Halaman

Selasa, 07 Januari 2014

KAPPA by Ryunosuke Akutagawa



Ya, ini karya sang maestro di dekat-dekat bunuh diri nya yang hampa. Saat ia diserang halusinasi dan mimpi-mimpi.

Kisah seorang manusia yang tersesat di dunia para kappa, makhluk mitos jepang yang bentuknya seperti manusia katak berparuh dengan lubang berisi air di kepalanya.

Kappa ditulis dengan satire yang sangat kentara. Dia mengusik dan menyentil banyak kejanggalan sosial yang lazim di Jepang pada masa itu. Seperti dikutip dari ryunosuke sendiri ; " kappa lahir dari kemuakan saya denga banyak hal- khususnya dengan diri saya sendiri".

Konsep kelahiran bayi kappa yang bisa memilih untuk lahir atau tidak, kanibalisme yang dilazimkan dalam dunia kappa, keagamaan, kematian, hubungan jantan-betina, konsep penciptaan ah... Kau akan menemukan begitu banyak keajaiban dalam dunia yang diciptakan oleh Ryunosuke.

Para feminis bisa jadi merah membaca hubungan jantan-betina yang menyindir mereka habis-habisan. Soe hok gie akan merubah puisinya bahwa yang paling berutung bukan mereka yang mati muda, tapi mereka yang bisa memilih untuk lahir atau tidak. Atau kau sendiri mungkin akan mengajukan kembali banyak pertanyaan pada apa-apa yang kau yakini.

Pilihan kalimat dalam novel pendek ini tidak berbunga-bunga, mendekati tidak indah malah, deskripsi yang detail dalam narasi yang sederhana. Karakter juga dikesankan sangat sederhana. Tapi kekuatan dari kisah ini ada dalam jalinan secara keseluruhan, konsep-konsep agung dijejalkan dalam kepadatan yang luar biasa tanpa harus menjadikan nya megah.

Sedikitnya referensi sastra jepang yg saya baca membuat saya agak sungkan menulis resensi ini. Saya tidak dapat menemukan perbandingan yang tepat. Ziedan atau Dan Brown di masa sekarang Yang hidup jauh dari kultur jepang juga menjejali konsep-konsep kemanusiaan luar biasa dalam karya-karya mereka, menjadikannya buku-buku tebal dengan kisah-kisah agung yang besar. Kappa tidak menjadi demikian, dia tetap bersahaja dalam keagungannya.

Ada banyak materi filosofis dalam karya ini. Ada Nietszche sang orang suci yang mencari keselamatan dalam superman yang ia ciptakan sendiri. Ada Wagner, bahkan Tolstoy yang juga tidak luput dikomentari dengan tajam oleh Ryunosuke.

Melalui Kappa saya pikir Ryunosuke bermain-main dengan alam pikirannya. Dia membolak-balik segala keyakinannya. Dia berada dalam kegamangan eksistensi-nya, dan dengan mudah karya ini mengguncang eksistensi pembacanya.

Kemudian dihalaman belakang buku terjemahan dalam bahasa indonesia ini penerbitnya mencantumkan kisah Ryunosuke sendiri yang tidak kalah menarik dengan fiksinya ini. Sebuah tambahan yang sangat berguna menurut saya.

Saya sudah mendekati akhir. Setelah menyelesaikan buku ini saya mencoba menanyakan pada diri saya sendiri pertanyaan yang kerap diajukan para kritikus tentang KAPPA ini; ... Apakah ini cerita anak-anak atau karya sosialis?

Sungguh, saya tidak tahu jawabannya, sama sekali saya tidak punya ide.

Yang jelas, saya mengagumi karya Ryunosuke ini dan layaklah Akutagawa prize yang bergengsi menggunakan nama-nya!

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Mas, bukunya ngga dijual ya?