Halaman

Sabtu, 17 September 2016

Pesan

Entahlah... kali ini ada keinginan yang kuat sekali untuk menuliskan post ini setelah menjumpai dia di ruang kerjanya yang biasa, di rumahnya yang tenang itu. Tidak seperti biasanya, kali ini dia berbicara tentang mengenali diri, sesuatu yang sedang sangat keras saya lakukan akhir-akhir ini, sesuatu yang sangat jarang akan dibicarakannya kepada saya. Dia berbicara pelan, tentang sebuah buku yang menjadi jangkar yang dimintanya aku temukan, tentang being in present moment, tentang mengenali diri. Ah,... tiba-tiba perasaanku tidak enak. Anak muda, aku sampaikan ini untuk kau sampaikan ke generasi nanti, orang-orang berikutnya yang berada di garda depan, begitu katanya.

"Kamu suka sajak kan?? Jaga terus itu ya... hal yang baik sekali untuk jiwamu." begitu pintanya dengan lembut tidak keras dan tegas seperti biasanya.

Aku tertunduk, merasa dia berharap terlalu banyak pada kami yang hina ini. Saya menarik napas panjang, mencoba mengendalikan diri, menenangkan hati yang tiba-tiba gelisah luar biasa. Saya gagal, self awareness yang saya pelajari, tentang menjadikan diri pengamat tanpa justifikasi tidak berhasil saya terapkan, patung dari papua dan kepala Beethoven itu memandang jijik pada saya, tiba-tiba gelisah itu berubah menjadi takut.

Ah.. kau baik-baiklah dulu kawan, kamu masih jangkar yang menyatukan kami dan sejujurnya... saat ini belum kuat kami berpisah darimu.