Halaman

Jumat, 18 Juli 2014

Sajak terkasih

Kau adalah pelabuhan dalam setiap kelana-ku,
Di erat dekap-mu aku ingin kembali dan mati
dalam peluk yang mengantar lelap buah hati kita

Jangan bosan mengasihiku sayang
yang kerap sulit kau pahami
cukuplah kau tahu aku dan segenap ke-egoanku mencintaimu

Kau adalah muara segala keluh dan bahagia
lautan yang menampung kelam dan segala dikara
kepadamu akupun rela menghamba
menghabiskan sisa usia hingga nanti tiada

::untuk Putri Suciati, dia yang tanpa lelah mencintai kami :)

Rabu, 16 Juli 2014

Jualan

Sudah aku tulis beberapa waktu yang lalu, bahwa kami berniat untuk berdagang. Kali ini biarlah saya laporkan perkembangan dari rencana ini hehehehe. Jadi singkat kata setelah banyak terhambat di waktu dan kendala teknis kecil lainnya. Sekitar 2 minggu ini saya mendedikasikan diri untuk memulai toko online kami. Dua minggu yang sunyi, dan pembeli baru hadir di ujungnya (mereka pada kemana ya sebelumnya?) hehehehe

Jualan offline dibantu kakak ipar lumayan menghasilkan, tapi saya pribadi tidak begitu merasa senang. Yah, karena pada dasarnya bukan kami yang menghadapi pembeli secara langsung hehehe sementara niat saya berdagang lebih agar saya menghadapi pelanggan secara langsung. Entah kenapa saya percaya bahwa saya akan memerlukan hal seperti itu di fase selanjutnya dalam hidup saya yang singkat ini. tapi kali ini saya tidak akan bercerita tentang alasan dibalik itu :p mari kita bercerita kenyataan saja.

Di ujung minggu kedua kurang tidur saya untuk memasarkan dagangan kami, pembeli mulai datang. Pesanan pertama itu datang dari medan melalui sebuah marketplace tempat saya membuka lapak. Pesanan-nya tidak banyak, receh tentu bila dibandingkan dengan gaji saya setiap bulan, apalagi di bandingkan dengan bonus dan THR yang juga baru saya terima. Tapi, ah.... aku sulit menuliskannya di sini, rasanya saya agak kekurangan kosakata untuk menggambarkannya sekarang.

Oh iya, mungkin kau tahu saya bukannya baru kali ini mencoba peruntungan sebagai pengusaha. Saya pernah beberapa kali mengerjakan project yang bayarannya dari 6 sampai delapan digit angka rupiah. Pernah juga menjual beberapa hal yang bernilai hingga 9 digit. tapi menghadapi pelanggan dari Medan dengan pesanan beberapa puluh ribu rupiah ini terasa sangat menyenangkan. Uang puluhan ribu ini saya dapat dari proses mencari supplier, lalu menentukan harga jual, promosi, dan yang paling penting menjadi alasan rasa senang saya adalah membunuh ego yang merajalela. Akhirnya saya dengan berani mengiklan kan barang dagangan kami dengan akun pribadi saya di media sosial misalnya. Saya sudah menghadapi rasa malu saya berhadapan satu-satu dengan calon pelanggan menawarkan dagangan. Menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar produk yang bisa jadi obrolan panjang dan membosankan. Tidak lagi mengecilkan volume suara saat seorang teman bertanya kamu ngapain sekarang? hahaha saya akan jawab; "saya jualan baju anak pak." dengan senyum dan hati yang terbuka. Saya merasa, akhirnya saya kembali menyentuh bumi... turun dari angkasa kesombongan yang tinggi.

Hari ini dua pesanan datang dari ibukota, tempat di mana saya mengais rezeki dari kantong yang berbeda. Saya rasa sekarang saya sudah cukup yakin untuk kembali ke kantor itu tanpa ambisi yang neko-neko lagi. Brand toko kami adalah "BuuBaa", sebuah nama yang dipilih oleh istri saya tercinta. Buubaa ini telah mengajarkan saya untuk merunduk secara sepenuhnya, teori yang saya tahu dari dulu tapi baru saya pahami di rentang hidup yang ini. Dan iya... saya perlahan-lahan menjadi siap untuk menjalankan Bumi Biru Persada kembali.

Tentu ini permulaan, saya dan istri bahkan masih tidak bersepakat untuk mencantumkan atau tidak alamat kami pada tiap paket pengiriman. Ini adalah pelajaran selanjutnya untuk saya, lebih menghargai partner hidup saya :p maka saat dia sudah berangkat tidur malam ini, saya memutuskan akan mengalah tanpa dengan mengesampingkan semua rasionalitas yang acap jadi bagian dari ego raksasa yang ingin saya perkecil ini :p

Mungkin saya akhiri di sini saja dulu. dan seandainya kalian yang membaca blog ini ingin membelikan pakaian untuk buah hati, keponakan, atau siapa saja yang masih anak-anak... dengan segala kerendahan hati saya mohon izin sedikit promosi :p bolehlah berkunjung ke lapak kami di BuuBaa

Kamis, 10 Juli 2014

Selamat satu tahun Bumi



Setahun yang lalu kamu lahir dari ketiadaan. Menjadi bagian dari napas kami berdua. Lalu dengan kurang ajarnya menjadi segalanya bagi kami. Menjadi bagian dari niat setiap laku kami.

Ketika kau hadir, semua doa tercurah seperti hujan turun dari angkasa. Aku belum tahu harus memberimu harapan apa lagi, rasanya kau hadir dan tumbuh melewati semua ekspektasi kami. Kamu adalah mengejawantahnya cinta, kamu adalah krisna kecil yang merangkum jagad raya kami.

Aku tidak akan mengulangi harapan yang kami sematkan di nama-mu kali ini. Di waktu yang ini aku hanya ingin sedikit mencatat betapa aku behagia menggendong-mu keluar menikmati gelap sekedar membeli minuman di seberang lapangan. Lalu kau akan terlelap saat kita kembali melewati gang kecil di samping masjid itu. Aku berjalan sambil menatap wajahmu, dan rindu purba yang ajaib lantas menjelma diraja, rindu saat kelak kau jauh menyusuri jalanmu sendiri. Rindu yang hadir terlampau dini di bayang-bayang awan gelap dan purnama yang malu.

Selamat ulang tahun Bumi Biru Kelana. Aku memeluk raga dan jiwa-mu, dan masih belajar keras memahami bahwa kau bukan milik kami.

~dari piu yang rindu

Rabu, 09 Juli 2014

Dylan dan pemilu tadi pagi

Bob dylan saya kenal karena saya pernah membaca idola saya yang lain steve job sangat menyukai dia. Saya penasaran, dan jadilah sejak itu saya kenal dylan yang 3 generasi di atas saya. Saya mengagumi lagunya. Menurut saya dia jenius, tidak kalah jenius dibanding duo steve itu sekalipun.

Kau dengarlah blowing in the wind, atau it ain't me babe, atau mr. Tambourine man, atau percy's song, atau knocking on heaven door. Iya, itu lagu-lagu ajaib yg ditulisnya. Dan saya sering menyanyikannya untuk Bumi kecil kami mengantar dia lelap setelah bermain sehari penuh.

Sebijak apa dylan saya tidak tahu, bahkan hidupnya dikabarkan tidak begitu baik, yah lazimnya para bintang ketika itu. Tapi dalam setiap liriknya, tercermin kecerdasan yang luar biasa, menyanyikan lagunya seperti mendekati kebijaksanaan yang terasa kian jauh. Dylan sangat cerdas di telinga saya, saya tidak akan berani berkata sebaliknya pada orang yang paham bahwa kelak gunung-gunung yang tinggi bisa tenggelam ke lautan, atau bahwa lumba-lumba tak pernah tidur sepenuhnya hingga dia meregang nyawa. Saya tidak akan berani berkata sebaliknya pada mereka yang berkata tidak bisa tidur dan tidak punya tempat untuk dituju, berharap bisa melompat ke kapal ajaib untuk memulai perjalanan di suatu pagi.

Dia, Dylan yang itu... Jika ada seorang musisi yang ingin saya temui dan meminta tanda tangan-nya pada gitar dan harmonika saya, selain franky yang sudah mati maka dialah orangnya :)

Nah sekarang tentang pemilu, tadi Bumi dan saya tidak memilih. Tapi kami mengantar miu untuk menyampaikan suaranya ke TPS dekat rumah. Saya kira beginilah demokrasi yang ingin kami pelihara. Kami belajar saling menghormati dari keluarga kecil kami. Boleh memilih salah satu kalau mau, tidak usah malu, berkecil hati, atau sedih bila tidak mau. Calon-calon presiden itu belum tentu sehebat kami yang begini :p ehehehe kami meletakan sejenis kepercayaan pada demokrasi sambil mengingat Dylan pernah berpesan :

Democracy don't rule the world, You'd better get that in your head; This world is ruled by violence, But I guess that's better left unsaid.

Jumat, 04 Juli 2014

Malam

Mungkin saya sudah harus memikirkan masalah pola tidur yang kacau ini. Kadang saya heran sendiri, mengapa dialog-dialog batin selalu datang di larut seperti ini, sehingga saya susah tidur jadinya.

Malam ini dia mengajak berdiskusi tentang kata ganti pertama. Ah iya, saya tidak pernah bisa konsisten memakai kata ganti pertama. Kadang pakai gw, kadang pakai saya, kada pakai aku hehehehe

Menurut psikologi, itu tanda sesungguhnya seseorang belum menemukan jati dirinya. Saya kira mungkin itu ada benarnya. Dulu saya kira saya berdiri di atas pondasi yang kuat, sayangnya ternyata tidak. Saya ikut diombang-ambing hahaha.

Ah, postingan ini jadi ngelantur kemana-mana. Tapi biarlah, tak apa... Ini blog saya sendiri :)

Bumi sudah pintar menunjuk apa yang dia inginkan. Saya berpikir bahwa waktu saya untuk hidup semau-nya seperti sekarang semakin sempit. Saya mulai menghitung-hitung umur yang kian pendek. Seberapa banyak dan seberapa cukup kelak saya bisa memberikan pondasi untuk buah hati kami yang saya cintai melebihi dunia dan seisinya ini.

Beberapa hari lewat aku memarahi seorang ayah di depan anak-nya, dan iya saya merasa bersalah. Saat itu emosi menyentuh ubun-ubun dan saya tidak bisa berpikir. Saya tidak akan pernah mengizinkan siapapun memarahi saya di depan anak saya (mungkin kecuali untuk orang tua kami), dan saya bersungguh-sungguh meniatkan dalam hati bahwa saya tidak akan pernah melakukan hal itu pada ayah manapun lagi di dunia ini, tidak di depan putra atau putri mereka.

Oke sekarang kita kembali ke kata ganti pertama. Sekilas memang inkonsistensi itu tidak akan mengganggu, tapi jika kau sedang menulis sebuah kisah misalnya, dari sudut pandang orang pertama, maka percayalah, itu akan cukup mengganggu :)