Halaman

Jumat, 18 Oktober 2019

Menuai Janji

Sudah dijanjikan pada tuan hidup abadi
Dengan surga sekaligus bidadari
Apa kita musti peduli pada mereka yang ingkar
Sementara sudah terang tuan bisa pergi menagih

Sudah dijanjikan pada tuan kesetaraan sejati
Dengan sungai yang mengalir di bawah mata kaki
Buah-buah yang tumbuh tiada henti
Serta jeritan tak putus dari mereka yang tuan hantar untuk kembali

Tuan dan Aku pergi untuk menagih janji yang serupa,
Meski kita di sisi yang berbeda.

Kamis, 12 September 2019

Ulfa Nurmaida

8 September 2019,

Dari kecil kamu dengan keras kepala menjaga diam mu. Papa sampai bilang suara kamu semahal emas, sangking jarangnya kamu bicara, makin dewasa kamu makin pemberani, paling suka potongan rambut pendek dan berteman dengan siapa saja, masih tetap jarang bicara.

Di antara kita 4 bersaudara... saya rasa kamu orang yang paling mencintai kami. Kamu yang membawa kami dalam doa-doa mu, dalam petualangan-petualangan itu. Meski jarang bicara, kamu banyak menulis. Saya dan kamu mewarisi kebiasaan papa menulis jurnal. Saya membaca bagaimana kamu membawa photo kita sekeluarga saat mendaki sumbing-sindoro. Bagaimana doa mu saat menikmati pantai dan angin laut. Bagaimana kamu membawa cintamu pada setiap anggota keluarga kita dalam setiap perjalanan mu itu.

Dulu kamu punya keinginan untuk umroh bersama mama. Menabung selama dua tahun, lantas gagal karena satu dua hal. Tapi dengan keras kepala, gigih, kamu mulai menabung lagi. Lalu berhasil mewujudkannya... kamu bangga sekali tentu saat itu, saya juga hahahaha 

Kemudian kamu harus menghadapi kenyataan itu, bahwa kamu mengidap SLE. Menjadi Odapus sepanjang sisa hidup. Kamu tidak pernah mengeluh, itu akan selalu jadi kebanggaan saya. Bahkan dalam sakit terakhir ini kamu sempat menolak keras untuk dirawat, saat kami paksa, akhirnya kamu baru mau bicara tentang resahmu, “kalau saya dirawat lagi Alken ( keponakan kita yang sangat kamu sayangi) sama siapa?”. Kamu menolak dirawat juga karena tidak mau saya yang selama kamu sakit jadi terlalu sering meninggalkan Bumi harus meninggalkannya lagi, kamu tahu betapa berharganya kebersamaan kami itu bagi saya, dan setulus hati ikut menjunjungnya pula. Tapi kamu juga adik ku, di darahmu dan darahku mengalir darah yang serupa, dek.

Saya marah, tidak seharusnya dengan kondisi itu kamu memikirkan kami, kamilah yang seharusnya memikirkan mu. Akhirnya kamu mau juga kami bawa ke rumah sakit itu. Dan benar saja, ternyata penyakit itu sudah menggerogoti otak-mu. Kami merawatmu sebisa kami, sekuat kami mampu. 

Malam kemarin saya dan mama berjaga, beberapa teman-mu datang, seorang teman saya juga datang menjenguk, kondisi mu sedang baik. Tapi lewat dini hari, monitor fungsi vital mulai mengkhawatirkan, kami panggil petugas, semua menjadi sibuk. Berkali-kali kamu tersedak, dan susah bernapas. Nadi mu melemah, kemudian kembali, melemah, kemudian kembali. Mama mendekat, membisikan dengan lembut ke telinga mu, “Kamu tidak punya dosa lagi ke saya”, seketika, jantung mu berhenti, kamu pergi... dokter menyuruh kami minggir untuk melakukan resutasi dan mencoba membawamu kembali, tapi saya tahu kamu sudah pergi, saya cium pelan dan berbisik di telinga mu, “I love you sweetheart”, ah... pasti kamu sudah tahu itu. 

Ternyata kamu hanya menunggu ikhlasnya mama ya dek? Orang yang paling kamu cintai sejagat raya. Sekarang kamu bisa bertemu papa di sana dek, dia pasti bahagia bertemu kamu. Putri kecil nya yang pendiam dan keras kepala itu sudah tumbuh sedemikian hebat.

Oh iya, teman-teman mu meninggalkan Dandelion di pusara, tertancap di dekat nisan mu. Aku tahu mereka juga kehilangan kamu seperti hal nya Aku, mama, Nora dan adek kita Rina. Tapi kamu tenanglah... Kami semua ikhlas kok dek, air mata ini hanya rindu. Peluk cium dari kami... yang akan merindukanmu... selalu. Seperti katamu... aku juga ikut berdoa : semoga kita terus begini... selalu saling mencintai.

Farewell sweatheart!

-Abang


Rabu, 04 September 2019

TERIKAT

Perempuan itu salah satu kesayangan saya. Petualang keras kepala, niat nya batu. Sedikit bicara, banyak kelana-nya.

Biasanya dia bebas naik ke gunung mana saja, menapaki pantai mana saja, turun ke gurun, menikmati negeri Sakura. Dibanding saya, dia petualang terbesar di keluarga.

Virus itu diam-diam naik ke kepala, menurunkan kesadarannya tanpa kami curiga. Adik kesayangan kami diuji lagi. Malam ini, hati saya berkeping-keping melihat tangan nya yang dulu terkepal meninju langit biru harus kami ikat ditepi ranjang agar tidak mencopoti kateter dan jarum infus.

Saya tidak tahu bagaimana mencari penghiburan selain menulis blog yang tidak dibaca siapa-siapa ini. Kalaulah bukan lelaki tertua yang harus menjadi paling kuat di antara semua, mungkin saya sudah menangis meraung-raung. Tapi untuk dia, tidak boleh begitu, kami harus kuat, agar bisa membawanya kuat.

Ayolah bangun petualang Merah, kita masih harus menekuk lutut dunia dan meninju langit biru sekali lagi, bersama ya!

Abang-mu ini juga bisa resah lho dek :( Cepat Bangun!!

Selasa, 27 Agustus 2019

KAJIAN KEGEMPAAN DKI JAKARTA

Dengan sejarah gempa merusak yang tercatat baik serta sumber yang masih “misterius” jakarta yang punya populasi tertinggi di Republik perlu kajian kegempaan yang lebih serius. Tentu ide ini bukan ide orisinil kami, dalam sekian banyak pertemuan, wacana, retorika, hingga kajian-kajian ilmiah, hal ini sering dikemukakan senior-senior kami.

Fiza, laki-laki pendiam dan kalem itu yang memaksa saya habis-habisan untuk turun dan mengusahakan agar segala wacana itu menjadi kenyataan. Dia mensupport segala yang saya perlukan! Dari koneksi, preliminarily research, road shows, hingga waktu untuk berpikir (ini paling krusial) hahahaha meyakinkan para petinggi adalah urusan yang paling sulit saat itu. Lagi-lagi tugas kami membangun simpul. Menghubungkan universitas dengan stake holder industri asuransi, membawa figur yang tepat, ikut serta dalam pendanaan proyek awal. dimulai dengan menyajikan bukti awal dari tomografi dan pengukuran mikrotremor kawan-kawan kami. Ruben kebagian membangun jaringan dan mengumpulkan hasil-hasil riset awal, dari ITB, PUPR, hingga BMKG, keputusan kami juntuk ikut mengirim wakil dalam generasi awal program S2 nya terbukti berguna hehehe. Sementara itu saya berbicara di banyak tempat, mengisi peran guru kami yang sudah lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, tetirah dari dunia persilatan. 

Kami harus bicara dari dalam industri menekankan pentingnya untuk dilakukan (paling kocak saat hampir telat bicara di Indonesia Re hahahaha), berbicara pada akademisi untuk berkolaborasi, berbicara pada media, bahkan hingga mencari vendor untuk infrastruktur kalau terwujud. Bukan pekerjaan mudah, tapi jujur saja, menyenangkan hehehe

Godaan datang sepanjang jalan, tapi kedua rekan saya itu benar-benar menjaga integritas nya, ah... bangga sekali pernah bersama mereka mengerjakan hal ini. Oh adek kami Nina juga sangat membantu mengurus administrasi yang kami sangat tidak pandai itu hahaha, farhan juga banyak sekali resahnya, terutama waktu disuruh Ruben mengontak saya yang terlambat karena ban bocor 😂😂

Saya dikabari, realisasi pekerjaan awal dari pekerjaan kami yang ini sudah diresmikan. Saya senang sekali mendengarnya, sekaligus sedikit kecewa karena tidak terlibat lagi di pekerjaan itu. Saya mulai mengingat energi dan semangat saat mengerjakan pekerjaan ini hehehe. Some people only see the result, without deserved respect to the long long long plan and process hehehe Anyway... Ruben masih di sana, dan saya percaya dia bisa menyelesaikan dengan baik apa yang dulu kami mulai bersama-sama. Lagi pula kendaraan itulah sang pemilik, kami hanya menumpang di arah yang sejalan hehehe Doa terbaik saya untuk dia!

Saya tidak pernah menulis banyak tentang cita-cita ini. Maka saya putuskan segera menulisnya di sini, agar tidak terlalu cepat lupa, dan mungkin nanti bisa jadi cerita untuk Bumi kalau sudah waktunya dia belajar tentang hal semacam persistensi, pentingnya networking, atau bahkan tentnag keikhlasan dan merelakan misal nya ahahahaha.

Kendati gampang menulis begitu, tetap saja hingga pagi ini saya belum bisa tidur, walaupun badan lelah akibat maraton meeting sedari siang kemarin. Angka-angka proyeksi finansial, hitungan komisi, profit sharing dan segala hal yang saya bahas sepanjang hari serasa tidak lagi begitu bearti. Saya memandang langit-langit, berulang-ulang berbisik lirih pada diri sendiri... let it be, you have done your part they need to do their part!


A little piece memory of milestone :

Rabu, 21 Agustus 2019

Baby Steps


Pada akhirnya, kami tidak bisa menghindar lagi. Permainan harus ditingkatkan. Saya tidak bisa bicara bahwa kami siap sepenuhnya untuk melewati segala hal yang ada di depan, bahkan siapa yang tahu masa depan bukan? Setidaknya, saya kira persiapan sudah dilakukan.

3 peluang dari sekian banyak peluang yang kami kerjakan akhirnya mendekati realisasi. Saya tidak mau terburu-buru seperti yang ditakutkan si Guntur, tapi saya juga benci bila terlalu lama menunda sekedar berharap segalanya benar-benar siap, saya tidak sepengecut itu. Dia yang tidak bergerak ditelan oleh waktu bukan?

Hampir sebulan ini, saya mendidik dua orang kawan yang saya anggap baik dan mau terlibat mengunyah angka-angka, merobek persamaan demi persamaan, dan memeras otak serta mencurahkan tenaga mencari celah-celah sempit yang dapat kami manfaatkan untuk mengeruk sedikit keuntungan. Mereka sangat membantu, kami bergerak cepat. Saya tidak yakin saya punya keberanian ini sekarang tanpa bantuan mereka. Ketiga proyek kami butuh kompor-kompor baru yang harus segera dipacu pembakarannya. Tuhan mengirim mereka pada saat yang tepat!

Saya tidak tahu, seberapa jauh saya dan mereka akan bisa berjalan setidaknya saya bisa memastikan mereka akan saya libatkan di proyek pertama yang ingin segera kami eksekusi minggu depan. Founder proyek ini juga seorang kawan saya, GM sebuah hotel di jakarta yang saya kenal saat belajar di salah satu akademi bersama kedua orang yang membantu saya ini. Jadi mereka saling kenal, dan saya suka bila semua saling terhubung. Bukankah dari dulu pekerjaan saya adalah menciptakan simpul-simpul yang tepat, meski tidak semua orang tahu betapa penting simpul-simpul yang kami bangun hehehehe sudahlah... ;p

Proyek kedua bersama 3 kawan lain yang baru-baru ini saya akrab. Proyek yang lahir dari sebuah sharing pendek, bergelas kopi, dan permainan kartu uno hingga larut. Beberapa ratus ribu dollar bukanlah angka yang besar dalam industri ini, boleh dibilang nilai minimum malah. Tapi proyek ini dimulai dari sana, atapi secara ideologis, jujur saja proyek ini paling saya suka. Saya memimpin penuh proyek ini dan memiliki ambisi pribadi membesarkan bibit-bibit kecil yang disemai lewat omongan besar saya hahahaha

Pekerjaan ketiga adalah proyek yang secara nilai paling menjanjikan, jauh melebihi apa yang pernah bisa saya bayangkan. Saya sempat gemetar saat pertama memutuskan untuk terlibat atau tidak, meski kemudian memutuskan untuk mulai berani dan bernyali. Bagaimana tidak? Bahkan sebelum mulai, sang initiator sudah menunjukkan sebuah gedung 4 lantai yang megah dan kosong yang boleh kami pakai sebagai tempat operasional semaunya (kami bisa main futsal di salah satu kamar dalam gedung ini hahahaha) lebih mengerikan saat BVI, London, Singapura mulai muncul dalam percakapan, saat beberapa kontak bank-bank besar mulai ditelpon, saat kami diharuskan menghadiri beberapa pertemuan yang saya tahu tidak sembarang orang bisa duduk di dalamnya. Saya memutuskan untuk tidak ikut meeting maraton seminggu yang penuh lobi di singapur saat penggodokan lebih lanjut konsep pekerjaan ini dilakukan, saya percayakan penuh pada partner dan calon investor kami untuk melakukan nya. Saya menarik diri dari manajerial dan hanya ingin berfokus pada operasional proyek yang ini. Alasan sebenarnya mungkin saya takut terlalu kecewa bila tidak berjalan baik hahahaha. Saya masih merasa proyek ketiga ini too good to be true... but you know... I still believe in magical moment walau tidak menggantungkan diri kepada hal itu hahahaha




Long story short... I think we have done with all talks and negotiations so far... Saya ingin menyepakati semua term and condition yang sudah terbentuk apa adanya dan memulai operasi pekerjaan-pekerjaan baru ini minggu depan.


Ready or not, August comes to the end!

Jumat, 09 Agustus 2019

Exceeded the standard deviation

Sebagai (mantan) saintis... tentu orang-orang semacam saya bergerak dengan perhitungan kuantitatif sebagai landasan, bukan bearti kami mengesampingkan keajaiban, kami mengakuinya, meski tidak mau bergantung pada apa2 yg melampaui standard deviasi. Respect Buddha and God without counting on their help, kata takezo dalam go rin no sho. Tentu saya tidak sepakat pada musashi secara filosofis, tapi pada applikasi nya kami melakukan hal yang sama!

Beberapa kejadian aneh/ajaib terjadi minggu ini, hal yang saya artikan melampaui standard deviasi. Selasa saya menemui seorang teman di restoran sebuah hotel, dia berniat membangun bisnis seperti yg kami lakukan dan minta saya membantu, saya amini. Di temani matahari senja yang keemasan, dia bercerita banyak hal, salah satunya tentang seorang temannya yg jadi wealth management salah satu bank besar tanpa menyebut nama sang teman dan nama bank itu, hal yang wajar tentu saja sebagai bagian menghormati privasi sang teman. Lalu bercerita tentang hal-hal lain juga. Setelah kami menyepakati berbagai macam hal, saya pulang.

Besok nya seorang partner bisnis saya mengirimi laporan mengenai siapa-siapa yang mereka temui dalam rangkain safari mereka untuk memilih bank baru tempat kami akan mengeksekusi transaksi-transaksi di bawah naungan bendera baru juga. Saat menelusuri nama-nama yang dia sebutkan, saya berhenti pada salah satu nama di antara sekian kartu nama yang dia kirimkan. Tiba-tiba saya ingat teman saya yang baru kemaren nya saya temui. Saya ingat cerita itu. Hampir reflek saya screen shot nama tersebut dan mengirimkannya dengan sedikit pertanyaan, apa benar itu teman yang dia maksud tempo hari.

Teman saya meng- iya kan bahwa kontak itu adalah orang yang dia maksud dalam ceritanya di sore selasa. Dia kaget dan bingung bagaimana saya bisa tahu padahal dia tidak memberikan petunjuk, baik nama atau pun nama perusahaan. Saya tertawa, saya bilang saya juga tidak tahu, dan saya benar-benar tidak tahu 😂

Saya menandaskan kopi (saat itu saya sedang di kopi jhony), saya kirim sebuah pesan ke seorang kawan baik: “semesta sudah memberikan isyarat!”

Kamis, 08 Agustus 2019

Mulailah Bernyali

Di postingan sebelum ini saya berniat menyanyikan lagu Pidi untuk seorang teman. Saya tulis suatu saat saya akan melakukan nya, dan.... kemarin hanya berjarak sehari dari niat, saya berhasil menunaikannya. Dia datang saat saya selesai meeting dengan seorang partner saya, duduk di depan saya bersama seorang teman lain, dan lalu dipaksa mendengar saya bersenandung...

Mulailah Berani
Mulailah Berani
Sebelum terjadi
Waktumu, terhenti

Dia diam sejurus lalu tertawa, saya senang. Semangatnya terlihat bangkit, keberaniannya menyala lagi di mata saya, api di dada nya berkobar!

Malam tadi partner bisnis saya menelpon, menceritakan beberapa point penting hasil meeting maraton 3 hari di singapura, dia masih di sana dan menceritakan semua rencana kami untuk ke depan. Saya kaget, kehilangan kata-kata. Kami berniat membangun sebuah rumah mungil sebagai tumpuan, tiba-tiba kucuran kesempatan datang untuk membangun sebuah kastil megah yang jadi impian. Saya senang? Tentu saja, siapa kira nya yang tidak. Tapi tiba-tiba saya menjadi takut, beragam pertanyaan muncul. Siapkah saya? Mampukah saya? Ah... keresahan teman yang kemarin saya ceritakan berpindah ke rongga dada saya. Saya jatuh tertidur dalam resah.

Saya tidak pernah mencari alasan untuk mempertanyakan kemampuan saya... tapi setelah sepotong kepala kakap siang ini, dan obrolan terburu-buru dengan seorang kawan baik, saya mulai menyadari sesuatu. Segala hal yang menjadi sumber keresahan sebenarnya adalah tentang kapasitas saya sendiri. Saya sibuk mencari jika-jika ada kekurangan orang lain untuk bisa saya pakai sebagai alasan menutup kekurangan diri sendiri! What the fuck! Saya malu pada diri saya sendiri. Saya tahu saya belum dan tidak akan sempurna, but nobody was!

Saya yang sering berkata untuk menjadi berani... sekarang kira nya perlu menyanyikan lagu di atas untuk diri saya sendiri.

Mulailah Berani
Mulailah Bernyali
Semoga dirimu
Sehebat angan mu!

Let’s jump to the next level!

Senin, 05 Agustus 2019

Mulailah berani, Mulailah bernyanyi

Mungkin karena sedang puasa berposting ria di facebook dan instagram saya jadi senang menulis blog ini lagi hahahaha.

Short story from today....

Saya baru kembali berjumpa beberapa kawan di gedung itu. Menawarkan beberapa prospek di bisnis kami kemudian sengaja ingin berjalan kembali ke kosan. Seorang teman lain sedang ingin memesan ojek online untuk pulang ke orang-orang terkasihnya setelah lelah seharian bekerja. Melihat saya, dia menunda pemesanan dan kemudian berbagi cerita dengan saya di bawah plang sebuah bank swasta yang sering jadi titik penjemputan pengguna ohek online itu.

Saya lihat resah di wajah nya, saya juga menunda olahraga jalan kaki saya menuju kosan itu hehehe. Kemudian diam mencoba menjadi pendengar yang baik.

Saya tahu dia orang baik, yang resah pada masa depan sebagai mana hampir semua kita. Menceritakan tawaran dari “perusahaan” lain yang dia terima, menceritakan potensi konflik yg mungkin terjadi seperti dulu pernah dia alami saat hampir menerima tawaran serupa.

Saya mencoba diam sekeras mungkin, tapi sulit sekali tidak berkomentar. Akhirnya saya sampaikan pandangan saya, tentang perahu, tentang pelabuhan impian, tentang berani menentang badai.

Dia hampir seperti menganggap kelakuan grup kami sebagai pemicu, setidaknya inspirasi, saya keberatan tentu, tapi setiap orang bebas berpendapat bukan? Saya bisa apa? Hahahaha

Saya ambil handphone dan meminta beberapa kawan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang harus nya saya handle sendiri tadi. Sengaja saya temani sampai usai dia bercerita dan beranjak pulang. Dia pergi masih dengan resah itu... 

Sepanjang jalan, saya memikirkan dia, menyelipkan doa agar semua baik-baik saja dan berbahagia, terutama dia yang tadi resah.

Lalu lagu panas dalam bergema di kepala saya... suatu saat, saya harus nyanyikan untuk dia.

Mulailah bernyanyi
Mulailah bernyanyi
Semoga harimu
Bahagia hatimu

Mulailah bernyanyi
Mulailah bernyanyi
Lupakan yang pergi
Biarkan terjadi

Mulailah berani
Mulailah bernyali
Semoga dirimu
Sehebat inginmu

Mulailah bernyanyi
Mulailah bernyanyi
Sebelum terjadi
Waktumu berhenti

Mulailah bernyanyi
Mulailah bernyanyi
Sebelum terjadi
Waktumu Berhenti

Minggu, 04 Agustus 2019

Zig Zag

Lebih sebulan belakangan saya banyak di rumah sakit, menemani adik kesayangan kami yang sedang “ujian”. 

Waktu panjang selama menunggu membuat saya banyak berdiam diri dan merenung, meredakan sedikit riuh di pemikiran.

Malam itu lagi-lagi saya sendiri, adik sedang ditemani mama di kamar, saya mencoba tidur di kursi panjang di lorong ruang perawatan. Bau rumah sakit seperti sengaja menuntun saya untuk mengukur 5 bulan perjalanan sejak melompat turun mengambil langkah gila 😝

Kami pernah merasa terbang di angkasa, lalu dihempas keras-keras ke tanah, kemudian bangkit dan berdiri lagi seolah-olah paling gagah, bukan sekali... berkali-kali dan semuanya hanya dalam 5 bulan 😅😂

 Bukan saya tidak tahu, dinamika bergerak sebagai “pengusaha”  di industri ini ya seperti itu kecepatannya, saya banyak mendengar dan membaca hal itu. Tapi merasakan segala hal nya secara langsung memiliki sensasi yang berbeda 😂

Saya tidak tahu saya harus bersyukur atau bagaimana 😂 ini petualangan dan tantangan yang selalu saya minta... tapi berdiri di pintu awalnya saja  sudah menguras banyak energi, saya bahkan tidak sempat memaki-maki para bajingan yang suka duduk melintang menghalangi  bangunan jejaring yang sudah kami rintis 🤣 

Jujur saja, kadang saya merasa kami melenceng terlalu jauh dari garis tujuan, tapi kemudian berkali-kali kembali lewat jalan lain, kami lelah karena berputar-putar, lalu tertawa sambil berkeringat dan megap-megap kehabisan napas setelah tahu sebelumnya kami menempuh jalur yang terlalu rumit  😂 letih dan makan biaya tentu, tapi sekaligus juga seru dan sangat berharga.

Kami masih tidak tahu jalan langit mau menuntun kemana. Semua hal tidak berjalan seperti rencana, but I have learnt... terkadang... apa-apa yang tidak sesuai rencana itu belum tentu bearti hal yang jelek, kadang-kadang... dia memberikan sesuatu yang melebihi apa yang mampu kamu mimpikan saat membuat rencana-rencana 😎

Tanpa sadar tiba-tiba matahari sudah muncul, saya bangkit, mencium mama, pamit pulang sebentar ke adik saya, TIDUR!

Jumat, 31 Mei 2019

Trading, Coding, Modeling

Saya rasanya belum pernah menulis tentang hal-hal ini, hal-hal yang telah merebut hati saya ini, kecuali sekilas atau sepintas-sepintas. Jangan tanya kenapa, saya juga tidak begitu tahu hehehehe.

Saya belajar trading, mencoba menjadi chartis ; orang-orang yang hidup dengan mengidentifikasi peluang dari chart mereka. Menjadi chartis sekilas terlihat sederhana, kamu mengasah intuisi lewat latihan di market, mengenali pola, dan mengasah kemampuanmu beradaptasi dalam tiap kondisi yang sangat dinamis.

Sepanjang pengamatan saya, menjadi Chartis adalah cara paling populer dikalangan retail trader. Slogan dan jargon kaum chartis ini sangat menarik dan umumnya sangat terkait dengan psikologi, salah satunya adalah ; trading itu harus simpel!

Simpel atau sederhana dulu saya artikan bahwa tidak perlu repot untuk melakukan trading. Dulu saya menganggap aneh jika ada orang trading sampai perlu pemograman tingkat tinggi, model matematika yang rumit, hingga beragam test yang jumlahnya sangat banyak. Karena itu repot, tidak sederhana, hingga saya mengartikannya keluar dari dogma utama.

Sekalipun cara pikir itu mungkin benar bagi seorang chartist, tapi begini, sebelum trader, saya adalah seorang saintis yang banyak bekerja dengan model probabilitas. mengasah intuisi dan membentuk psikologi yang keras karang adalah hal yang jauh lebih tidak sederhana bagi saya dibanding membangun model matematis, mengerjakan tes-tes statistik, atau melakukan simulasi monte carlo hingga membangun kecerdasan buatan dan melakukan pemograman komputer.

Saya kira, saya telah memandang atau menterjemahkan kata "sederhana" dari sudut pandang berbeda. Lalu saya ingat kisah seorang petinju dari pelatih saya; ketika seorang petinju memiliki pukulan kiri yang kuat dan kanan yang agak lemah, dan dalam waktu terbatas dia sudah harus naik ring untuk mempertahankan gelar juara hingga dia harus berlatih meningkatkan kemampuan, maka dia punya dua pilihan untuk latihan efektif. Pertama fokus melatih tangan kanannya supaya menjadi lebih kuat hingga dia berkembang dengan pukulan yang baik dari dua sisi atau.. dia bisa fokus memperkuat tangan kirinya yang memang sudah kuat sebelumnya hingga menjadi lebih mematikan lagi. Well, saya kira tidak ada pilihan yang salah, tapi memilih fokus melatih sisi yang sudah lebih kuat dapat menjadi pilihan yang lebih tepat, rasional, efektif dan efisien dalam waktu yang terbatas. Sekian lama saya melupakan ini, saya seolah memisahkan pekerjaan sebagai trader dan saintis, seolah-olah untuk menjadi seorang trader saya harus meninggalkan jati diri saya sebelumnya atau paling tidak mengesampingkannya.

Lalu saya membaca tentang Thomas Petterfy, living legend yang mengubah wajah wall street selamanya dengan menjadi hacker pertama yang memanfaatkan teknologi dan membawa sains ke lantai bursa. Dia dengan cepat menjadi idola baru saya, immigran hungaria di US yang menjadi bapak para quantitative trader, bot menguasai porsi besar seluruh transaksi saat ini. Sebelum trader dia adalah programmer handal dan dia menjadi trader tanpa melupakan itu. Ah, singkatnya begitu saja, dengan segera saya ingat bahwasanya sebelum bercita-cita menjadi trader handal, saya adalah saintis yang skeptis-logis! dan saya bertekad tidak pernah melupakan itu lagi!

Ah, saya tidak berniat membuat posting yang dramatis kali ini, malah ingin pragmatis... tapi lagi-lagi saya ingat... bahkan sebelum saintis... saya adalah penyair... kenapa kiranya dengan dramatis? hahahaha

project terbaru yang sedang saya kerjakan mengadopsi metode umum chartis dengan menggunakan teknikal indikator berupa Moving Average dikombinasikan dengan pola candle. tidak banyak rahasia, saya melakukan analisa profitabilitas sistem ini pada data market dalam rentang 10 tahun dan menemukan peluang profit yang cukup baik. Namun volatilitasnya sangat tinggi dengan maksimal drawdown yang tidak dapat kami terima. Machine learning digunakan untuk meningkatkan peforma dari sistem ini. Perbandingan kinerja keduanya pada data historis dapat dilihat dari gambar di bawah ini.


Kedua sistem sama-sama menguntungkan, namun jelas terlihat bahwa machine learning memberikan profitabilitas yang lebih tinggi dengan volatilitas dan maksimal drawdown yang lebih rendah. Tapi seperti segala hal di dunia yang memiliki dua sisi, machine learning bila tidak digunakan dengan hati-hati juga dapat menjadi bahaya dia rentan pada beragam hal seperti overfitting, data bias etc. Garis merah pada gambar di atas tentu terlihat too good to be true dan pakem dalam dunia finansial, jika sesuatu terlihat terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, maka benarlah dia memang "terlalu bagus", kali ini saya harus mengambil sikap yang  bersesuaian dengan kaidah seorang saintis bukan : SKEPTIS! hahaha

Well proyek ini masih berada di tahap awal tentu, masih banyak yang harus dilakukan. Beragam tes harus dilakukan dari monkey test hingga simulasi diperlukan untuk melihat sebaran probabilitas sistem ini menghasilkan keuntungan. Aih.. sekali lagi, ini adalah pekerjaan yang saya lakukan 10 tahun ke belakang, bahkan kami bermain dengan probabilitas yang jauh lebih rendah dengan ketersedian data yang jauh lebih jarang. Kenapa selama ini saya malah mati-matian melatih sisi intuisi saya dan mencoba menjadi chartis ketimbang memanfaatkan apa yang sudah saya punya dan belajar menjadi quant? entahlah.. itu misteri, tapi bukan bearti tidak berharga malah sebaliknya, sangat-sangat berharga, disepanjang jalan nya saya dipertemukan dengan beragam orang dengan beragam hal yang dapat saya pelajari dan mematangkan saya saat mengambil langkah untuk belajar melakukan analisa kuantitatif. Tanpa melewati hal-hal itu, mungkin saya malah akan melangkah ke sisi yang salah hahahaha.

Sudah mau sahur, saya kira saya harus menutup tulisan ini ehehe.

until next time... Ciao blog!

Sabtu, 25 Mei 2019

Ziarah

Karena mulai punya sedikit banyak waktu senggang, saya jadi sempat melakukan beberapa hal yang sudah ada dari dulu di kepala tapi selalu terhalang waktu :p salah satunya ziarah.

Belum banyak yang sempat saya ziarahi, seperti dulu... saat memulai rangkaian ziarah ini, saya masih tidak menyukai makam, ini terjadi semenjak papa meninggal, tapi saya selalu ingin berkunjung ke peristirahat2an orang-orang yang saya anggap hebat sekaligus menghadapi kebencian saya. Kamu tidak bisa bahagia dengan menyimpan kebencian bukan? Hehehe

Rangkaiannya dimulai dari makam Hatta, seorang intelektual dan patriot yang saya kagumi, disusul Chairil, pujangga yang karya-karyanya saya pujasedari kecil, lalu Raden Rahmat atau lebih terkenal dengan sunan Ampel di Surabaya sana, yang “moh limo” nya sangat terkenal dipegang rakyat sejak berabad-abad lalu hingga sekarang, politikus, ulama, cendikiawan yang paling saya kagumi dalam deretan wali songo.

Di sela-selanya saya juga berziarah ke tempat beberapa orang besar yang tidak ada di list saya sebelum nya seperti Husni Thamrin yang namanya diabadikan sebagai salah satu jalan protokol di Jakarta Raya. Guru Mugni sang penjuru guru ulama-ulama betawi, melakukan napak tilas guru Ilyas yang namanya di abadikan sebagai nama gang tempat kos-kosan saya berada.m. Saya selalu penasaran pada nama orang-orang yang dijadikan nama tempat atau jalan hahaha. Masih banyak yang ingin saya ziarahi atau minimal melakukan tapak tilas keberadaan mereka seperti H. Darip Klender dan Gie misal nya.

Well, saya senang sekali saat tiba berziarah ke tempat-tempat peristirahatan mereka, kadang saya tidak berani dan sungkan berlama-lama seperti ketika tiba di makam Hatta di Tanah Kusir atau merasa akrab dan duduk merenung berlama-lama sembari menulis seperti saat berziarah ke peristirahatan Chairil di Karet Bivak. Tapi satu hal yang pasti, dalam rangkaian ziarah ini, saya telah belajar menghadapi ketakutan dan kebencian saya pada pemakaman. Saya menghadapi kehilangan dan penyesalan terbesar saya! Peluk cium penuh rindu Pa, istirahat yang tenang ya... 

Senin, 20 Mei 2019

taking the next steps

Well, mysterious power of life did it’s magic again. Hidup sebagai full enterpreneur khusus nya di dunia network jelas menempatkan saya sebagai newbie yang harus belajar banyak. Tentang busuknya persaingan yang ratusan kali lebih kejam dari pada politik kantor hahaha tentang uncertainty yang selama ini selesai lewat model di komputer tapi kali ini harus ditantang dan diselesaikan lewat berkali-kali lobi dan pertemuan, tawar-menawar alot, pertemuan-pertemuan dari gelap hingga pagi menjelang di dunia nyata. Dunia yang kejam, tapi menarik dan menjanjikan. Tapi keajaiban demi keajaiban tidak habis-habis menghampiri saya, dan jelas saya bersyukur untuk segala hal.

Beberapa saat lalu, jaringan yang kami bangun berada di titik nadir saat satu-dua anggota mulai bertingkah. Tapi sesaat kemudian, kembali kejujuran menyelamatkan kami. Teman-teman yang baik turun tangan membantu, apa yang saya pikir harus kami hancurkan dan tinggalkan ternyata bisa ditata dengan lebih baik, dengan dukungan dana yang semakin kuat dan keterikatan antar sel yang lebih baik juga, komunitas baru lahir dari debu! Ajaib kata saya!

Kali ini saya mengambil langkah, mengunci semua properti intelektualitas yang jadi nilai jual kami dan menjadi lebih cerdas memilah-milah pada siapa kami membuka diri. 

Permainan menjadi jauh makin meningkat, makin besar, dan makin rawan konflik -hal yang selalu saya hindari selama ini. Tapi rasanya saya tidak bisa terus-terusan bersembunyi, jika ingin melangkah jauh, langkah-langkah besar justru krusial diambil di awal perjalanan untuk melepaskan diri dari belenggu kenyamanan, memperluas zona baru dengan area bermain yang baru.

Sekalipun berkata siap, saya tidak bisa memungkiri bahwa saya cukup gagu dan terkejut mengetahui magnitudo baru permainan kami, angka baru, target baru, dimensi baru yang lagi-lagi harus kami hadapi. Tidak bisakah sejenak bersantai menikmati anugerah yang ini? Tanya saya pada seorang senior. Berhenti bergerak maka kamu hilang, everything will vanish from your hand! Begitu katanya. Well... saya pikir dia ada benarnya, lagian... sejauh ini langkah kami belum benar-benar jauh, sementara cita-cita masih tergantung tinggi di awang-awang.

Escaping cubicle is one thing, tapi jelas dia bukan tujuan. Saya membuka lagi lembar-lembar catatan berisi target-target baru yang mau kami capai, saya baca ulang pelahan-lahan. Kemudian ketakutan kembali menyerang, ah... besar sekali, semua terdengar seperti omong kosong. Saya tutup semua dan tidur!

Saat terbangun, matahari sudah tinggi, saya diam sejenak berusaha mengingat ini hari apa, lalu teringat ketakutan besar saya sebelum tidur subuh tadi, tapi kali ini rasa takut itu sudah jauh berkurang, diganti sedikit kebahagian dan optimisme baru... bukankah kalau mimpimu tidak membuat mu bergetar ketakutan itu bearti dia tidak cukup layak untuk diperjuangkan? Bakal sulit memang, tapi sejauh ini pun kau sudah melampaui apa2 yang dulu kau pikir sulit dan mustahil bukan? Saya berbisik pada diri saya sendiri. Saya juga ingat pelatih saya sering menulis; kalau semua orang bisa, maka saya tidak lagi menginginkannya!

Sementara beberapa orang sibuk menduga saya mengerjakan apa. Beberapa bahkan perlu konfirmasi saat beberapa orang mengatakan sekarang saya bekerja untuk mantan bos saya dulu hahaha 🤣 yaaa kebiasaan mereka menebak-nebak kemudian langsung bicara menurut si ini menurut si itu tanpa pernah benar2 mencari tahu ahahaha saya masih mencoba berprasangka baik mereka tidak pernah tahu akibat kelakuan mereka! They are just too stupid 😝

I’m taking the next step.

Kamis, 18 April 2019

Pilihan

Baru genap 2 bulan menjalani apa yang dulu saya cita-citakan, hidup bebas dan tidak berada di bawah telunjuk siapa-siapa. Jujur saja euforianya masih terasa sekali 😂 Saya bisa mengantar Bumi sekolah tiap hari kalau mau, atau memilih menikmati malam merenung dan membaca apapun yang saya suka tanpa takut terlambat ke kantor esok hari, lalu bekerja sambil menunggu Bumi pulang di sebuah warung kopi kecil. Bertemu banyak orang-orang baru, berpergian kemanapun saya suka, saat uang kami cukup, bersama Miu dan Bumi kami bisa berlibur tanpa harus mengajukan izin ke siapapun.

Baru dua bulan, saya bahkan belum sempat menyelesaikan rangkaian ziarah yang sedari dulu ada di benak saya, baru sempat mengunjungi peristirahatan Bung Hatta, Husni Thamrin dan Chairil Anwar, saya bahkan belum mendatangi makam Gie yang berada di bilangan Tanah Abang, belum menemani Bumi untuk menyelesaikan misi mengunjungi GWK dan melihat banyak Buddha. Oh, tapi kami sudah memanjat tangga Batu Cave di KL dengan sukses sih, dan itu benar-benar dream come true bagi saya, kau tidak perlu hal-hal besar untuk bahagia itu memang benar adanya 😅

Saat saya masih menikmati segala hal remeh temeh yang membahagiakan itu, malam ini pilihan sulit datang dan cukup membuat saya tidak bisa tidur. 

Saya kebetulan sedang di Jakarta hari ini, menghadiri meeting dengan dua klien saya. Saya hampir terlelap setelah menelpon Bumi, telpon genggam saya kembali berdering, seorang kawan meminta waktu bertemu, hampir tengah malam... kawan sekaligus rekan bisnis saya ini saya rasa tidak akan melakukan hal itu kalau tidak ada hal penting. Saya sanggupi, lagi pula menikmati gelap adalah salah satu keahlian utama saya hehehe.

Kami jumpa di Menteng, salah satu tempat favorit kami menikmati jajanan kaki lima kemudian di lanjutkan dengan segelas kopi. Saya laporkan hasil meeting saya dengan dua klien kami tadi siang dan kemaren lusa, menyepakati beberapa hal untuk dilakukan ke depan dan dimulailah percakapan yang membuat saya malam ini masih terjaga menulis post ini.

Dia bilang mau meninggalkan perusahaan yang sekarang brand nya kami bawa. Biasa, orang-orang seperti kami ini bakalan malas bekerja bila tukang gosok sudah menguasai politik kantor, hahaha 🤣 

Dari 6 tawaran, dia sudah memutuskan hendak memilih yang mana. Setelah membahas bagaimana langkah mengamankan kepentingan saya yang selama ini dia pegang agar tetap berjalan baik, dia mengajukan tawaran itu, tawaran agar saya membantu dia di korporasi yang baru nanti. Dia sudah tahu bagaimana saya dan bagaimana sepak terjang kami. Dan saya yakin dia juga tahu angka psikologis yang cukup untuk ditawarkan pada saya.

Saya terdiam cukup lama... jujur saja, pekerjaan yang dia tawarkan ini sangat menarik, tidak hanya dari sisi finansial tapi juga seperti menantang seluruh keberanian untuk mengambil risiko, menantang keingintahuan purba dalam dada saya untuk memasuki ranah baru yang belum pernah saya masuki, rimba belantara yang berbeda meski di industri yang sama. Sangat menggoda, sangat sangat menggoda.

Saya terdiam cukup lama menimbang segala hal. Secara finansial jelas ini akan menguntungkan saya, kembali punya gaji tetap bulanan, dengan bisnis lama yang terus bisa berjalan, membuka berbagai kesempatan ke depan dan banyak hal-hal lain yang menguntungkan. Tapi ini bearti saya harus kembali mengorbankan kemerdekaan yang baru saja saya miliki. Walaupun dia menjanjikan jam kerja yang sangat fleksibel, tapi mustahil saya bisa melakukan manuver-manuver waktu sepertinyang sekarang bisa saya lakukan. Menerima tawaran ini juga bearti menjual lagi sebagian kebebasan yang baru saya rebut meski tidak akan sebanyak dulu tentu.

Di sisi lain, sebagian logika saya mempertanyakan, kalau-kalau saya ingin menolak hanya karena sudah tidak punya keberanian memasuki belantara asing? atau jangan-jangan saya sudah melemah dan terjebak zona nyaman baru untuk tidak mau berkembang dan mengepakan sayap terbang lebih tinggi? Jangan-jangan saya hanya takut untuk bekerja keras? Sejujurnya... dua bulan ini benar-benar saya habiskan dengan bersantai. Bekerja secukupnya... bersenang-senang, bekerja secukupnya lalu bersenang-senang. Jangan-jangan saya melemah lebih cepat dari yang saya duga? Dan terus terang... saya merasa ketakutan sendiri terjebak lagi di zona lama 😅 zona nyaman itu sungguh berbahaya kawan, percayalah. Mereka bilang kalau bisa memperluas zona nyaman kenapa harus keluar. Tapi percayalah, selama kamu tidak keluar... luasan zona nyamanmu paling-paling melebar sedikit dan tidak banyak pertumbuhan yang bisa kamu lakukan. Kamu akan menjadi terlalu lembam. Dan bukankah saya sudah bertekad untuk tidak seperti itu lagi?

Ah... saya bersyukur dan sangat berterimakasih pada segala kesempatan yang sudah diturunkan pada saya, termasuk kesempatan yang hadir malam ini. Jika saya tolak... apakah tidak bearti saya juga kehilangan rada bersyukur dan terimakasih itu? Duh 😅

Tapi kalau saya terima, saya juga harus melepaskan atau setidaknya menunda usaha rintisan yang selama ini ada di benak saya. Sebuah rencana yang bertahun-tahun melekat di kepala dan mau saya lakukan jika punya banyak waktu seperti yang sekarang tersedia. Mimpi untuk membangun bisnis bersama kawan-kawan baik saya sedari kecil. Kami sudah menunda dan terlena selama sekian lama, apakah saya akan mengulangi hal yang sama?

Hari sudah berganti, tidak terasa sudah 1 jam lewat dini hari. Saya minta pulang dan waktu berpikir. Sesampindi tempat tidur saya memejamkan mata dan kembali menimbang segala hal. Kemudia tiba-tiba saya tersenyum. Ah... saya-kan tidak sendiri, kenapa naif sekali. Saya panjatkan doa, lalu memantapkan hati untuk besok bercerita kepada Miu dan Bumi, serta mengirim pesan kepada seorang kawan baik yang saya kira tepat untuk juga ikut memberi pertimbangan; “jika besok kau lapang dalam hati yang tenang, telpon saya ya!” 

Lalu saya mulai menulis post ini dengan sebaris senyum, merasa lucu dengan segala kegalauan tadi. Lha wong dapet rejeki kok bingung. Kalau mau tinggal diambil dan gak salah, kalau. Gak mau ya bagi ke orang lain yang lebih perlu, gitu aja kok repot hehehehe akhirnya saya ngakak sendirian menyadari bahwa alur berpikir saya tadi terlalu 😂😂 saya tiba-tiba ingat Gie ; “.... kita tak pernah menanamkan apa-apa, kita tak’kan pernah kehilangan apa-apa.”

Hidup memang ajaib, setelah ini... entah ke tikungan mana dia membawa kita. Mari bertualang!

Minggu, 24 Maret 2019

Freedom

Dear life 😄

Lama sekali tidak menulis di sini. Beberapa saat belakangan saya sibuk mengejar sebentuk kemandirian untuk berdiri di kaki sendiri. Dan rasanya sekarang saya bersyukur melakukannya, jika tidak tentu saya akan jadi hipokrit dan tertunduk-tunduk mematuhi perintah yang tidak saya sukai atau mengakui kesalahan yang tidak kami lakukan hanya demi sedikit nafkah di penghujung bulan.

Senang rasanya kembali punya keberanian mengantongi template surat resign yang selalu siap sedia dibubuhi tanggal dan tanda tangan bila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang kami anut. Dan akhirnya, semua persiapan itu, walaupun belum saya inginkan sebenarnya, akhirnya berguna. Mungkin nanti saya akan menulis tentang proses dan rangkaian kejadiannya, tapi sekarang rasanya saya belum berminat menuliskan hal-hal itu ehehehehe.

Kali ini saya ingin mengingat saja, bahwa benar kiranya kita adalah apa yang kita duga dan kita pikirkan. Saya membaca ulang post-post sejak 2014 lalu yang ada di blog ini, membaca kegelisahan saya, membaca harapan-harapan saya, dan 5 tahun kemudian, hari ini, ternyata saya mencapai apa yang saya harapkan dulu... apa yang terus menerus saya pikirkan. Jalannya aneh-aneh, tidak disangka-sangka, tapi arah nya menuju apa yang ada di benak saya sejak 5 tahun lalu. Saya kira ini ajaib. 😄

Saya selalu ingin bebas dan bekerja tanpa ketakutan tidak menerima gaji diakhir bulan, seiring berjalan nya waktu, I did it! Saya selalu ingin punya harga diri, jika saya tidak suka, saya ingin bisa
Lempar surat resign kapan saja tanpa khawatir anak istri saya tidak makan bulan depan, atau harus melakukan manuver-manuver buruk yang merugikan orang lain, apa lagi “teman” sendiri yang sudah sedemikian baik kepadamu, and I did it too... termasuk bagian melempar surat resign 😂😂 

Saya selalu ingin punya waktu banyak untuk menemani petualangan-petualangan pertama Bumi, dan lagi-lagi, saya mendapatkannya tahun ini... ajaib bukan? 😂 yup... saya tahu kutipan “jika kau benar-benar menginginkan sesuatu, maka semesta akan bahu-mambahu membantu-mu” tapi melihat 2014 ke 2019 ini... saya masih saja terkagum-kagum sendiri. Membaca ulang semua isi kepala saya dari saat itu menuju ke hari ini dan apa yang kami capai di detik ini sungguh-sungguh luar biasa bagi saya... ah... sekali lagi... saya memang bajingan yang sangat beruntung ahahaha

Oke... mari persingkat, saya pernah menulis tentang escaping cubicle di sini, di blog ini, pada tahun 2015 kalau tidak salah, dan hari ini saya sudah berada di luar kubikel sempit saya dulu sambil tersenyum. Jalannya tidak semulus dan sama persis dengan yang saya pikirkan, ada sedikit intrik, ada kesulitan-kesulitan, tapi akhirnya tetap bermuara pada tujuan yang saya inginkan sejak dulu. Dan tidak pantas rasanya bila saya tidak bersyukur di titik ini! Apalagi mengutuk terlalu banyak hal, sejelek-jelek nya hal yang terjadi... sekarang setelah saya pikir lagi, jangan-jangan memang diciptakan untuk membawa saya ke arah yang tepat... titik ini 😄

Besok senin... ah... sudah tidak ada bedanya, sekarang paling tidak saya bisa merdeka mau memilih besok untuk libur atau bekerja 😂 dan perjalanan pun tidak lagi penuh kegelisahan, saya sudah bisa menikmati lagi bandung-jakarta atau sebaliknya 😂😂

Well Freedom, welcome! 😎