Halaman

Senin, 13 Januari 2014

Azazel by youssef ziedan



Entah apa yang ada dalam pikiran Ziedan, yang jelas selaku pembaca yang mengenal baik kredo ke-imanan kristen ortodok serta konsep trinitas-nya, saya merasa cukup terusik. Ya, saya akan mengakui dengan segala kegilaan-nya novel ini akan sangat mengganggu, dan dia berhasil dengan itu.

Ziedan seperti menertawakan konsep pengejawantahan tuhan menjadi tunggal dalam diri al-masih melalui si rahib Hypa yang malang beserta kawan nya Nestor. Tapi katakter yang terang-terangan tertawa tentu Oktavia, si pembantu penyembah berhala dari alexandria.

Ini hanya sebuah resensi atas karya ziedan, karena itu saya tidak akan membahas kebenaran konsep atau pendapat saya mengenai pemikiran Hypa sang tokoh utama.

Karakter Hypa sebagai narator nyaris tidak terasa selain penderitaan-nya, tapi tidak demikian karakter lain, oktavia yang binal, hypatia yang terpelajar, atau martha sang kekasih yang merindu tergambarkan dengan luar biasa. Kau seolah dapat merasakan betapa oktavia adalah perempuan yang kritis atas agama orang lain, atau betapa brilian dan tegas nya Nestor sang uskup konstatinopel lewat penggambaran serta dialog Hypa.

Azazil bagaimanapun dimunculkan dalam diri Hypa. Ziedan menurut saya dengan sangat halus berhasil menyatukan Azazil dan Hypa dengan baik.

Novel ini ditulis dengan pengetahuan sejarah yang baik. Semua peristiwa yang menjadi latar belakangnya tersusun dalam sekuen yang rapi.

Kalau saya kritikus, mungkin saya akan mengkritik bagian akhir buku ini. Ziedan menurut saya terjebak dalam jalinan kisah Hypa dan Martha. Kisah yang digadang-gadangkan menjadi beban berat Hypa ternyata tidaklah semegah jatuhnya Nestor, tewas nya Oktavia, penjagalan hypatia, atau kenangan suram masa kecil nya.

Ada banyak keberanian, kau akan sangat sedikit mendengar novel yang menuliskan injil barnabas, versi terlarang itu di dalam-nya.

Latar belakang yang sempurna, kisah sang rahib bisa menjadi teman perenungan yang baik, tapi jangan berharap anti klimaks sekelas Hemingway. Jonathan stroud saja akan menulis penutup yang jauh lebih bagus untuk kisah nya!

Tidak ada komentar: