Halaman

Rabu, 11 April 2012

-------------

Jika kau pikir banyak membaca sudah cukup, tentu kau salah. observasi adalah hal terbaik dalam hidup. mengetahui dari pikiran orang lain tentu bagus, tapi melacak dengan segenap kemampuan sendiri jauh lebih bagus.

Kebudayaan terbaik di dunia di awali dengan melihat dan observasi, kemudian mengerti dan memahami. dan ajaran besar lainnya (agama) dilandasi dengan konsep mendengar, setegas pernyataan alkitab meminta bani israel untuk mendengar, tuhan yang tiada tuhan selain Dia.

Scio-Cogito-Credo masih rule of thumb semua pemikiran besar saat ini. Landasan rasionalitas, konsep pencarian, dan keimanan bersandar pada tiga pilar besar ini.

Cogito dan Credo adalah bagian yang hilang dalam pencarianku. mungkin sekarang waktunya, ada babak lain yang harus dimulai. ranah pemikiran akan menjadi terlalu sempit tanpa observasi dan credo yang buta adalah keharaman dalam mengkristalisasi nilai.

Tidak, ini bukan soal beragama atau bermazhab, bukan pula soal berilmu atau bodoh. ini soal menunaikan fungsi seorang manusia. adalah pertanyaan yang kekal tentang "Siapa aku?" yang harus terus digali demi memanusiakan seorang manusia.

Siapa yang layak kau panggil "guru"? Apa kebijaksanaan harus lahir dari profesor dengan gelar yang panjang dan hidup dengan kebanggaan masa lalu atau dari seorang pengajar muda yang kau temui di sela-sela hari di antara lalu lalang kendaraan ibukota. Apa pekerja sosial yang merasa dirinya pahlawan dan paling idealis sehingga tidak punya waktu memperhatikan bagaimana sebenarnya sistem mempermainkan idealismenya? Atau seorang mahasiswa polos di tengah demo menentang pemerintah yang kebijakannya tidak memihak rakyat. Atau mantan mahasiswa yang tidak lagi ikut demo karena merasa sudah sangat pandai di atas mereka yang berdemo dengan ditunggangi kepentingan politik orang lain? atau mereka ilmuwan-ilmuwan muda yang berjuang demi idealisme mereka menciptakan obat demam berdarah yang murah. Atau teman satu angkatannya yang enggan ikut dimanfaatkan industri farmasi yang komersialis?

aku tidak tahu, cogito buntu dikungkung dinding-dinding keras imaji sendiri dan credo tidak pernah diketuk pintunya dari sini. Mungkin aku hanya segelintir, dari mereka yang muda, marah, merah, dan kehilangan... ke mana hati harus ditambatkan sementara nabi-nabi tidak bisa di lihat lagi batang hidungnya, para wali bersembunyi kecuali yang palsu dan sekolah kebijaksanaan tidak pernah ada lagi.

mereka berkata inilah sekolahmu : perguruan tinggi kehidupan,

dan aku berkata : ini juga penjaraku, rimba kehidupan yang menipu.

Tidak ada komentar: