Halaman

Sabtu, 18 Agustus 2012

A farewell to Arms by Ernest Hemingway

It was took so long to finish this book. Bahasa inggris saya yang tidak begitu baik jadi kendala besar menikmati buku ini. Tapi sebanding dengan apa yang saya dapatkan, Hemingway menyuguhkan drama yang sangat menyentuh melalui buku yang ditulisnya melalui "sedikit banyak" pengalamannya dalam pertempuran.

Kisah cinta Henry "Tenente" dan Catherine dengan latar belakang perang melawan Jerman dan Austria ditulis dengan detail tempat dan narasi deskriptif yang mengagumkan.

Pembaca dibawa berdebar-debar melintasi Udine yang dikuasai musuh atau menyeberangi danau hingga melewati monte Tamara dengan sembunyi-sembunyi menghindari mata guardia di finanza.

Pembaca dibawa merona bersemu lewat percakapan romantis mereka saat melalui malam-malam indah di Milan dan Menarik napas lega saat kedua sejoli mencapai Swiss serta monolog sunyi henry di lorong rumah sakit sebelum pembaca kembali dihantam dengan akhir yang tragis, mungkin seperih kenangan penulisnya tentang perang.

Buku ini bukan sebuah novel khusus dengan slogan anti perang yang kentara. Secara umum naskah ini adalah roman cantik, tidak picisan, dan memberi isyarat bagaimana perang membawa luka dan kesulitan namun tidak menapik juga sedikit keberuntungan dan kesenangan di dalamnya melalui berbagai sudut pandang.

Karya klasik, yang sangat bodoh untuk dilewatkan oleh generasi sekarang :p

Tidak ada komentar: