka berdua :D

Teman yang baru datang sangat tertarik dengan buku yang saya bawa, berkali-kali dia ingin membacanya. Tapi si kawan yang saya pinjami tidak memberikannya, tangannya kotor habis bergelut dengan debu dan matahari itu alasannya. Si kawan pedagang asongan yang konon pandai bebahasa jepang ini, dengan muka sedikit kesal lalu pergi. Saya bingung, kenapa dia pergi meninggalkan dagangan nya tergeletak begitu saja. Tapi kebingungan saya tidak lama, sebelum saya sempat bertanya kepada kawan yang satu lagi, dia sudah kembali, sambil mengelap tangannya yang basah. Habis dicuci! Hanya demi agar dipinjami buku itu sodara-sodara! Bayangkan! Bisa kah kau bayangkan??? Saya tak habis-habisnya menahan tawa setiap mengingat nya :D

Melihat itu, kawan yang saya pinjami pun dengan wajah datar akhirnya mengikhlaskan buku pinjaman dari saya tersebut ke tangan si kawan yang baru cuci tangan tersebut. Sambil menjelaskan agar kiranya bisa pelan-pelan membalik halaman demi halaman, takut lemnya lepas katanya hahahaha. Si kawan dengan tangan yang wangi habis dicuci itu pun menanggapinya dengan serius, dia membuka lembar demi lembar dengan khidmat, seperti itu adalah lempeng wahyu yang diturunkan pada Musa :D

Akhirnya saya menarik kesimpulan, mereka berdua sama-sama gila :D sama-sama tidak berada di tanah yang saya pijak ahahahahaa :D

Dalam hati saya mengagumi betapa mereka menghargai sebuah buku yang kadang saya coret, saya lipat, ataubsaya lemparkan begitu saja.

Beberapa minggu kemudian saya ceritakan kisah ini kepada kawan baik saya yang sudah lebih lama bergaul dengan mereka berdua, dan dia biasa saja, ah, itu kejadian standar kalau kau kenal mereka katanya. Saya tersenyum, betapa hidup selalu menyenangkan untuk dilalui, jika kau hidup di dalamnya dengan sepenuh hati.

Terimakasih tuhan, membiarkan saya menikmati kejadian yang ini :D