Halaman

Rabu, 30 Desember 2009

They gone too fast....

Mesengger menyala.... pacar di seberang lautan memberikan kabar tentang sebuah kehilang dari RSCM di Salemba yang hanya beberapa kilometer dari kamar kontrakan kecil saya di kuningan. "Gus Dur meninggal..."

ah... laki-laki itu, lelaki dengan humor yang tak pernah habis, lelaki yang berjalan-jalan dengan celana pendek dan membuka pintu istana untuk masyarakat umum, lelaki yang memangkas habis diskriminasi terhadap kaum tionghoa dan membuka sumbat demokrasi lewat keleluasan pers yang dicetuskannya.

Aku pernah sangat membenci kecintaan para pengagum fanatik nya, pasukan berani mati yang sempat menghantui ibukota, kebijakan inskonstitusionalnya lewat dekrit aneh itu, tapi terlepas dari itu.... beliau adalah manusia besar dengan karakter yang luar biasa, seorang temannya yang kebetulan atasan saya menceritakan kecintaannya pada musik, dan pemikiran beliau tentang pluralisme,... iya... pluralisme... momok bagi para fundamentalis konservatif yang pernah merajai bangsa ini.

dia tokoh besar... dan layaklah saya mengucapkan bela sungkawa sebesar-besarnya untuk semua yang dilakukannya, untuk semua yang saya alami sekarang berkat dia dan orang-orang yang mendukung atau memiliki pemikiran yang sama mengenai pluralisme... walau mengibarkan bendera setengah tiang selama 7 hari masih terlalu berlebihan bagi saya.

ah... ketika besok pagi tiba di kantor dan menghubungkan komputer dengan jaringan internet... feed reader saya dipenuhi berita tentang wafatnya Frans Seda... ekonom besar, Saya ingat saat masih aktif di kampus, namanya begitu saya kenal lewat tulisan dan analisanya terutama tentang kelangkaan... bagi saya yang seorang seismologist, tentu tidak terlalu paham dengan analisa ekonomi yang luar biasa ribetnya itu.... saya lebih mengerti meng-estimasi kerusakan akibat gempa dari pada menganalisa penyebab kelangkaan bensin dari pasaran. tapi beliau, seorang Mr. Frans... menulis analisa dengan tajam, cermat, dapat dimengerti oleh saya yang bebal ekonomi ini.

Mr. frans... orang yang ikut bertanggung jawab terhadap jatuhnya kekuasaan presiden pertama RI, lelaki tangguh yang ada di samping Soeharto hingga mampu menggulingkan Soekarno sang putra Fajar yang keras seperti tebing-tebing Karang itu.

tokoh yang sama alotnya dengan gusdur memperjuangkan pluralisme... saya ingat kata-kata Mr. Frans yang saya baca dari sebuah media saat ia menyambangi tokoh kontroversial abu bakar baasyir : "Saya ingin menyambung pertemanan historis antara tokoh Islam dan Non Islam. Saya kenal baik dengan Mohammad Natsir, Kasman Singodimejo, Safruddin Prawiranegara, dan sekarang saya ingin meneruskan hubungan baik itu dengan pimpinan Majelis Mujahidin, Pak Ba’asyir,”

dan sebuah tulisannya yang mungkin akan sangat relevan dengan kondisi para pemimpin kita sekarang :
"Dalam menghadapi tantangan-tantangan dari dalam dan luar negeri ini, akan diperlukan tindakan-tindakan yang tidak popular demi kepentingan bangsa dan negara, yang berkelanjutan (bukan yang sesaat). Dan seorang politikus yang mengutamakan popularitas politik, tidak dapat diandalkan dalam hal ini. Karena itulah diperlukan presiden/pimpinan bangsa dan negara yang berkepribadian politik, yang tangguh, mantap dan prinsipil, bukan yang mengejar popularitas politik belaka."


beliau... yang mengajarkan perdamaian lewat teladan perbuatan, bukan pidato di mimbar-mimbar bergengsi, yang memiliki karakter politik, tidak mengejar popularitas politik semata!

beliau, politikus- tokoh kristen-ekonom besar- tokoh sejarah - yang ikut menanggung pahala dan dosa "orde baru" di mana ia ikut menciptakan dan menghancurkannya--

selamat jalan Franciscus Xaverius Seda

Tidak ada komentar: