Halaman

Kamis, 12 Desember 2013

Cerita dari kampus UPI

Jadilah siang itu saya menepi di kampus itu, universitas pendidikan indonesia. Kampus yang punya banyak cerita di sisi saya, hampir sama saja banyak nya dengan yang ada di jalan ganesa.

Saya ke sini menemui seorang kawan. Kawan dari kawan saya, yah begitulah jejaring pertemanan dibangun bukan? Dari kawan seorang kawan menjadi kawan mu, lalu kau mengenal lagi kawan-kawan nya dan begitu seterusnya, jika kau menikmati hidup kau akan paham maksud ku :D

Aku ke sana untuk mengantarkan sebuah buku sejarah terkait pekerjaan yang sedang kami lakukan. Dari kawan baik ku yang mengenalnya lebih dulu, aku tahu kawan yang ini cukup eksentrik tapi secara langsung, ini pertama kali aku menyaksikannya.

Kami bertemu, basa-basi seperti biasa, mencari tempat sekedar untuk minum kopi dan menyesap tembakau. Lalu aku serahkan kitab yang kubawa kepadanya. Ditaruh nya begitu saja seolah tidak peduli, kami melanjutkan obrolan yang lain.

Sampai kemudian datang lagi seorang kawan nya. Orang yang baru juga kudengar dari kawan baik ku yang itu, seorang pedagang asongan, yang konon tidak kalah tidak kalah nyentrik nya.

Kedua orang "aneh" ini mulai bercakap-cakap dan aku tentu saja menjadi seperti makhluk asing di antara mereka berdua :D

Teman yang baru datang sangat tertarik dengan buku yang saya bawa, berkali-kali dia ingin membacanya. Tapi si kawan yang saya pinjami tidak memberikannya, tangannya kotor habis bergelut dengan debu dan matahari itu alasannya. Si kawan pedagang asongan yang konon pandai bebahasa jepang ini, dengan muka sedikit kesal lalu pergi. Saya bingung, kenapa dia pergi meninggalkan dagangan nya tergeletak begitu saja. Tapi kebingungan saya tidak lama, sebelum saya sempat bertanya kepada kawan yang satu lagi, dia sudah kembali, sambil mengelap tangannya yang basah. Habis dicuci! Hanya demi agar dipinjami buku itu sodara-sodara! Bayangkan! Bisa kah kau bayangkan??? Saya tak habis-habisnya menahan tawa setiap mengingat nya :D

Melihat itu, kawan yang saya pinjami pun dengan wajah datar akhirnya mengikhlaskan buku pinjaman dari saya tersebut ke tangan si kawan yang baru cuci tangan tersebut. Sambil menjelaskan agar kiranya bisa pelan-pelan membalik halaman demi halaman, takut lemnya lepas katanya hahahaha. Si kawan dengan tangan yang wangi habis dicuci itu pun menanggapinya dengan serius, dia membuka lembar demi lembar dengan khidmat, seperti itu adalah lempeng wahyu yang diturunkan pada Musa :D

Akhirnya saya menarik kesimpulan, mereka berdua sama-sama gila :D sama-sama tidak berada di tanah yang saya pijak ahahahahaa :D

Dalam hati saya mengagumi betapa mereka menghargai sebuah buku yang kadang saya coret, saya lipat, ataubsaya lemparkan begitu saja.

Beberapa minggu kemudian saya ceritakan kisah ini kepada kawan baik saya yang sudah lebih lama bergaul dengan mereka berdua, dan dia biasa saja, ah, itu kejadian standar kalau kau kenal mereka katanya. Saya tersenyum, betapa hidup selalu menyenangkan untuk dilalui, jika kau hidup di dalamnya dengan sepenuh hati.

Terimakasih tuhan, membiarkan saya menikmati kejadian yang ini :D

Tidak ada komentar: