Halaman

Rabu, 16 Juli 2014

Jualan

Sudah aku tulis beberapa waktu yang lalu, bahwa kami berniat untuk berdagang. Kali ini biarlah saya laporkan perkembangan dari rencana ini hehehehe. Jadi singkat kata setelah banyak terhambat di waktu dan kendala teknis kecil lainnya. Sekitar 2 minggu ini saya mendedikasikan diri untuk memulai toko online kami. Dua minggu yang sunyi, dan pembeli baru hadir di ujungnya (mereka pada kemana ya sebelumnya?) hehehehe

Jualan offline dibantu kakak ipar lumayan menghasilkan, tapi saya pribadi tidak begitu merasa senang. Yah, karena pada dasarnya bukan kami yang menghadapi pembeli secara langsung hehehe sementara niat saya berdagang lebih agar saya menghadapi pelanggan secara langsung. Entah kenapa saya percaya bahwa saya akan memerlukan hal seperti itu di fase selanjutnya dalam hidup saya yang singkat ini. tapi kali ini saya tidak akan bercerita tentang alasan dibalik itu :p mari kita bercerita kenyataan saja.

Di ujung minggu kedua kurang tidur saya untuk memasarkan dagangan kami, pembeli mulai datang. Pesanan pertama itu datang dari medan melalui sebuah marketplace tempat saya membuka lapak. Pesanan-nya tidak banyak, receh tentu bila dibandingkan dengan gaji saya setiap bulan, apalagi di bandingkan dengan bonus dan THR yang juga baru saya terima. Tapi, ah.... aku sulit menuliskannya di sini, rasanya saya agak kekurangan kosakata untuk menggambarkannya sekarang.

Oh iya, mungkin kau tahu saya bukannya baru kali ini mencoba peruntungan sebagai pengusaha. Saya pernah beberapa kali mengerjakan project yang bayarannya dari 6 sampai delapan digit angka rupiah. Pernah juga menjual beberapa hal yang bernilai hingga 9 digit. tapi menghadapi pelanggan dari Medan dengan pesanan beberapa puluh ribu rupiah ini terasa sangat menyenangkan. Uang puluhan ribu ini saya dapat dari proses mencari supplier, lalu menentukan harga jual, promosi, dan yang paling penting menjadi alasan rasa senang saya adalah membunuh ego yang merajalela. Akhirnya saya dengan berani mengiklan kan barang dagangan kami dengan akun pribadi saya di media sosial misalnya. Saya sudah menghadapi rasa malu saya berhadapan satu-satu dengan calon pelanggan menawarkan dagangan. Menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar produk yang bisa jadi obrolan panjang dan membosankan. Tidak lagi mengecilkan volume suara saat seorang teman bertanya kamu ngapain sekarang? hahaha saya akan jawab; "saya jualan baju anak pak." dengan senyum dan hati yang terbuka. Saya merasa, akhirnya saya kembali menyentuh bumi... turun dari angkasa kesombongan yang tinggi.

Hari ini dua pesanan datang dari ibukota, tempat di mana saya mengais rezeki dari kantong yang berbeda. Saya rasa sekarang saya sudah cukup yakin untuk kembali ke kantor itu tanpa ambisi yang neko-neko lagi. Brand toko kami adalah "BuuBaa", sebuah nama yang dipilih oleh istri saya tercinta. Buubaa ini telah mengajarkan saya untuk merunduk secara sepenuhnya, teori yang saya tahu dari dulu tapi baru saya pahami di rentang hidup yang ini. Dan iya... saya perlahan-lahan menjadi siap untuk menjalankan Bumi Biru Persada kembali.

Tentu ini permulaan, saya dan istri bahkan masih tidak bersepakat untuk mencantumkan atau tidak alamat kami pada tiap paket pengiriman. Ini adalah pelajaran selanjutnya untuk saya, lebih menghargai partner hidup saya :p maka saat dia sudah berangkat tidur malam ini, saya memutuskan akan mengalah tanpa dengan mengesampingkan semua rasionalitas yang acap jadi bagian dari ego raksasa yang ingin saya perkecil ini :p

Mungkin saya akhiri di sini saja dulu. dan seandainya kalian yang membaca blog ini ingin membelikan pakaian untuk buah hati, keponakan, atau siapa saja yang masih anak-anak... dengan segala kerendahan hati saya mohon izin sedikit promosi :p bolehlah berkunjung ke lapak kami di BuuBaa

Tidak ada komentar: