Halaman

Selasa, 31 Agustus 2010

Jalan... Ternyata bukan di jalanku

Jika kau menimbang untung rugi, baik buruk bagimu. Aku tahu, seperti itulah semua orang.seperti aku tidak menyalahkan mereka, tidak pula akan pernah mempersalahkan kamu.

Dan butuh cinta yang lebih hebat untuk meredakan badai di dadaku, bagaimanapun, mungkin kau mengangkasa tidak tenggelam bersamaku.

Aku memilih jalanku... Tentukanlah jalan mu. Tuhan ada di mana-mana, di jalan bersamaku atau di jalan mu sendiri. Amin.
Sent from my BlackBerry® via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat.

Jumat, 27 Agustus 2010

PUISI - PUISI CHAIRIL ANWAR

"Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !"

-chairil anwar in Prajurit jaga malam

---------------------------------------------------------------

pernah ada masa aku mengulang puisi ini berkali-kali di benak ku. biarlah aku tulis, agar terkekalkan sedikit lebih lama.

Sabtu, 21 Agustus 2010

akhir

Dan setiap perjalanan memiliki akhir.
Kadang seperti yang kita inginkan, kadang tidak berjalanan mulus hingga ke pelabuhan teduh yang mereka tuju.

Adalah hidup mengajari kita tentang segala. Tentang tuhan yang ada dalam setiap hela napas, tentang cinta yang ada dalam setiap badai.

Melangkahlah... Aku di sini saja, aku sudah berjanji tidak akan pergi.
Sent from my BlackBerry® via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat.

Kamis, 12 Agustus 2010

Bangkitlah lagi rajawali

Sore itu seorang sahabat melaporkan perbincangan telponnya. "Bro, dia bilang oke, mau mengisi acara, asalkan dia boleh menyuarakan tentang hutang negara yang bikin susah". Saya sepakat, baik dengan permintaan maupun dengan pendapatnya masalah hutang itu, tidak sepenuhnya tentu (buat saya hutang negara jelaslah perlu, dengan aturan main dan piutang negara juga pastinya :) ). Tapi begitulah... Dengan sederhana, tanpa banyak permintaan seperti pengisi acara lain yang pernah saya hadirkan, inilah dia dengan keyakinan yang ditempuhnya, terlepas benar atau salah.

________________________________________
Lagu-lagu barunya kian tak sepopuler yang lain, tp dia masih berdiri. Penjara dan jalanan masih dia lewati. TKI yang tak mau dibela sampai hutang negara yang dikritisinya masih saja menderita dan bertambah. Aku, masih ingin laki-laki itu berkarya. Aku, masih ingin mendengar lagu yang dibawakan dengan suara dan gitarnya dan diperjuangkan lewat hidup dan kerja nyatanya.

Kepada dia yang pernah tetap bernyanyi walau hujan mengguyur ganesha, yang tetap mengkritisi walau dibungkam dengan nyata sekali, cepat sembuh rajawali, cepatlah kembali.
Sent from my BlackBerry® via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat.

Rabu, 11 Agustus 2010

Polisi sekarang

"Sudah ada dong (ketemu bukti alirannya). Pasti ada," kata Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel, Rabu (11/8/2010).

Menurut Ito, semua bukti aliran rekening saat ini telah dikantongi penyidik. Sayangnya, Ito tidak menjelaskan berapa jumlah dana yang digelontorkan Ba'asyir.

-sumber-

Semoga beneran kalo sudah bilang gini.

inget rekaman pembicaraan Ade-Ari yang jadi bukti kuat jaksa&Polisi saat persidangan pemimpin KPK dan akhir-akhir ini ternyata rekaman tersebut diakui tidak ada hahahahahaha....

ck ck ckk..... apa dalam pendidikan polisi ada pelatihan berbohong ya?
setahu saya tidak ada!

kenapa level pimpinan nya bisa berbohong? kepada Tuhan, Kepada Publik?

Bener-bener :p

Rabu, 04 Agustus 2010

Pong

:)

Coretlah terus....

Jiwa kami, doa kami, sesungguhnya bersama orang2 sepertimu
Sent from my BlackBerry® via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat.

Minggu, 01 Agustus 2010

dan ingatan.tentang.masa.lalu.ada.di.setiap.sudutnya

Kaki nya sampai di pelataran sebuah kos2an di solo. Kota baru yang didatangi nya untuk menuntut ilmu. Dia, seorang pemuda dari sebuah kampung kecil bernama delima.

Banyak sudah liku hidup saat dia menghabiskan waktu mengejar selembar ijazah, demi bukti telah di khatamnya semua kitab yang diwajibkan gurunya, telah di selesaikannya semua ujian yang harus ditempuhnya. Dia lulus, bermodalkan nekad dan nyali sebesar gunung dan uang 5 rupiah sebagai ongkos kereta api, pemuda itu melaju ke ibukota negri, ke jalan gajahmada, jakarta, bertekad bertemu mentri untuk meminta kerja.

"Ini cerita datuk" berkata pemuda yang sekarang sudah renta dimakan usia itu di hadapanku. Bagaimana dia lolos dari pasukan keamanan kementrian perdagangan, bagaimana dia akhirnya sampai di depan pintu kamar kerja menteri, bagaimana hatinya dag dig dug ketika mengetuk pintu itu dengan hanya bermodalkan selembar tanda lulus dan bagaimana galaunya hati saat dari dalam ruangan terdengar perintah : "MASUK!".

Di hadapan menteri perindustrian dan perdagangan kala itu dia menghadap, dengan tekad yg tiada takut apapun jua kecuali tuhan yang maha esa, dengan basmalah, inilah dia dihadapan tuan menteri. Celana setengah tiang, muka yang menantang dunia.

Tuan menteri bingung, sang pemuda entah darimana tanpa janji tiba diruang kerjanya. Sang pemuda dengan hati bak genderang perang, menguat-nguatkan hati meletakkan surat perintah belajar dan tanda lulus di atas meja menteri.

"Inilah surat perintah saya untuk belajar di solo. Dan inilah tanda lulus saya, sudah saya tunaikan perintah tuan menteri di bengkulu sekian tahun silam, disinilah saya, menghadap. Beri saya pekerjaan tuan, tujukkan kemana saya harus membaktikan diri."

Bapak menteri tercenung. Dibacanya pelan2 itu surat perintah dengan tanda tangannya. Beliau diam, diambilnya sebuah nota, dimasukkannya ke dalam amplop.

"Anak muda, pergilah ke biro kepegawaian, bawahlah surat saya."

Selesai berkata tuan menteri segera kembali menekuni pekerjaannya, dia adalah menteri yang mengabdikan hidupnya untuk negara, dia bahkan tidak punya waktu untuk memarahi seorang pemuda yang dengan lancang berdiri di depan meja kerjanya, meja di mana dia menulis berupa-rupa surat dan makalah, konsep serta cetak biru perindustrian dan perdagangan untuk indonesia.

Pemuda itu diangkat, pada jabatan dan golongan sesuai pendidikannya, dikembalikan ke daerah asalnya, sesuai permohonan dan harapan bapak mentri, agar menjadi kader muda yang membangun daerahnya.

Inilah dia sekarang, yang renta dan duduk menerawang masa mudanya di hadapanku. Yang 60 tahun mendedikasikan hidupnya demi tugas yang telah diberikan bapak mentri.

"Ingatlah, jangan sekali-kali membeli jabatan, tapi jika dipercayakan sebuah jabatan peliharalah baik-baik, itulah amanah dari Allah, jagalah seperti kamu menjaga sholatmu"

dia berkata lirih, aku tertunduk... Aku tidak tahu harus bicara apa. Teologi yang pernah kukenal menjadi mahluk paling terkutuk saat ini, terlaknatlah aku.

Pemuda itu, yang dulu gagah menantang dunia, sekarang renta... Wajah nya teduh, pendengarannya telah terganggu, tatapannya masih tajam menghujamku.

"Ayahmu, adalah orang yang dulu paling bersemangat untuk sekolah" dia melanjutkan ceritanya, aku tertegun, hatiku terusik, ingatan tentang laki2 itu tiba2 seperti berlomba ingin keluar dan disebut. Ingatan yang hidup dalam diam di tiap sudut rumah yang dibangunnya selama enam tahun, yang setiap pojoknya pernah diperiksa dan disentuhnya dengan kasih sayang seolah berkata: berdirilah yang kokoh, tempat nanti istriku bernaung, tempat anak2ku kembali tetirah setelah letih berkelana.

Pemuda yang kemudian pegawai pemerintah setelah menghadap seorang menteri yang baik hati, yang lalu menjadi kepala kanwil deperindag rejang lebong, paman dari ayahku. Menyekolahkan ayahku ke PGA, sekolah pendidikan guru agama. Agar keponakannya menjadi orang yang taat, penyejuk hati keluarga, penerang bagi umat, penyambung semangatnya untuk terus belajar.

Hari berganti, tahun-tahun lewat, keponakannya lulus PGA. Dia bertanya, "kau masih mau sekolah?" Laki2 muda yang ditanya menganggukkan kepala. Maka dimasukkannya keponakannya itu ke sekolah teknik pertama dan hingga detik ini masih satu2 nya di kota kami.

Itu hari pertama katanya, kepala sekolah teknik yang tak lain temannya berkata "sudah sering kumasukkan orang dari smp, dari sekolah rakyat, tapi belum ada yang dari PGA yang cuma tau mengaji dan kitab hadist ke sekolah teknik ini". Dia tersenyum, aku membayangkan senyum yang sama seperti senyum yang kulihat sekarang tersungging di bibirnya.

Waktu kembali berlompatan, hingga tiba masanya kelulusan sekolah teknik angkatan ke sekian itu. Pemuda yang kelak kupanggil papa lulus, dia kembali ke sekolah teknik sebagai wali, dan kembali berjumpa temannya, dengan santai dia tertawa dan berkata : "bagaimana ayam titipan saya yang dari PGA??" Sang kepala sekolah tertawa sambil mengacungkan 2 jempolnya untuk prestasi anak wali temannya. Mereka tertawa dan berangkulan, sekarangpun dia yang sudah renta, yang tangannya telah gemetar bila mengangkat secangkir teh hangat kembali tertawa mengenang anak walinya, laki2 yang sama-sama kami cintai.

Laki2 ini, yang dulu sedemikian keras dan lelah mendorong ayahku untuk bersekolah, untuk mencintai ilmunya, untuk mengamalkan ilmunya, untuk membiayai segala keperluannya. Dan sekarang dengan tulang yang telah rapuh masih dengan keras membakar semangat yang menyala segan di dadaku.

Belum pernah aku begitu menghargai laki-laki ini seperti hari ini, belum pernah aku ingin memeluk dan mencium surbannya seperti hari ini.

Terimakasih, terimakasih, terimakasih dulu telah mendidik ayahku, sehingga aku pun dididik dengan cara yang sama luar biasanya.

Terimakasih, terimakasih, untuk semangat yang sekali lagi menyala lewat tatapan dan riwayat yang kau ceritakan.

"Aku ceritakan kisahku, aku ceritakan kisah ayahmu yang mungkin belum sempat diceritakannya kepadamu. Dan kelak, adalah kewajibanmu untuk meneruskan semangat kami, cerita kami, beserta sekalian jua semangat dan kisahmu sendiri."

Lelaki itu pulang membelakangi senja, cahaya kuning keemasan membanjiri punggungnya yang telah bungkuk melintasi gang rumah kami yang sempit.

Aku kembali ke dalam rumah setelah tubuhnya menghilang di tikungan. Dan tiba-tiba semua kembali berloncatan, ada kenangan masa lalu di tiap sudutnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®