Halaman

Kamis, 10 Juli 2014

Selamat satu tahun Bumi



Setahun yang lalu kamu lahir dari ketiadaan. Menjadi bagian dari napas kami berdua. Lalu dengan kurang ajarnya menjadi segalanya bagi kami. Menjadi bagian dari niat setiap laku kami.

Ketika kau hadir, semua doa tercurah seperti hujan turun dari angkasa. Aku belum tahu harus memberimu harapan apa lagi, rasanya kau hadir dan tumbuh melewati semua ekspektasi kami. Kamu adalah mengejawantahnya cinta, kamu adalah krisna kecil yang merangkum jagad raya kami.

Aku tidak akan mengulangi harapan yang kami sematkan di nama-mu kali ini. Di waktu yang ini aku hanya ingin sedikit mencatat betapa aku behagia menggendong-mu keluar menikmati gelap sekedar membeli minuman di seberang lapangan. Lalu kau akan terlelap saat kita kembali melewati gang kecil di samping masjid itu. Aku berjalan sambil menatap wajahmu, dan rindu purba yang ajaib lantas menjelma diraja, rindu saat kelak kau jauh menyusuri jalanmu sendiri. Rindu yang hadir terlampau dini di bayang-bayang awan gelap dan purnama yang malu.

Selamat ulang tahun Bumi Biru Kelana. Aku memeluk raga dan jiwa-mu, dan masih belajar keras memahami bahwa kau bukan milik kami.

~dari piu yang rindu

Tidak ada komentar: