Halaman

Rabu, 14 April 2010

Tanjung priok-- satpol PP-mbah priok--dan para santri

2 jumadil awal 1431 hijriyah atau 15 april 2010, jakarta utara... di tanjung priok situ lagi-lagi peristiwa terjadi. bentrok antara aparat dengan rakyat. dulu, di jaman si harto... ABRI melawan rakyat yang harusnya mereka lindungi,... sekarang di jaman SBY untunglah hanya polisi&satpol PP melawan rakyatnya sendiri,... kebanyakan para santri dari makam mbah priok,.. kabarnya ada juga dari ormas-ormas islam yang dikerahkan untuk membantu perlawanan tersebut.

seandainya mau menelaah rencana yang sudah lama akan dilakukan aparat negara untuk menggusur (katanya) bangunan-bangunan liar dan memperluas areal makam mbah priok sudah sedemikian lama berlangsung dengan segala dramanya. dan lagi-lagi dari kacamata saya, saya memandang aparat negara memaksakan keinginan bos nya, yang saya yakin dipengaruhi keputusan pemilik modal (seperti biasa) dengan cara luar biasa REFRESIF, OFFENSIVE.

SATPOL PP yang keberadaannya sendiri saya pertanyakan. untuk kepentingan apa mereka didirikan?? keamanan seharusnya cukup ditangani polisi, pengamanan para pejabat daerah juga cukup polisi saja harusnya yang diperbantukan, lalu apa tugas satpol PP ini? hmm... mengawal perda kah? iya... inilah mereka, sebuah kekuatan yang diciptakan untuk mengawal dan mewujudkan keinginan pemimpin-pemimpin lokal macam gubenur, walikota, bupati! yang dipaksakan lewat hukum positive dan di sah kan dengan menyogok wakil rakyat hmm... anggaplah saya salah... tapi beginilah yang ada di pemikiran hampir seluruh rakyat kecil di negara ini, inilah yang saya dengar dari sesumbar para wakil rakyat di DPRD daerah saya, inilah yang saya saksikan, inilah yang saya ungkapkan.

TNI, Polisi, pun hampir sama,... dengan mudah mereka dapat digunakan untuk merampas tanah rakyat di sekitar perkebunan besar. merampas tanah yang sudah puluhan tahun digunakan dan dimiliki sertifikatnya oleh rakyat kecil lantas tiba2 sertifikat itu tidak berlaku sertifikat milik perkebunan besar, taipan kaya, konglomerat murah hati yang bisa bayar tinggilah yang akan dianggap sah, mengalahkan kepemilikan yang sebelumnya diakui negara lewat sertifikat itu, NEGARA telah MENELAN LUDAHNYA SENDIRI.

kembali ke tanjung priok situ, pertentangan bukan hanya masalah penggusuran makan dan bangunan di sekitarnya, permasalahan yang muncul adalah periuk nasi orang-orang kecil di sekitar makam itu, bangunan liar, bagaimanapun dia diangap merusak tata kota; adalah sebuah masalah komplek yang bisa saja menyangkut urusan dapur sebuah keluarga, atau iman seorang pengamal agama, dan sayang nya mana mampu penguasa yang dibutakan dengan berbagai cara melihat sisi ini? apalagi jika penggusuran tadi untuk tujuan komersil, kepentingan pemilik modal (yang bisa jadi kerabat, teman, atau sang penguasa sendiri), ah.. semakin susah tentu saja bukan.

saya ingat tulisan cak nun tentang khalifah islam yang menangis karena seekor unta terjatuh di jalan yang masih berada dalam kekuasaannya. apakah penguasa kita menangis melihat ada jempol tangan yang putus di wilayah kekuasaannya sekaligus sebagai akibat langsung perintahnya??

apakah soeharto menangis saat 700-an orang tewas dan diangkut dengan truk sampah di tempat yang sama beberapa waktu yang lalu.... bagaimana panglima tentaranya? menangiskah dia? kejadian yang masih saya ingat jelas.... dan kembali terulang sekarang,... haruskah masih ada lagi tragedi seperti ini? entah untuk kepentingan apa, urusan politik seperti zaman orba, atau urusan uang seperti zaman bodoh sekarang, aku berdoa tidak ada lagi peristiwa seperti ini.

tidak cukupkah darah dan air mata yang sudah tumpah??? aku... pegawai rendahan, sebuah sekrup dari sistem global di mana kalianlah pemain besarnya, meminta dengan sangat agar kalian, iya kau yang di sana yang punya kuasa dan mampu menggerakkan tidak hanya satpol PP tapi juga tentara dan polisi dengan senapan, granat, pesawat tempur dan tank nya agar menghentikan semua ini... tolong, jangan hanya dia, tolong berhentilah berpidato, tolong... jika tidak mampu... berhenti saja! tidak ada gunanya kamu di situ!

bisakah kamu menjadi sedikit bijak... agar seperti mbah priok... kamu akan tetap dikenang dan orang menyebut namamu dengan takzim, mungkin tidak perlu dikultuskan tapi cukup diingat sebagai sebuah memori yang indah tentang seorang penguasa yang adil, bijaksana, dan mencintai rakyatnya bahkan hingga jasadmu menjadi lekang di putaran waktu.

Tidak ada komentar: