Halaman

Minggu, 24 April 2016

Beatrice and Virgil by Yann Martel

Aku membaca buku ini dengan kecepatan yang sama dengan alur ceritanya, lambat dan membosankan hingga menjelang bab-bab akhir dan cepat serta menegangkan di ujung cerita. Kata-kata berjalan lamban, tinta Yann Martel buram dan berbelok-belok, hingga 7/8 bagian aku sudah menetapkan bahwa ini buku yang buruk, karya gagal seorang penulis besar yang pernah melahirkan life of pie yang agung dari penanya. Aku sudah membayangkan hinaan apa yang akan aku tulis dalam resensi mengenai buku ini dalam post ini. Tapi tidak, aku salah, Yann Martel menang, saat Nowolipki 68 disebutkan, cerita itu berubah. Semua remeh temeh, kemeja, buah pir, daftar-daftar, segalanya seperti menyeruak dan kembali keluar di akhir cerita, seperti kenangan yang berloncatan, meneriakkan betapa penting dan tidak remehnya mereka! Saya dilucuti sampai ke dasar, saya dihajar habis-habisan oleh kejeniusan Yann Martel. KEPARAT!!! Teriak saya di warung Indomie ketika menyelesaikan buku ini. Kau pikir ini kisah mengharukan tentang kera dan seekor keledai di atas sebuah negara kemeja seperti tertulis di halaman depan sampulnya? Oh tidak kawan, meski berjalan lamban dan membosankan, lakukanlah saran saya ini ; Selesaikan! Maka semua pengorbananmu di awal hingga menjelang akhir buku ini akan terbayar LUNAS! Bagaimana kalau saya hanya baca bab terakhir saja? Tidak! Kau tidak akan merasakan gejolak seperti yang saya rasakan jika kau tidak melewati garis-garis kisah ini dari sampai akhir. Terkutuklah kau tuan Martel! Tuliskan kami kisah lain! :)