Halaman

Jumat, 20 April 2012

Jalan Blora

Saat siang jalanan ini dipenuhi para joki 3 in 1 menunggu mangsa, saat malam di sisi lain pub dangdut beserta biduan seksi dengan mulut bau alkohol merajai atmosfer nya. Saat subuh -waktu tersering aku mengunjungi tempat ini- maka tinggal para waria yang tersisa: kaum minoritas yang tersingkir bersama problematika internal mereka, problematika kita-kita juga sebenarnya.

Yang tersisa adalah mereka yang telah lelah setelah mendaki bukit berahi atau mereka yang belum dapat pelanggan barang satu orang pun dan akhirnya menjual murah jasa Service "ganti oli" pada kelas tukang ojek atau sopir taksi yang penting dapat sedikit uang atau malah sebenarnya beberapa tidak begitu perlu selembar dua lembar rupiah yang tidak seberapa dari pelanggan tipe subuh. Kau bisa mengukurnya dari merk tas, sepatu, atau pakaian minim model terbaru yang mereka pakai.

Aku tidak tahu apa yang mendorong ku menuliskan ini. Mungkin seperti yang lainnya ; aku hanya ingin mengingat sedikit lebih lama bahwa : di setiap kota, selalu ada sudut yang akan mempesonamu dengan segala kompleksitas nya.

Ah... Blora

Tidak ada komentar: