Halaman

Rabu, 03 Juli 2013

Pohon-pohon harapan

Ditemani alunan musik sunda yang sesekali di selingi mozart atau beethoven, di sinilah saya, di sebuah kebun sengon milik seorang sahabat.

Dia dan beberapa pekerjanya sibuk memotong dahan pohon-pohon muda 6 bulan yang sudah mulai tumbuh semoga menjulang. Saya duduk berteduh menghindari matahari kampung pelukis yang terik membakar ubun-ubun, mentafakuri kicau burung, embikan kambing, desau angin bertemu dedaunan, dan alunan musik tadi tentu saja.

Garis langit menghantarkan saya ke sini, dan saya percaya selalu ada rencana misterius tuhan di balik setiap peristiwa.

Dengan hati dikuat-kuatkan saya melangkah ke sini, berharap sedikit rezeki tambahan untuk belahan hati yang sebentar lagi lahir.

Ada cita-cita besar agar saya dapat menemani dia tumbuh, menceriterakan kuda troya atau kejayaan roma, mengajari dia menapaki jejak bijak buddha dan tentu saja kanjeng nabi yang mulia. Mengajarkan dia berbuat baik, gigih, dan bekerja keras dengan contoh yang bisa dia saksikan. Menemani dia mendaki gunung pertama kali atau mengisahkan perjalanan metamorf hingga sampai ke permukaan di singkapan-singkapan.

Semua itu tentu sulit dalam belenggu 8-17 yang saya jalani sekarang. Saya takut akan kehilangan semua kenikmatan itu, saya takut menjadi bingung antara pulang dan pergi.

Di sinilah saya sekarang, mempercayai bahwa mimpi harus diperjuangkan, waktu harus dibeli, dan rintangan harus ditaklukan.

Di sinilah saya sekarang, mempercayai bahwa hari ini yang harus di nikmati. Masa depan hanya mimpi tanpa mulai dijalani, dan pasif menunggu adalah bukan untuk kami.

Apakah aku menjadi sedemikian pragmatis? Tidak juga, sedikit lebih realistas... Sembari tetap menggenggam mimpi-mimpi lama yang sekarang sepanas bara, menggapai mimpi-mimpi baru yang sekarang masih di angkasa.

Anak muda dengan kacamata hitam dan topi koboi itu berjalan kesana-kemari seperti tidak letih, saya duduk senyam-senyum sendiri memperhatikan pikiran menari... Ah... Mungkin ini mimpi di siang hari, tak apa... Setelah ini saya segera berjalan menghampiri :)

2 komentar:

gunturberlian mengatakan...

Ah, saya yakin penuh dia akan tumbuh sekuat itu, Sodara. Sekuat inginmu tumbuh, maka jadilah. Tak perlu khawatir. :)

Haikal sedayo mengatakan...

ah... ternyata anak muta dengan kacamata hitam dan topi koboi nya sudah baca hehehehe, amin :D